Tawaran Menarik

1.7K 256 18
                                    

Setelah urusan di perusahaan selesai, para personel Enam Hari pulang ke rumah masing-masing. Tetapi berbeda dengan Jae, dia ikut Brian pulang dan berencana untuk menginap di sana. Brian tidak menolak, toh memang sudah biasa seperti itu.

Kebetulan Awan juga sudah pulang dari sekolah saat Brian dan Jae tiba.

Percakapan belum dimulai, Jae dan Brian bergantian untuk memakai kamar mandi. Selanjutnya adalah waktu untuk bersantai di ruang tamu, di sana ada Awan juga yang sedang mengerjakan tugas dari sekolah.

Jae duduk sembari mengintip kegiatan Awan di depan layar laptop. "Itu diagram apaan? " Tanya Jae tidak paham.

Awan sedikit terkejut saat menyadari keberadaan Jae di sampingnya. Ia buru-buru menutup laptop dan memberikan tatapan tajam kepada Jae, yang ditatap malah semakin tidak paham.

"Tukang ngintip kerjaan orang! Nanti mata lo tambah minus, Bang! " Sungut Awan dengan memanyunkan bibirnya.

Jae langsung duduk menjauh dari Awan, dia hafal betul sikap dari adik sahabatnya itu, galak. Padahal dulu saat pertama kali kenal, Awan itu memiliki sifat yang humoris, kerjaannya hanya membuat lawakan untuk orang-orang.

Brian muncul dari arah dapur sambil membawa dua kaleng susu beruang yang ia beli saat pulang tadi. Ia lalu memberikan satu kaleng lainnya untuk Jae dan satu kaleng untuk dirinya sendiri.

"Punya gue mana? " Tanya Awan spontan saat ia tidak kebagian susu beruang.

Brian kemudian menyahut dengan santainya. "Beli sendiri lah! " Setelah itu Brian membuka tutup kaleng dan mulai meneguk cairan putih itu hingga tinggal separuh isi. Jae pun mengikuti apa yang dilakukan oleh Brian.

"Gue kan nggak ada uang, Bang! "

"Cari kerja sambilan, lah! Biar lo punya penghasilan. "

Awan menarik sudut bibirnya. "Buat apa kerja? Kan lo sumber penghasilan gue, Bang? "

Brian merasa speechless dengan balasan kalimat dari Awan, sementara Jae hampir tersedak susu karena menahan tawa dadakannya.

"Pinter banget lo, Wan! Untung lo bukan adik gue! " Celetuk Jae yang masih diselingi dengan tawa menggelegar.

Awan tak ingin menanggapi kalimat Jae, ia lebih memilih untuk membereskan peralatan belajarnya lalu berjalan menuju kamar. Jae kembali tertawa melihat tingkah laku Awan, rasanya dia jadi ingin memiliki adik juga.

"Pasti stres ya tinggal serumah sama adik lo? " Tangan Jae meraih remot untuk menyalakan televisi. Yang diberikan Brian bukanlah kalimat, melainkan deheman singkat sebagai jawaban.

Jae kembali menyeletuk asal. "Makanya, kalau sudah punya istri itu dijagain baik-baik, bukan di ceraikan. "

Brian menoleh ke samping, ia merasa canggung setiap kali Jae membuka kisah lamanya. Brian memang tidak bisa melenyapkan masa lalu, tapi setidaknya ia berharap kisah itu akan menjadi kenangan pribadi untuknya saja, bukan untuk konsumsi publik.

"Gue tadi itu sebenarnya mau menanggapi cerita lo, Bri. Tapi nggak nyaman, soalnya ada anak-anak juga. "

"It's okay, Jae. "

"Lo itu masih cinta nggak sih sama Airin sebenarnya? "

Pertanyaan Jae terlalu frontal dan tiba-tiba hingga Brian kelabakan dalam menyiapkan jawaban. Ia akhirnya bungkam, sontak kepalanya dipenuhi oleh bayangan Airin, Brian mengeluh frustasi dalam batin. Ia tidak menunjukkannya lewat sikap, tetapi Jae mampu dengan mudah untuk menyadarinya.

Jae menepuk pelan pundak Brian, berusaha untuk menenangkan hati sahabatnya yang sedang kacau. "Bri, kejar selagi lo masih ada rasa dan selagi Airin masih sendiri! "

"Tapi Airin bahkan udah nyuruh gue buat pergi jauh-jauh dari dia, Jae! "

"Jadi cowok mentalnya jangan tempe, Bri! Ingat nggak, dulu lo itu pantang menyerah buat deketin Airin? Sekarang lo juga harus gitu buat bikin Airin balik lagi! "

"Gue nggak yakin. " Brian tetap merasa tidak percaya diri, padahal Jae sudah bersemangat dalam memberikan saran.

Pria kurus itu kembali meneguk sisa susu beruang yang ada di genggamannya, haus juga menasehati orang kolot seperti Brian.

"Sekeras-kerasnya batu, selama itu masih ciptaan Tuhan pasti bakalan lebur juga suatu saat, Bri. Sama kayak hatinya Airin, tinggal lo aja mau gimana usahanya? "

Brian terlihat seperti sedang berpikir. Sejujurnya ia memikirkan ucapan Jae barusan, memang ada benarnya juga menurut Brian.

"Udah! Lo jangan ngeyel pokoknya kalau gue nasehatin! Terakhir lo nggak dengerin nasehat gue dan berakhir dengan cerai sama Airin, lo juga yang menyesal kan? "

Tidak ada kata yang mampu Brian ucapkan lagi untuk menjawab kalimat Jae. Semua yang Jae katakan itu adalah benar, Brian sadar akan hal itu.

-

Suara jepretan kamera yang tengah memotret wajah Airin memenuhi seisi ruangan. Airin mulai lihai kembali dalam hal bergaya di depan kamera. Ia membuat banyak ekspresi pada wajahnya, dari tertawa, muram, sampai ekspresi cuek juga ia peragakan.

Tidak salah jika fotografer bernama Suho itu kagum dengan bakat modeling yang ada pada diri Airin.

"Oke, pemotretan hari ini cukup, Rin. " Kata Suho, ia memberi ruang untuk Airin saat wanita itu ingin melihat hasil jepretannya di kamera.

"Wajah gue kelihatan aneh ya kalau gaya sedih gini? " Celetuk Airin sedikit kecewa.

Suho tersenyum menanggapi celetukan asal dari bibir Airin tadi. "Karena itu, lo nggak boleh sampai sedih beneran, Rin! "

Alis Airin terangkat, ia menoleh ke samping hingga pandangan matanya bertemu dengan milik Suho. Waktu sempat terasa berhenti untuk beberapa saat sampai Airin sadar lalu memalingkan indra penglihatannya.

Suho lagi-lagi mengulas senyum, tetapi yang sekarang lebih mekar daripada yang sebelumnya. Airin merasa canggung, sangat-sangat canggung ketika ditatap oleh pria seperti itu.

"Eh, Rin! "

"Iya, Ho? "

"Lo mau jadi model music video nggak? Gue kan punya temen yang kerja di agensi gitu, nah dia lagi nyari model buat projek terbaru dari artisnya! " Tutur Suho menjelaskan. Ia merasa, Airin akan sangat diuntungkan jika menerima tawarannya.

"Artisnya siapa memangnya, Ho? "

Suho menggindikkan bahunya tanda bahwa ia juga tidak tahu. "Tapi ya, Rin! Kalau lo ambil kerjaan itu, bisa ngasih keuntungan ganda juga buat lo. Pertama lo dapat penghasilan, kedua lo juga dapat popularitas, soalnya kata temen gue mereka cukup terkenal. "

Mendengar anggapan Suho, Airin jadi tertarik untuk menerimanya. Tidak salah juga kan kalau dicoba? Siapa tahu ia benar-benar akan diuntungkan nantinya. Airin juga ingin mencoba dunia baru, selama ini ia menjadi model hanya untuk menghiasi cover majalah.

"Kalau lo mau, nanti gue omongin sama temen gue. Syukur-syukur besok kalian bisa briefing dulu buat persiapannya. "

"Iya deh, Ho. Gue mau uji coba kemampuan. " Balas Airin menyetujui. Suho terlihat senang dan juga lega mendengarnya.

Pemotretan akhirnya benar-benar selesai, dan Airin pun pulang ke rumah. Sebenarnya Airin tidak percaya diri jika disandingkan dengan artis, terutama itu berhubungan dengan musik.

Semua itu karena Brian.

-

-

-

-

-

Kritik dan sarannya ya guys👐

“Hai, Brian! ”

Hai, Brian! | Day6 YoungK [completed] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang