Airin Diculik?

701 111 2
                                    

Promosi Enam Hari untuk yang pertama kalinya setelah album keluar, sukses tanpa ada kendala sedikit pun. Ah, kecuali keributan yang mereka buat diawal tadi.

Seperti biasa, para personel Enam Hari akan menyewa sebuah Kafe untuk mengadakan pesta kecil-kecilan sebagai bentuk perayaan.

Sungjin, Wonpil, dan Dowoon katanya akan datang bersama. Sementara Jae akan datang dengan Brian. Jae sudah sekitar 1 jam yang lalu ada di rumahnya Brian, menunggu sang sahabat yang sedang sibuk di kamarnya.

"Lama banget, dasar anak perawan! " Celetuk Jae yang kini semakin merasa bosan di ruang tamu. Dari tadi jarinya terus saja memencet tombol remot untuk mengganti saluran televisi, tidak ada acara yang mengesankan, pikir Jae.

Selang beberapa menit, Brian keluar dari kamarnya dengan pakaian serta dandanan yang..., susah untuk dijelaskan.

*Anak Band Banged! *

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

*Anak Band Banged! *

"Malam-malam ngapa pakai topi, Bri? " Tanya Jae terheran-heran. Yang ditanya mulai memberikan responnya.

"Memang ada larangan, nggak boleh pakai topi malam-malam? " Balik pria itu bertanya, dan Jae langsung mengatupkan bibirnya dengan tidak rela.

Jae melirik kamar Awan yang pintunya tertutup. "Adik lo gak diajak? Kasihan di rumah sendirian. "

"Nggak usah, nanti dia bikin bangkrut kita di Kafe! " Sahut Brian dengan cepat.

"Perhitungan banget lo sama adik! "

"Kayak nggak hafal Awan aja deh lo, Jae! Badan kurus gitu kalau makan bisa nguras isi dapur! "

Jae tidak dapat menahan tawanya lagi, ia melebarkan mulut yang kemudian tertawa sekeras-kerasnya. Mungkin Awan juga dapat mendengar suara itu dari dalam kamarnya.

Jae dan Brian tidak ingin menghabiskan waktu lebih lama lagi, mereka harus segera berangkat ke Kafe sebelum sahabat-sahabatnya merajuk. Sewaktu Brian hendak membuka pintu mobil, tiba-tiba saja ada motor Vespa yang berhenti di depan pagar rumahnya. Seseorang terdengar memencet bel dari arah luar dengan sarkas.

Mereka berdua saling melempar pandangan satu sama lain. "Siapa tuh malam-malam bertamu? " Tanya Jae, dan Brian hanya memberikan respon berupa gindikan bahu tanda bahwa ia juga tidak tahu.

Bel semakin dibunyikan dengan tidak sabaran, bahkan orang yang ada di luar itu juga menggedor-gedor pagar rumah Brian.

Sang pemilik rumah berserta dengan Jae berjalan dan mulai membuka pagar rumahnya dengan hati-hati. Karena permukaan pagar rumah Brian itu full jadi dia tidak bisa mengintip.

"Bapak? " Pekik Brian setelah mengetahui bahwa yang ada di luar tadi adalah Ayahnya Airin. Bapak Mansu tampak panik, panik sekali.

"Ada apa, Pak? "

"Brian, tolong! Tolong bantu saya! "

-

Jae terlihat berlari menuju Kafe ketika ia berhasil menghentikan mobilnya di parkiran. Pria itu bergegas masuk tanpa memperdulikan seorang karyawan Kafe yang hendak menyapanya.

Dia mengedarkan pandangannya, mencari keberadaan tiga orang sahabat yang menjadi alasannya untuk datang kemari. Wajah Jae terlihat panik, entah apa yang sebenarnya sedang terjadi.

"Woy, Jae! "

Jae menoleh ke arah barat saat mendengar namanya dipanggil, dari suara dan cara memanggilnya itu sudah pasti Sungjin. Jae boleh merasa lega untuk detik ini. Ia kembali berjalan dengan langkah kaki yang tergesa-gesa seperti tadi, itu membuat Sungjin, Wonpil, dan Dowoon menaruh rasa heran.

"Bang Brian mana, Bang? Katanya berangkat bareng? " Tanya Dowoon penasaran. Ia bahkan sampai meneliti arah luar dari tempatnya duduk sekarang.

"Itu masalahnya! " Ucap Jae menjawab dengan napas yang masih terdengar kurang beraturan.

"Masalah gimana, Bang? Ada apaan? " Kali ini Wonpil yang bertanya sembari menyeruput jus jambu menggunakan sedotan kecil. Ia tidak terlihat panik, karena belum mengetahui yang sebenarnya.

Karena belum tahu, makanya dia bertanya. Gimana sih?!

Sungjin berdiri dari posisi duduknya. Ia sudah menebak ada yang tidak beres semenjak Jae datang dengan wajah panik. Maka pria itu mencoba untuk menenangkan Jae terlebih dahulu.

"Atur napas dulu coba, Jae. Habis itu baru cerita! " Katanya, dan Jae pun langsung menurut. Ia menarik napasnya lalu dihembuskan dengan berlahan. Jae mengulanginya sampai empat kali, barulah bisa merasa tenang.

"Udah? " Tanya Sungjin lagi. Jae memberikan jawaban lewat anggukan kepalanya. "Nah, sekarang lo bisa cerita. Ada apa? Terus kenapa Brian nggak ikut sama lo? " Lanjut Sungjin.

"Tadi gue sama Brian udah mau berangkat, gue kan memang jemput dia di rumah. Pas kita naik mobil, Bapaknya Airin datang! "

Wonpil dan Dowoon memberikan atensinya kepada cerita Jae barusan. Wajah ketiga orang itu tidak bisa dikatakan santai lagi, namun juga ada sisi bingung karena Jae setengah-setengah dalam bercerita.

"Terus gimana, Bang? "

"Bapaknya Airin tadi kelihatan panik, Woon! Pas ditanya sama Brian, Bapaknya Airin bilang kalau Airin diculik sama juragan bebek di kampungnya! "

Wonpil langsung menutup mulutnya yang menganga menggunakan tangan, jujur ia sangat terkejut. Bukan hanya Wonpil, bahkan Sungjin dan Dowoon juga.

"Dan Brian? "

"Dia ikut sama Bapaknya Airin, Jin. Tadi dia nyuruh gue kesini buat ngasih tahu kalian dan juga buat lapor ke Polisi! "

"Gue takut Bang Brian kenapa-kenapa. " Celetuk Dowoon. Tak lama ia mendapatkan sebuah pukulan kecil di lengannya, dan si pelaku adalah Wonpil. "Apa sih, Pil? Lo kira lengan gue samsak? " Protes Drummer Enam Hari itu.

"Mulut lo licin banget sih kalau ngomong, kayak belut kecebur minyak jelantah! " Sahut Wonpil dengan nada tak santainya.

Jae yang pernapasannya sudah relax kembali, kini malah dipusingkan dengan ocehan Dowoon dan juga Wonpil yang ribut sendiri. "Heh! Ini kita harus bantuin Brian buat bebasin Airin! Kenapa malah ribut? "

Wonpil dan Dowoon pun mengatupkan bibirnya serapat mungkin ketika Jae mengomeli mereka berdua. Jae kalau lagi serius, omelannya pasti akan ditakuti oleh dua orang itu. Beda kalau situasinya tidak segawat ini.

"Memang Brian udah tahu di mana lokasi Airin diculik? " Tanya Sungjin.

"Udah, Jin! Bapaknya Airin sempat ditelfon sama itu juragan bebek! Dia juga nyuruh Bapaknya Airin buat datang, tapi harus ngajak Brian! "

"Tapi kok bisa nyuruh Brian buat datang juga sih? Memangnya mereka saling kenal? "

Jae terdiam. Bukan karena tidak tahu harus menjawab apa, tetapi karena dia merasa bahwa sahabat-sahabatnya ini terlalu banyak tanya sampai ia sendiri lelah untuk menjawab.

"Nggak tahu ah, nggak tahu! Tadi Brian cuma pesan gitu doang sama gue! Sekarang kalian mau ikut atau di sini aja? Gue mau pergi! " Ucap Jae final.

Ketiga pria itu saling melempar pandangan satu sama lain, sampai beberapa detik kemudian mereka semua setuju untuk ikut bersama Jae.

Dengan mengendarai dua mobil, mereka berempat melaju dengan kencang untuk pergi ke kantor Polisi guna meminta bantuan. Jae khawatir, bisa saja yang diincar oleh juragan bebek itu bukanlah Airin atau Ayahnya. Melainkan Brian. Dugaan itu semakin kuat saat Jae teringat bahwa Brian pernah bercerita kalau dirinya sempat membuat masalah dengan si juragan bebek tersebut. Ini benar-benar gawat!

Hai, Brian! | Day6 YoungK [completed] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang