Syuting Kedua - Drama Keberangkatan

1.3K 197 7
                                    

Pagi ini Airin bangun lebih pagi karena ia belum mempersiapkan segala hal untuk dibawa ke lokasi syuting nanti. Mengingat lokasi syuting kedua itu di Pantai dan berada di luar kota, Airin tidak membawa baju atau jaket tebal, pikirnya udara di sana tidak akan terlalu dingin. Lagipula Airin itu betah dengan hawa dingin.

Ia keluar dari kamarnya dan bertemu dengan Awan yang hendak berangkat sekolah.

"Kak Airin udah rapih aja? " Tanya Awan terheran-heran.

"Iya, kan harus berangkat pagi nanti, Wan. "

Awan mengangguk-anggukkan kepalanya merasa paham. "Bang Brian belun bangun tadi, kak. Tolong bangunin ya, nanti kalau masih nggak mau bangun setrum aja lubang hidungnya. Gue berangkat dulu! " Dan Awan pun melenggang pergi setelah selesai berbicara.

Ingin rasanya Airin tertawa, membayangkan bagaimana jika ia benar-benar menyengat lubang hidungnya Brian menggunakan listrik, seperti yang Awan usulkan tadi. Pasti itu akan terlihat jahat sekali, tetapi lucu.

Wanita itu berjalan menghampiri kamar Awan, pergerakannya berhenti setelah menyentuh gagang pintu tersebut. Ia melepasnya lalu mundur kembali beberapa langkah. "Kenapa gue ini plin-plan banget? Gue benci sama Brian tapi malah nerima bantuannya, dan sekarang gue tinggal lagi di rumah ini? " Airin tidak tahu bagaimana ia bisa seluluh ini, padahal tiga tahun bukan waktu yang singkat, dan selama itu pula Airin sudah belajar menangguhkan hatinya.

Airin hendak membalikkan badannya, mencoba untuk tak ingin perduli dengan Brian. Tetapi, ia kembali membatalkan niatannya itu. "Kalau nggak gue bangunin, Brian bisa telat dateng, dan itu artinya jadwal syuting bakal kacau! " Ucap Airin berbicara dengan sebilah pintu kayu di hadapannya.

Mau tidak mau, berani tidak berani, Airin harus membangunkan Brian. Baginya ini demi kelancaran syuting, bukan demi image baik Brian di mata orang-orang yang berkaitan dengan syuting ini.

Pintu pun terbuka tanpa menghasilkan suara yang berarti. Airin melihat kamar mantan Adik Iparnya itu sangat berantakan. Buku-buku bekas dibaca tergeletak begitu saja di lantai sampai seragam sekolah Awan yang ditaruh di sembarang tempat. Airin masuk ke kamar Awan lebih dalam lagi. Masih dengan kaki yang melangkah, Airin mencoba untuk memungut benda-benda itu dari tempat yang tak seharusnya. Ia menata satu persatu buku di rak, lalu menaruh baju-baju kotor Awan ke dalam keranjang cucian.

Mata Airin melirik sosok Brian yang masih tidur dengan posisi tengkurap dibalut oleh selimut tebal. Airin merasa ragu, apakah ia memang harus membangunkan Brian atau menunggu pria itu sampai bangun dengan sendirinya saja.

Sepertinya pilihan kedua itu sangat tidak mungkin mengingat waktu yang dimiliki mereka sangat mepet.

"Bri! Bangun, Bri! " Ucap Airin membangunkan Brian dari tempatnya berdiri, namun Brian tidak bisa mendengar suara Airin.

Kalau kata Awan, telinganya Brian itu kedap suara. Dering alarm saja Brian tidak dengar, apalagi suara Airin yang pelan itu?

"Brian, bangun!! "

Kali ini Airin menarik selimut yang Brian gunakan. Pria itu memberi sedikit respon berupa erangan singkat, namun ia kembali tertidur dengan cepat seakan dunianya adalah kasur yang sedang ditidurinya saat ini.

"Susah banget bangunin Brian! Pantas aja Awan senang gue balik lagi. " Airin merasa jengkel dan putus asa di saat yang bersamaan. Ia memikirkan cara untuk membangunkan Brian, dan terlintaslah sebuah ide cemerlang.

Airin tersenyum sadis lalu memencet hidung Brian untuk waktu yang tidak bisa dikatakan sebentar. Karena kesulitan bernapas wajah Brian sampai memerah, seketika ia langsung bangun dari tidurnya.

Hai, Brian! | Day6 YoungK [completed] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang