Syuting Kedua - Rahasia Yang Terjaga

1.3K 192 8
                                    

Para rombongan itu sampai di Bali setelah menempuh perjalanan sekitar 1 jam 55 menit dari Jakarta. Dowoon dan Jae adalah dua orang yang paling bersemangat setelah menginjakkan kaki mereka di tanah Bali.

"Selamat datang. " Sapa salah seorang Resepsionis Hotel, lalu yang lainnya mulai memakaikan kalung bunga untuk mereka semua secara satu persatu.

Setelah pengalungan bunga selesai, giliran pembagian kunci kamar.

Brian satu kamar dengan Jae.

Sungjin, Wonpil, dan Dowoon satu kamar dengan tiga ranjang.

Sementara Airin satu kamar dengan staff perempuan, kebetulan kamarnya berhadapan dengan kamar Brian dan Jae.

Syuting akan dimulai sore nanti, jadi mereka masih memiliki waktu untuk istirahat.

"Hah, capek banget! " Keluh Brian sembari merebahkan badannya secara kasar ke atas kasur. Dia tidak sengaja melirik sosok Jae yang tengah menata rambut di hadapan cermin. "Jae! "

Jae merespon dengan deheman, sementara tangannya masih sibuk menata rambut.

"Lo nggak penasaran kenapa tadi gue bisa bareng sama Airin? "

Jae mengheningkan cipta, eh bukan! Maksudnya mengheningkan suara. Entah apa yang akan ia katakan, tetapi sepertinya Jae memikirkan hal itu masak-masak.

"Gak. " Jawab pria jangkung nan kurus itu sesingkat mungkin. Brian harus menelan kekecewaan sekarang, sudah lama menunggu tapi yang Jae keluarkan dari mulutnya hanya satu suku kata yang bahkan tidak baku.

"Jae, serius lah! Kalau lo penasaran gue cerita nih! "

Terdengar suara napas berat Jae yang dihembuskan dengan kasar. Jae membalikkan badan setelah selesai menata rambut ombak badainya itu. Ia berjalan, menghampiri Brian dan ikut duduk di atas kasur. Brian pun segera merubah posisinya, dari yang tadi rebahan menjadi duduk seperti Jae.

"Awas kalau cerita lo nggak seru! " Kata Jae mengultimatum Brian sebelum mulai bercerita. Brian sendiri memberi respon berupa anggukan kepala.

"Jadi kemarin gue kan dateng ke rumahnya Airin, gue rencananya mau silaturahmi sama dia. " Brian menghentikan ceritanya sejenak, sedang menata rincian kalimatnya agar dapat di pahami oleh Jae. "Waktu gue ngobrol sama Airin, eh ada Bapak-Bapak tua yang dateng mau bawa Airin balik ke kampung! Dia ngaku-ngaku sebagai calon suaminya Airin masa? "

Mata Jae melebar, mulutnya pun sama dan langsung ia tutup menggunakan tangan. "Serius lo, Bri? Wah! " Jae seperti tidak percaya dengan apa yang baru saja Brian katakan.

"Memangnya wajah gue kelihatan lagi bercanda ya? Enggak, kan? " Tanya Brian dengan sedikit menahan kesal. 

"Terus kelanjutannya gimana? Hubungannya sama kalian yang berangkat bareng? "

"Ya karena gue nggak mau Airin diganggu sama itu Bapak-Bapak, gue ajak aja dia tinggal di rumah gue! "

Jae tidak sadar tangannya memukul lengan Brian saking gemasnya dengan si Bassist. "Yang bener? " Jae bertanya kembali diselingi oleh tawa yang berusaha ia tahan sebisa mungkin. Brian mulai frustasi dengan Jae. Ini sudah kedua kalinya ia bercerita tentang Airin, dan respon Jae selalu saja membuatnya naik pitam.

Brian merajuk. "Nggak tau ah! Capek gue curhat sama lo, nggak percayaan mulu! " Ungkap Brian sedikit memberatkan suaranya.

"Utututu, Ian ngambek uwuu. " Ledek Jae sembari jarinya menggelitik dagu runcing milik Brian, yang diledek segera menepisnya dengan kasar.

"Geli gue, Jae! Kelamaan jomblo, lo jadi bahaya lama-lama! "

Jae tertawa lepas ketika melihat wajah panik Brian. Namun, selang beberapa detik ia menghentikan tawanya. "Bri! "

Hai, Brian! | Day6 YoungK [completed] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang