Bangunan Tua

666 100 5
                                    

Pukul 20.03 WIB, Bapak Mansu dan juga Brian tiba di sebuah tempat yang Bapak Kuncoro beri tahu lewat sambungan telepon tadi. Tempat itu terlihat seperti bangunan tua, mirip Pabrik yang sudah lama tidak beroperasi.

Bapak Mansu turun dari motor terlebih dahulu karena beliau duduk di belakang, lalu diikuti Brian yang sedari tadi menjadi pengemudi.

"Bapak yakin Airin diculik di sini? " Tanya Brian memastikan, dan Bapak Mansu mengangguk tanpa ragu meskipun beliau tidak terlalu hafal daerah itu. Beliau terlihat sangat cemas dan juga panik, ingin sekali segera bertemu dengan putri semata wayangnya.

Sepanjang perjalanan tadi, Brian sempat bertanya-tanya tentang kejadian yang sebenarnya. Bapak Mansu pun menjelaskan dengan sangat rinci agar Brian mudah paham.

Jadi hari ini Airin ada pemotretan. Pulang sekitar jam 4 sore. Airin pada dasarnya suka berjalan kaki, karena itu ia menelepon Ayahnya sembari berjalan pulang. Niatnya memberi tahu kepada sang Ayah, kalau ia akan pulang sendiri hari ini.

Tetapi, sambungan telepon terputus secara tiba-tiba. Bapak Mansu panik, namun beliau masih bisa berpikir positif. Bisa saja pulsa Airin habis, atau sinyalnya sedang jelek. Lebih masuk akalnya lagi, batrai ponsel Airin yang habis.

Beliau tidak menelepon balik dan hanya menunggu sang Anak sampai di rumah. Waktu bergulir dengan semestinya. Bapak Mansu merasa ada yang aneh karena saat jam menunjukkan angka setengah 7, sosok Airin belum juga sampai.

Akhirnya ada tindakan untuk menghubungi Airin, namun ponsel Airin tidak aktif. Bapak Mansu semakin panik, beliau ingin menghubungi teman-teman Airin, tetapi beliau sendiri juga tidak memiliki kontak ponsel mereka. Jangankan menyimpan kontak, mengenal siapa teman-teman Airin saja tidak.

Di tengah-tengah kecemasan itu, Bapak Mansu mendapatkan sebuah telepon dari nomor yang tidak dikenal. Tanpa pikir panjang, beliau angkat.

Ternyata itu adalah suara Bapak Kuncoro yang memberi tahu bahwa beliau sedang menculik Airin. Katanya, "Jangan coba-coba menghubungi Polisi, Mansu! Saya tidak akan menyakiti Airin, tapi......, datanglah ke bangunan tua yang ada di jalan Kenari kawasan Pabrik. Oh iya! Ajak juga pria kurang ajar bernama Brian itu! Jangan sampai lupa, ajak Brian! ", dan sambungan telepon pun terputus secara sepihak.

Begitulah cerita sebelum Bapak Mansu datang ke rumah Brian untuk meminta bantuan. Sempat ada rasa ragu di benak beliau pada awalnya. Ragu dan juga malu. Beberapa hari yang lalu, beliau sangat membenci Brian, melarang, bahkan mengusir pria itu. Menghujaninya dengan kata-kata menusuk yang pasti sangat menyakitkan. Sayangnya beliau tidak ada pilihan lain sekarang.

"Bapak? "

Lamunan Bapak Mansu buyar saat Brian memanggil beliau. Ekspresi bingung terlukis di wajah pria paruh baya itu.

"Bapak di sini saja, biar saya yang masuk ke dalam. "

"Loh, jangan! Berbahaya kalau kamu masuk sendirian, Brian! " Sahut Bapak Mansu melarang, namun Brian malah menyunggingkan senyumnya.

"Akan lebih berbahaya lagi kalau Bapak ikut masuk ke dalam. Bapak tenang saja, saya janji akan menyelamatkan Airin. "

Bapak Mansu tersentuh dengan perkataan mantan menantunya itu. Sangat jelas sekali bahwa Brian benar-benar mencintai putrinya.

"Airin itu napas dalam kehidupan saya, Pak. Saya tidak akan membiarkan hal buruk terjadi pada Airin. " Ucap Brian kembali, mencoba meyakinkan Bapak Mansu kalau dirinya bisa dan mampu untuk menyelamatkan Anaknya.

"Baiklah, Brian. Jika itu memang keinginan kamu. Tolong selamatkan anak saya, dan tolong...., " Bapak Mansu menjeda kalimatnya beberapa detik. "Tolong, kamu juga harus baik-baik saja dan keluar dari sana bersama Airin. "

Hai, Brian! | Day6 YoungK [completed] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang