Berkorban Untuknya

677 107 2
                                    

Airin sudah hampir selesai dengan pekerjaannya. Untungnya Bapak Mansu memberi izin kepada Airin untuk pulang sendiri setelah wanita itu merengek. Rencananya dia akan pergi ke rumah Brian, semoga saja pria itu sudah ada di rumah.

"Oke, selesai! " Kata Suho setelah merasa foto yang diambilnya sudah lebih dari cukup. Ia tersenyum bangga menatap si Model, yang tak lain adalah Airin. "Hasilnya bagus-bagus, Rin! Gue sampai takjub. " Tambahnya yang sedikit mengandung unsur gombalan.

Tcih.

Airin membalas pujian Suho dengan senyum tipis yang dipaksakan.

"Oh, iya! Mau pulang bareng gue sekalian nggak? "

"Nggak usah, Ho. Gue pulang sendiri aja. " Tolak Airin sehalus mungkin.

"Bareng gue aja, Rin! Hitung-hitung irit ongkos, kan? "

"Nggak, Ho. Gue masih harus mampir ke suatu tempat. "

Airin berharap Suho mau menyerah dan membiarkan dirinya pulang sendirian. Tapi, sayangnya Suho itu kepala batu. Ditolak malah semakin mengejar. "Pas banget! Gue bisa ngantar! "

Merasa tidak nyaman, Airin akhirnya memilih untuk diam sampai Suho merasa lelah sendiri.

Iya, sebenarnya Suho juga lelah. Ia sudah menebak bahwa ini akan sia-sia untuk dilakukan.

Bagaimana sih, rasanya 4 tahun mencintai perempuan yang malah mencintai orang lain? Bahkan perempuan itu sudah pernah sakiti oleh orang yang dicintainya.

Niat Suho sebenarnya sudah baik. Perasaannya kepada Airin pun juga tidak salah. Hanya saja takdirnya bukanlah untuk bersatu dengan Airin, dan Suho harus bertahan dengan cinta sepihaknya itu.

Memang menyakitkan. Begitulah cara cinta membodohi tuannya. Membuatnya buta akan kenyataan dan kebal terhadap penghianatan.

Benar. Perasaan Suho sendiri lah yang telah menghianatinya. Perlahan pria itu mulai paham, bahwa Airin hanya akan mencintai Brian dalam hidupnya, karena mereka memang ditakdirkan untuk bersama.

"Rin! "

"Iya, Ho? "

"Gue mau berhenti. "

Airin meninggikan alis kirinya, tidak paham dengan apa yang baru saja diucapkan oleh Suho.

"Apanya? " Tanya Airin dengan polosnya. Lagi-lagi Suho tersenyum, meskipun tidak ada yang tahu seperti apa hatinya saat ini.

"Gue mau berhenti buat cinta sama lo. "

Wanita itu diam seribu bahasa. Ia masih bingung, namun pikirannya perlahan mulai bisa menangkap apa maksud Suho.

"Kayaknya, sebanyak apa pun gue berusaha, itu nggak akan bisa bikin lo beralih dari Brian. " Suho menjeda kalimatnya sebentar. Ia merasa tidak sanggup melanjutkan, tetapi ada sesuatu yang harus ia keluarkan dari pikirannya. "Selama ini gue selalu semangat buat ngejar lo, buat bikin lo sadar kalau ada yang jauh lebih sanggup buat mencintai lo daripada Brian. Setelah gue tahu kalian putus, gue jadi semakin semangat, dan saat itulah lo menghilang. Gue coba nyari keberadaan lo, tapi sayangnya gue nggak punya petunjuk apa-apa. "

Suho mencoba terlihat biasa saja, ia beraksi mengotak-atik kamera sebagai kamuflase. "Gue senang, akhirnya lo kembali. Gue merasa bahwa gue masih ada kesempatan buat jadi pemenang kedua di hati lo, ternyata gue kembali salah. Hati lo tetap milik Brian, sampai kapan pun hanya Brian. Iya kan? "

"Gue minta maaf, Ho. Gue nggak mau nyakitin hati lo, tapi apa yang lo bilang tadi memang benar. "

Airin merasa dirinya seperti orang yang paling jahat sekarang. Tapi mau bagaimana lagi? Tidak ada hal yang bisa ia pilih kecuali mengikuti kemauan dari hatinya sendiri. Jika dipaksakan, maka Suho juga akan tetap tersakiti karena Airin yang tidak bisa mencintainya.

Hai, Brian! | Day6 YoungK [completed] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang