Bonus Chapter ; Pagi Terindah

1.4K 103 10
                                    

Kebahagiaan sebuah keluarga kecil tidak akan lengkap rasanya jika tanpa kehadiran seorang anak di tengah-tengahnya. Tentu saja, anak memanglah tali yang akan mengikat sepasang manusia untuk terus mempertahankan hubungan mereka. Dalam keadaan baik atau buruk sekali pun.

Brian sangat bahagia tentang kenyataan bahwa dirinya akan memiliki seorang buah hati. Membayangkan sosok mungil yang akan memanggilnya 'Ayah' di kemudian hari, seperti pekerjaan utamanya saat ini. Ia tidak perduli apakah anaknya nanti seorang laki-laki atau perempuan, dia dan Airin akan menerima dengan penuh suka cita.

Namun, Brian memiliki sebuah harapan untuk calon buah hatinya terkait gender. Jika anaknya laki-laki, Brian berharap kalau anaknya tidak akan mewarisi sifat buruk Brian. Terutama kebodohan-kebodohan yang Brian pernah lakukan di masa mudanya. Dan jika anaknya adalah seorang perempuan, dengan perasaan penuh Brian berharap kalau Putrinya akan tumbuh menjadi anak yang secantik, sebaik, dan sepandai Ibunya.

Airin memang sangat cantik, bahkan ketika sedang tidur sekali pun.

Brian yang sudah terbangun sedari tadi, terus saja memperhatikan wajah istrinya yang masih lelap tertidur. Dengan posisi tubuh yang tidur memiring juga salah satu tangan yang menopang kepala, Brian menyunggingkan senyumnya. Berkali-kali mengucapkan rasa syukur kepada Tuhan yang sudah mengembalikan kebahagiaannya dengan Airin.

Sinar cahaya matahari pagi yang menembus kaca jendela seakan sedang mengusik tidur Airin. Brian pun langsung menghalangi sinar itu menggunakan telapak tangan besarnya. Menjaga agar tidur Airin tetap nyenyak.

Ia kembali tersenyum, namun sedikit samar. Menggemaskan.

Tiba-tiba saja ia dikejutkan oleh pergerakan alami Airin ketika memeluknya dalam keadaan yang masih tidur. Wanita itu seakan sedang mencari tempat ternyamannya untuk menenggelamkan kepala. Tempat itu ada di dada bidang dari pria berpipi gembul. Airin sangat manja kepada Brian jika seperti itu.

Sebuah kenyataan bahwa Airin sebenarnya sudah bangun sebelum sinar matahari mengusiknya untuk beberapa detik lalu. Ia diam karena ingin membiarkan sang Suami puas memandanginya.

Ah, itu momen manis yang bisa membuat siapa saja iri.

Airin memeluk Brian, menempatkan tangannya pada pinggang si pria. Brian membalasnya dengan mengusap helai rambut Airin dengan lembut sambil sesekali mengecup kening wanita itu dengan hangat. "Kamu udah bangun kan? " Tanya Brian yang langsung membuat Airin membuka matanya secara perlahan.

Airin sedikit menaikkan wajahnya, menatap mata Brian yang juga melakukan hal demikian. Mereka beradu pandangan dengan kedipan yang lemah.

"Nggak tahu kenapa tapi aku selalu ngerasa kangen sama kamu setiap pagi, Bri. Padahal kamu juga ada di samping aku. " Ucap Airin, menyimpang dari jawaban yang seharusnya ia berikan.

Kening Brian agak mengerut mendengar pernyataan jujur dari istrinya itu, namun senyum kembali ia perlihatkan. "Aku kan orangnya memang selalu bikin kangen, Rin. Baru tahu ya? " Balas Brian yang kalimatnya mengandung candaan ringan.

Airin pura-pura merajuk. "Apa sih?! " Ia pun membalikkan badan hingga memunggungi Brian. "Maksud aku tuh bukan gitu! "

"Terus? Maksudnya gimana? " Tanya Brian sembari memeluk Airin dari belakang. Tangannya mengusap perut Airin yang sedang diisi oleh buah hati mereka.

Mata Airin bergerak panik, bingung harus menjelaskan seperti apa. Dia juga memiliki gengsi, asal kalian tahu. "Pokoknya bukan gitu! "

Brian tertawa kecil, gemas dengan wanita yang sedang ia peluk di atas kasur tersebut. Ia pun membalikkan tubuh Airin dengan pelan hingga menghadap ke arahnya kembali. Brian seakan menghipnotis seluruh hidup Airin hanya dengan satu garis pandangan mata. Betapa murninya tatapan itu, penuh cinta yang begitu dalam untuk sang wanita.

Hai, Brian! | Day6 YoungK [completed] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang