Pilihan Dan Keputusan Bodoh

1.1K 144 6
                                    

“Terimakasih kepada hati yang masih begitu sabar untuk menanti. Terimakasih juga untuk ego yang bersedia untuk menerimanya kembali. ”

Motor Awan berhenti dengan mulus tepat di garasi rumahnya. Ia melepas helm lalu berjalan untuk masuk ke dalam rumah. Rasanya lelah, berangkat sekolah pagi dan pulang di sore hari. Beruntung di rumah ini sekarang sudah ada Airin, Awan jadi merasa dirinya ada yang mengurus.

Anak laki-laki itu mendorong gagang pintu ke dalam, ia berhasil masuk ke dalam rumah sekarang.

Terkejutnya Awan saat melihat Airin dan Brian saling mengobrol asyik di depan televisi. Yang membuat Awan terkejut bukan karena topik obrolan Airin dan Brian, melainkan kedekatan mereka. Airin tampak menenggelamkan kepalanya dalam dekapan hangat Brian, mereka tak henti-hentinya tertawa karena menonton suatu acara televisi yang tengah berlangsung, mereka merasa itu lucu.

"Katanya nggak rujuk, tapi kayak gitu? " Gumam Awan dengan suara rendah. Ia berjalan kembali, lebih dekat ke arah dua orang dewasa yang masih belum menyadari kedatangannya.

Awan pura-pura terbatuk saat sampai di tempat Airin dan Brian, sontak itu membuat mereka panik kelabakan. Seperti pasangan sejoli yang terciduk tim penggrebekan saja.

"Ngagetin aja deh lo, Wan! " Pekik Brian sembari mengelus kasar dadanya.

Awan merasa acuh dan tak ingin menanggapi kalimat Brian. Ia lebih penasaran terhadap pertanyaan yang ada di kepalanya. "Ini maksud kalian gimana? " Tanya anak laki-laki bernama lengkap Hanawan itu. Awan ikut duduk di sofa dan bersilang dada penuh wibawa, seolah-olah dirinya bertindak untuk menyidang Airin dan juga Brian.

Kedua orang itu saling melempar pandangan, tidak lama mereka mengulas senyum secara aneh. Hal ini membuat Awan bergidik ngeri melihatnya.

"Bang, lo masih sakit ya? Gue jadi parnoan lo kenapa-kenapa! "

"Maksud lo? Gue gila gara-gara senyum gini? "

Awan mengangguk tanpa ragu, Brian jadi menyesal telah memberi Awan pertanyaan yang konyol seperti tadi.

"Awan, kita ada kabar baik buat lo! " Kali ini Airin yang berbicara kepada Awan.

"Kabar baik apa, Kak? "

"Gue sama Airin udah baikan dong! " Sahut Brian dengan semangatnya, padahal yang Awan tanyai itu Airin.

Awan tidak terkejut sama sekali, ia lebih memilih untuk memasang ekspresi datarnya. Bukannya Awan tidak suka, ia seperti itu karena sebelumnya sudah menebak Airin dan Brian akan kembali bersama. Itu hanya tentang permainan waktu, Bung!

"Yah, gue nggak terlalu kaget sih. Tapi selamat deh buat kalian berdua! Gue ikut senang. "

"Serius, Wan? "

Awan menampilkan senyum lebarnya kepada Airin. "Duarius malahan, Kak! Akhirnya ada yang ngurusin Bang Brian lagi, jadi dia nggak nyusahin gue! " Kata Awan dengan sedikit ejekan hingga pada akhirnya anak laki-laki itu tertawa dengan keras. Brian sudah bersiap melepas sendalnya untuk dipukulkan ke Awan, tapi sayangnya Awan menghindar dengan cepat dan berlari masuk ke dalam kamar.

"Udah, Bri! Udah! " Airin menarik tangan Brian kembali saat pria itu hendak mengejar adiknya ke kamar.

"Nakal banget itu anak sekarang! " Ucap Brian setengah kesal.

Hai, Brian! | Day6 YoungK [completed] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang