[Sevia : 32]

23 2 1
                                    

Part 32: Pelaku

Siapa yang sudi ke taman depan sendirian malam-malam seperti ini? Jam sudah menunjukkan pukul 23.00 yang artinya jalanan kompleks sudah sepi sejak tiga jam yang lalu. Jalanan besar masih banyak yang lewat dengan kelajuan cepat. Jalan besar tidak pernah sepi by the way, tetap ada yang lewat. Mungkin akan sepi dalam waktu beberapa menit saja.

Nah siapa yang mau pergi ke taman pada saat seperti itu? Bukankah jam segitu adalah jam para kelelawar mencari makan? Sepenting apapun, orang lain akan memilih untuk ke taman besok pagi. Merelakan hal penting itu untuk ego.

Hanya Caramel. Cewek sok berani yang merelakan malamnya direcoki Samuel untuk pergi ke taman. Sebenarnya gadis itu malas sekali, tetapi karena mendesak dan tidak bisa diwakilkan, Caramel menyetujui. Dan literally Samuel tidak memaksa untuk datang saat itu juga.

Caramel mengeluarkan motor dari pekarangan dan menyalakannya di jalanan, juga karena rasa penasarannya. Apakah benar Samuel akan memberi tahunya siapa pelaku di balik teror padanya akhir-akhir ini? Apakah orang yang disebutkan Samuel masuk dalam pemikirannya bersama Mama atau malah ternyata Samuel sendiri?

Bisa saja cowok itu menunjukkan tangan kanannya selama ini. Yang membantunya meneror Caramel sehingga tidak kentara jelas bahwa Samuel yang melakukannya.

Caramel juga tidak peduli apabila ternyata Samuel akan melakukan tindak kejahatan padanya malam ini.

Ia sudah sampai di tidak jauh dari taman yang dimaksud. Motornya ia matikan di pinggir jalan. Memastikan kalau ia tidak lupa mengunci ganda.

Perlahan kakinya memasuki area taman yang remang-remang terkena cahaya lampu dan cahaya dari bulan tanggal 14 itu. Matanya melihat ke segala penjuru, barangkali menemukan Samuel. Namun sampai ia menoleh ke belakang pun, tidak ia menemukan sosok dari cowok itu.

Lima belas menit kemudian cowok itu baru datang. Dengan gaya khasnya, konyol dan menyebalkan. Memakai kaus tipis yang dibalut dengan jaket tebal hitamnya tanpa diresleting sampai atas. Hoodie-nya ia tutupkan pada kepala sehingga memberi kesan misterius.

"Gue yang nunggu, huh?" Satu kalimat pembuka dari Caramel untuk Tuan Samuel terhormat.

"Kenapa? Cewek nggak mau nunggu?" Cowok itu melepas hoodie-nya. Kemudian menyisir rambutnya ke belakang. "Lagian, semua orang tahu sini ke rumah lo lebih dekat daripada ke rumah gue."

Caramel jengah, "iya oke. Siapa?"

"Orang yang lo bilang penghianat ... nantinya."

"Lo sendiri? Mana tangan kanan lo, kenapa nggak lo ajak?"

Samuel menghela napas pendek, memutar bola mata, bersabar menghadapi spesies semacam Caramel. Si cewek menyebalkan yang hobi fitnah orang lain.

"Lo ke sini pengen tahu apa cuma mau fitnah gue?" Kali ini suara Samuel penuh penekanan.

Ingin sekali Caramel pulang, meninggalkan Samuel sendiri di taman ini. Cowok itu pasti penakut makanya datang setelah Caramel. "Nggak usah bacot bisa?"

Cowok itu memasukkan tangannya ke dalam saku jaket. "Pinky," ucapnya.

Caramel segera menoleh, mencari-cari keberadaan sahabatnya itu. Tapi tak menemukan, padahal Caramel pikir kalau Samuel tahu ada orang lain di taman itu selain mereka berdua. Karena arah mata Samuel menerawang jauh ke belakang tubuh Caramel.

"Mana Pinky?"

"Orang yang neror lo, Kania, Andit, Ralin, bahkan Bu Veni."

"H-hah?" Cewek itu menatap takjub Samuel. "Sekarang lo fitnah sahabat gue? Ya mana mungkin dia ngelakuin itu. Pinky orang baik ...."

"Tapi lo nggak tahu dalamnya. Bokap gue udah pulang, baru saja makanya gue rada telat datang ke sini. Beliau bilang setelah gue maksa siapa pelaku sebenarnya. Dan dugaan gue nggak meleset sepersen pun bahwa pelakunya bisa disebut betrayer. Si polos yang baik di luar, yang lo bilang sahabat lo sendiri." Penjelasan Samuel memang tidak panjang lebar, tetapi hanya sebagian yang Caramel dengar.

Tidak akan pernah Caramel percaya pada orang yang baru ia kenal. Ia sudah mengenal Pinky bertahun-tahun. Jauh sebelum teror ini terjadi.

Dan ia mengenal Samuel setelah adanya teror ini.

Sampai rumah, Caramel masih memikirkan hal itu. Ia tidak fokus saat menyetir motor sehingga hanya berkelajuan 20 km/jam. Padahal tadi sebelum ia berangkat, ia sudah memikirkan hal yaitu ia harus mematikan mesin motor di jalan dan menuntun motor itu masuk ke pekarangan rumah. Tetapi ia tetap mengendarainya sampai depan rumah bahkan sampai teras tempat ia biasa memarkirkan motor.

Berbagai pikiran buruk mengenai Pinky memenuhi otaknya.

Pinky selalu berbagi dengannya, ia selalu memberinya tumpangan. Bahkan pernah berkata kalau ia senang mempunyai sahabat layaknya Caramel. Cewek itu seperti sahabat pada umumnya. Marah, kesal, senang, bahagia, dan berbagai emosi lainnya selalu ia tuangkan pada Caramel.

Caramel juga menjadi tempat curhatnya dan ia selalu memaksa Caramel untuk menceritakan hal yang mengganggu pikiran Caramel meskipun Caramel selalu menolak cerita.

Mereka juga terkadang saling main ke rumah masing-masing. Tidak ada yang mencurigakan atau bahkan yang mengganjal. Tidak ada yang dirisaukan. Apabila Caramel risau itu artinya gadis itu percaya dengan Samuel yang notabenenya adalah orang yang baru ia kenal.

Lagi pula, Mama Caramel mengenal baik orang tua Pinky dari lama. Mereka bersahabatan di SMA dulunya. Katanya, dulu Mama Caramel dengan Papa Pinky sempat berpacaran tetapi putus entah karena apa.

Memang Caramel dan Pinky berkenalan saat mereka satu kelas di SMA. Waktu pertama kali masuk sekolah. Itu dikarenakan dulunya Caramel amat pendiam dan anti sosial. Sehingga saat Mama sedang berkunjung atau orang tua Pinky yang berkunjung ke rumah, Caramel selalu bermain sendiri bersama Papa.

Atau bermain sendiri di kamar bersama buku-buku dongeng dan cerita fiksi lainnya.

Sehingga ia tidak pernah melihat Pinky sebelum masuk SMA.

Mereka semakin dekat saat mereka satu kelas dan satu meja. Mama percaya saja jika Caramel bermain ke rumah Pinky sampai menjelang Magrib. Karena nantinya pulang pasti diantar oleh Papanya Pinky.

Caramel jauh lebih tahu seluk beluk keburukan kebaikan Pinky. Tidak mungkin cewek itu yang memberinya teror tidak masuk akal ini.

Sudah pasti, tidak mungkin, batin Caramel.

*****

Create: 29-6-19.
Pub: 17-8-19.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 17, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

A Confession #SeviaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang