Kemarahan Direktur

720 112 4
                                    

Ia sebenarnya dekat, namun entah kenapa terasa sangat sulit untuk mendekap. Hati yang lumpuh, terasa ingin mati dalam rasa sakit yang tak henti-hentinya menjerat.

Ironis.

Kisah klise nyatanya masih ada yang meminati di zaman secanggih ini. Dimana menilai seseorang hanya berdasarkan perbuatannya di masa lalu, padahal bisa saja orang itu sudah berubah tanpa orang lain ketahui.

-

Airin menata barang-barangnya ke dalam tas kerja. Beberapa barang masih tertinggal di rumah Brian, namun Airin tidak bisa mengambilnya di situasi yang seperti ini. Mau tidak mau, Airin hanya membawa yang masih ada di rumahnya saja.

Wanita itu berjalan keluar dari kamar. Suara yang dihasilkan hils sepatunya ketika bersentuhan dengan lantai, rupanya membuat Bapak Mansu menaruh perhatian. Beliau yang sedang duduk di atas sofa sembari membaca koran dan menikmati secangkir teh hangat, segera bertanya. "Mau kemana, Nduk? "

"Mau kerja, Pak. Ada jadwal pemotretan. " Jawab Airin. Ia sebenarnya mengatakan hal yang jujur, tetapi Bapak Mansu malah mencurigai.

"Kerja atau bertemu Brian? " Tanya beliau lagi, kali ini suaranya agak diberatkan.

Airin tersenyum nanar, ia kembali teringat bagaimana sedihnya Brian saat diusir oleh Ayahnya sendiri.

"Kerja kok, Pak. "

"Baiklah, ayo Bapak antar! "

"Loh, kenapa harus diantar, Pak? Airin bisa berangkat sendiri. "

"Kalau Bapak biarkan kamu berangkat sendiri, pasti nanti kamu akan menemui pria itu lagi! "

Bapak Mansu seperti mampu membaca isi pikiran Airin. Memang betul, Airin memiliki rencana untuk mampir ke rumah Brian saat berangkat nanti. Tapi sayangnya itu hanya sekedar rencana yang dalan artiannya gagal untuk di realisasikan.

"Pak, memang apa salahnya kalau Airin bertemu dengan Brian? Anggaplah Brian memang melakukan kesalahan di masa lalu, tapi sekarang Brian sudah berubah, Pak! Dia mencintai Airin dengan tulus. " Airin merasa sangat yakin dengan kebenaran dari kalimat yang ia ucapkan itu. Tapi, Bapak Mansu masih belum bisa memahami juga, beliau tetap teguh dengan pendiriannya.

"Laki-laki itu pandai menjilat ludahnya sendiri, Airin! Bapak tahu karena Bapak juga seorang laki-laki! "

"Tapi, Pak..., "

"Mau kerja ya Bapak antar, kalau nggak mau ya kamu cukup di rumah saja. Beres, kan? "

Airin merotasikan matanya ke arah lain, seakan malas untuk berdebat dengan Ayahnya. Pada akhirnya ia menurut dan mau untuk diantar Bapak Mansu. Terpaksa rencananya untuk menemui Brian harus gagal.

-

Di lain tempat namun masih di waktu yang sama, ada Jae dan juga Brian yang baru saja tiba di studio pribadi milih Band mereka.

Jae dan Brian melihat ada satu mobil dan dua motor, itu sudah jelas kendaraan pribadi milik Sungjin, Wonpil, dan Dowoon.

Brian terasa ragu untuk melangkah masuk, namun Jae selalu berusaha untuk meyakinkan Brian bahwa semuanya akan baik-baik saja.

Hai, Brian! | Day6 YoungK [completed] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang