Part 17: Tumpangan
Menolak ajakan pulang teman itu hal yang tidak ingin Caramel hindari, sebenarnya. Karena dari pada uangnya habis untuk membayar ongkos angkot, lebih baik ia bareng dengan teman. Lebih irit dan hitung-hitung memberi pahala orang lain.
Tapi kalau yang mengajak pulang adalah orang yang tidak diinginkan Caramel tetap saja ogah. Lagian kalau Samuel yang mengantarnya pulang, bisa-bisa menimbulkan fitnah. Sudah dibilang kan kemarin, kalau tetangga Caramel tuh orang yang senang bergosip.
Lihat yang deket dikit saja sudah dikira macam-macam. Padahal semua orang tahu kalau Caramel mempunyai saudara sepupu cowok dari pihak Papa. Tetapi tetap saja orang-orang bilang kalau cowok itu pacar Caramel lantaran Caramel diantar pulang. Dih.
Pinky sudah pulang duluan, gara-gara Caramel harus mengerjakan tugas piket terlebih dahulu, ia jadi pulang sedikit sore. Biasanya kalau ia tidak membawa motor, ia akan nebeng Pinky.
Hari ini cewek itu tidak membawa motor karena Mamanya yang membawa.
Menunggu angkot sama saja bohong. Sudah setengah jam ia menunggu, dan hasilnya? Banyak juga yang menunggu di depan sekolah. Ada sekitar 5 orang. Yang kemudian hilang satu karena sudah dijemput.
Ketika menoleh samping kanan, tidak jauh dari Caramel terdapat Kania sedang memainkan ponselnya.
"Kan?" sapa Caramel.
Kania mendekat, duduk di sebelah kanan Caramel. "Kenapa, Ra? Kokbelum pulang? Nunggu siapa?"
"Angkot. Lo?"
"Sama. Mau naik taksi mahal."
Kemudian Caramel teringat kejadian beberapa hari yang lalu. Saat ia mendapat teror pertama kali di sekolah. Apa benar jika pelakunya adalah Kania? Bisa jadi.
Caramel mengangguk mengiyakan. Tapi pikirannya masih berada pada kejadian itu. Bagaimana bisa Caramel melupakan kejadian yang pelaku dan motifnya belum ia ketahui.
"Ra?" Kania terlihat sedang gugup, menelan saliva-nya takut-takut. Kemudian melanjutkan setelah Caramel menoleh. "Boleh tanya?"
"Hm?"
"Yang neror lo waktu itu ...."
Deg. Apakah Kania bisa membaca pikiran orang lain? Mengapa Kania tahu apa yang dipikirkan Caramel saat ini?
" ... lo udah tahu pelakunya?"
"Kenapa?" Tatapan menyelidik Caramel arahkan kepada Kania. Namun ia tutupi sebaik mungkin.
"Nggak, gue penasaran aja waktu itu. Kok tega banget ya sama lo? Kayaknya emang iri sama lo." Kania menjelaskan. Cewek ini ternyata tidak seperti yang Caramel pikirkan. Meskipun secuek dan setidakpeduli apapun Caramel pada lingkungan sekitar, cewek ini masih mau mengkhawatirkan Caramel.
Caramel hanya terkekeh kecil.
"Tapi lo di rumah nggak pa-pa kan? Takutnya sampai rumah juga gitu."
"Nggak. Thanks atas kecemasannya."
Kania mengangguk. Setelahnya tak terjadi percakapan lagi. Kania memilih diam bersama diamnya Caramel. Lagi pula siapa sih yang mau bercanda bersama cewek datar tanpa humor itu?
Brmm brmm!
Suara motor yang digas tepat di depan mereka mengganggu ketenteraman diam. Ketika orang itu membuka helm fullface-nya dan memerlihatkan wajah dekilnya.
Duh dipandang mata jadi kelilipan.
"Belum pulang? Mau bareng nggak?" Orang itu bertanya. Menoleh pada Kania yang menatapnya malas.
KAMU SEDANG MEMBACA
A Confession #Sevia
Mystery / Thriller#GenreMisteri #Project1 #GloriousAuthor #SeviaStory Surat misterius, sakit yang tak wajar, dan segala teror lainnya datang tidak hanya kepada gadis cantik cuek itu. Tetapi datang juga pada orang lain yang menyebabkan orang tersebut meninggal karenan...