Tirai Jendela

794 111 17
                                    

Karena luka yang dialami Brian cukup parah, ia langsung dioperasi pada bagian kepala setelah melakukan berbagai prosedur penanganan pertama.

Itu pula yang menjadi alasan mengapa penampilan band Enam Hari di berbagai acara musik, terpaksa dibatalkan. Sebenarnya bisa saja menggunakan suara Bass rekaman, atau jika ingin tampil secara live, ada Bassist cadangan yang mau membantu. Tapi mereka berempat tidak ingin tampil seperti itu.

Jika jumlahnya tidak ada 5 personel asli maka lebih baik tidak usah tampil, begitulah prinsip Sungjin dan kawan-kawan.

Ini sudah satu minggu semenjak Brian dirawat di Rumah Sakit pasca operasi. Perban masih membalut bekas operasi di kepalanya itu dengan tebal. Hari ini adalah tugas Jae dan Awan yang menjaga Brian di Rumah Sakit setelah Sungjin, Wonpil, dan Dowoon kemarin.

"Yang lebar mangapnya, Bri! " Titah Jae yang menyuruh Brian untuk membuka mulutnya lebar-lebar agar ia bisa menyuapkan bubur yang ada di tangannya.

Brian menggeleng, ia merasa bubur terlalu membosankan jika dimakan pagi, siang, hingga malam hari. "Buburnya nggak ada variasi lain, Jae? Pucat banget kayak gue. "

"Namanya juga bubur Rumah Sakit, Bang! Makan aja udah, nggak usah rewel! " Sahut Awan yang sedang memijat kaki Brian, di samping Jae duduk.

Brian menyebikkan bibirnya, namun setelah itu ia mau membuka mulut untuk melahap sesendok bubur nasi yang disuapkan oleh sahabatnya.

Rasanya hambar, seperti kehidupan Brian tanpa Airin.

Aduh.

"Eh, Airin kenapa nggak pernah kesini? " Tanya Brian tiba-tiba. Memang benar, setelah dirinya sadar sampai sekarang, tidak pernah sekali pun melihat Airin datang menjenguknya. Bahkan Brian sempat berpikir kalau Airin memang benar-benar tidak ingin menemuinya lagi.

"Kesini kok! Setiap hari malahan. "

"Kapan, Jae? Gue nggak pernah lihat tuh. "

"Dia datangnya pas lo tidur, gimana mau ngelihat? "

Pria itu berdehem singkat sembari mengangguk paham. Kepalanya masih terasa berat untuk digerakkan dengan aktif.

Meskipun dengan kepala yang masih sakit, rupanya Brian memiliki ide cemerlang! Ia berencana untuk pura-pura tidur dan menunggu Airin datang, seperti yang dikatakan oleh Jae tadi.

Pokoknya, malam ini tidak boleh sampai ketiduran! Moto Brian.

Jam menunjukkan pukul 19.22 WIB. Jae pamit pulang karena harus mengurus Teresa di rumah, jadi hanya tinggal Awan seorang di sana.

"Wan! " Brian memanggil Adiknya dan hanya direspon lirikan oleh Awan. "Biasanya Airin datangnya gimana? " Lanjut Brian memberikan pertanyaan.

"Jalan. " Jawab Awan singkat dan padat, dia tidak ingin bertele-tele.

Wajah Brian pun berubah menjadi sedikit masam. Andai saja sedang tidak dalam kondisi sakit, pasti Brian sudah melempari Awan dengan benda-benda yang ada di sekitarnya. "Iyalah, Jalan! Yakali Airin datang kesini terbang, dipikir Kuntilanak apa?!" Balasnya setengil mungkin.

Awan diam. Untuk sepersekian menit Awan masih setia untuk diam, sampai Brian kembali mengulangi pertanyaannya dengan sedikit memaksa.

"Jadi gimana? "

"Apanya? "

"Sumpah ya, lo pengen banget gue tebas? "

"Nggak jelas! " Ucap Awan dengan remeh. Ia menyimpan ponselnya ke dalam tas lalu bersiap-siap untuk pulang menyusul Jae. "Kak Airin bentar lagi sampai sini, jadi gue mau pulang dulu. Nanti lo kalau mau pura-pura tidur, yang cakep! Biar kelihatan natural! " Setelah mengucapkan hal itu, Awan melenggangkan kakinya keluar dari ruangan tersebut.

Hai, Brian! | Day6 YoungK [completed] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang