Kenapa Nggak Jujur?

787 115 10
                                    

Studio Enam Hari yang tak terlalu besar itu dibuat ramai oleh suara permainan Drum Dowoon. Ia berlatih sangat keras untuk Comeback minggu depan. Tentu semuanya merasa exited, tapi Dowoon yang paling terlihat jelas.

Dowoon tidak sendiri, di sana ada para personel Enam Hari yang lain juga. Ah, kecuali Brian.

Jae memandangi layar ponselnya dengan wajah yang kusut. Pria itu tidak bisa menghubungi Brian sejak kemarin, padahal hari ini seharusnya mereka latihan bersama.

"Belum bisa dihubungi juga? " Tanya Sungjin tiba-tiba, sedikit mengalihkan perhatian Jae.

Yang paling tua menggeleng. "Hp-nya nggak aktif terus! " Kata Jae menjawab. Mereka berempat mulai khawatir dengan sahabatnya itu.

"Kita datang aja ke rumah Bang Brian! " Usul Wonpil dan diangguki oleh Dowoon yang sudah menghentikan permainan Drum-nya saat Jae berbicara tadi.

"Itu anak pasti lagi ada masalah, kebiasaan banget nggak mau cerita! "

Jae membungkam mulutnya. Ingin menanggapi kalimat Sungjin, tapi dirinya sendiri takut jika salah berbicara.

Akhirnya rombongan anak Band itu berangkat bersama-sama ke rumah Brian. Mereka ingin tahu, masalah apa yang sebenarnya dihadapi oleh Brian. Dengan Sungjin sebagai supir, mobil pun mulai melaju dengan kecepatan sedang.

Sempat ada pertanyaan yang mencuat dari mulut Dowoon di tengah-tengah perjalanan.

"Bang Brian sama Kak Airin dekat lagi ya? Udah ada niatan buat serius kayaknya? " Begitulah kalimat pertanyaan Dowoon, namun tidak ada satu orang pun selain dirinya yang mau menjawab.

Wonpil sedang mendengarkan lagu lewat headset, jadi maklum kalau dia tidak menjawab karena Wonpil memang tidak mendengar saat Dowoon bertanya.

Kalau diamnya Jae dan Sungjin?

Mereka berdua merasa sangat canggung di dalam mobil. Bahkan Sungjin yang faktanya adalah orang tersantai pun juga bisa canggung jika sedang menyembunyikan sesuatu.

Keheningan itu berlangsung sangat lama, bahkan saat mereka sudah sampai di rumah Brian.

Mereka semua keluar dari mobil, lalu Sungjin yang bertugas untuk memencet bel yang berada di samping pagar.

"Nggak dikunci kok! " Kata Wonpil yang langsung melenggangkan kaki untuk masuk ke halaman rumah lebih dulu ketika berhasil membuka pagarnya.

Ia diikuti oleh tiga orang di belakang, mulai memasuki area halaman rumah.

Jae baru ingin mengetuk pintu, tapi tiba-tiba saja bilah papan kayu itu sedang ditarik dari dalam. Begitu terbuka, mereka melihat sosok Awan yang masih memakai kaos oblong serta celana boxer berwarna merah, tidak memakai kata muda.

Anak laki-laki itu seperti kehilangan sisi terang kehidupannya saat mengetahui siapa yang datang.

"Kenapa muka lo, bocah? Garang banget kayak Kak Ros-nya Upin dan Ipin! " Tanya Dowoon sambil bergurau, dia ini suka sekali kalau mengajak ribut Adiknya Brian itu.

"Bocah jangan teriak bocah deh, Bang! Malu sama kelakuan! " Sungut Awan. Seketika tawa Jae, Sungjin, dan Wonpil pun pecah tatkala mendengar Dowoon dibalas oleh Awan.

Siapa suruh menyulut peperangan, kan?

Jae menggelengkan kepalanya, tidak habis pikir dengan dua orang yang memiliki rasio usia sebanyak 5 tahun itu. Ia kemudian mengurangi volume tawanya. "Eh, Abang lo ada di rumah nggak? Dari kemarin nggak ada kabarnya itu orang. Masih hidup kan dia, Wan? "

Hai, Brian! | Day6 YoungK [completed] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang