DM 16. Unknown Feeling

4.3K 623 47
                                    

Unknown Feeling

▶◀▶◀▶◀▶◀
아빠
▶◀▶▶◀▶◀

Yeri duduk di kursi meja makan, dengan semangkuk ramyeon instan buatannya. Ia belum sarapan, dan ia tidak bisa memasak, dan hasilnya, ia hanya memakan ramyeon, sembari menunggu Yoongi dan mamanya pulang.

Sejujurnya, gadis itu gelisah, entah kenapa ada rasa bersalah karena hal semalam yang dilakukannya bersama Yoongi. Ia seperti mengkhianati sang mama, tapi, ia berpikir kembali bukankah mereka menikah tanpa cinta?

"Haaaah...." Yeri bersandar pada punggung kursi, dengan helaan napas panjang keluar dari bibirnya.

Ia menatap ponselnya, berharap ada notifikasi masuk, dari Hyunjin, tapi tidak ada satu pun, hingga membuatnya tersenyum miris, sesuai dengan yang dipikirkannya, Hyunjin pasti akan menjadi berbeda, tapi itu memang salahnya.

Mata Yeri terpejam, dan ingatan tentang semalam terlintas, tanpa sadar gadis itu tersenyum, ada rasa menggelitik dalam perutnya, rasanya aneh.

Sentuhan Yoongi, kecupan di setiap inci tubuhnya, dan pelukan erat yang mereka lakukan ketika berada di puncak, rasa hangat ketika cairan itu masuk, Tu-tunggu.

Mata Yeri kembali terbuka, dan melebar seketika. "Se-semalam dia mengeluarkannya di dalam."

Gadis itu berdiri tergesa-gesa, segera berlari menuju kamarnya, mengambil tas dan kembali lagi turun. Keluar rumah, menuju apotek terdekat.

***

Yeri sudah kembali, gadis itu bernapas lega, ketika berhasil mendapatkan apa yang dibutuhkan. Walau ada sedikit perdebatan tadi, karena penjaga apotik itu temannya yang bekerja paruh waktu di sana.

Dengan alasan untuk sang mama, Yeri berhasil menipu dan mendapatkannya.

Ketika memasuki rumah, Haera dan Yoongi ternyata sudah kembali, dengan cepat ia menyembunyikan apa yang di belinya itu ke dalam tas.

"Yeri, dari mana?" tanya Haera.

Yeri tersenyum canggung, lalu melirik Yoongi sekilas—yang tersenyum padanya, gadis itu melangkah menuju sofa, di mana Haera dan Yoongi duduk.

"Minimarket, Ma."

"Kamu beli apa?"

Yeri mendudukkan dirinya di samping Haera. "Eum ... beli ... beli ramyeon, Yeri lapar, Ma. Mama tahu 'kan Yeri tidak bisa memasak."

Haera tersenyum lalu mengusap lembut kepala sang anak. "Mangkuk di dapur itu bekas ramyeon, kan? Memangnya kamu kurang makan satu?"

"Uh?" Mata Yeri mengerjap pelan, Bodoh Jung Yeri, bagaimana ini?

"I-iya, Yeri lapar sekali, dari pagi belum makan, mana semalam tidak bisa tidur lagi." Yeri melirik Yoongi, yang malah terkekeh tanpa suara, matanya menyipit, manis sekali.

"Kenapa kamu tidak tidur, hm?"

"Tugas, Ma." Yeri tersenyum. "Tugas kuliah benar-benar menumpuk. Sudah ya, Yeri mau ke kamar, istirahat."

"Ya sudah, mau Mama masakkan apa?"

Yeri menggeleng pelan. "Tidak usah Ma, nanti saja, Yeri mau tidur dulu."

Haera mengangguk pelan lalu kembali mengusap lembut kepala Yeri. "Ya sudah, selamat tidur Sayang."

"Oke Ma, kalau begitu, Ma, Pa, Yeri ke kamar dulu."

---

Yeri tidak tidur, itu hanya alasannya saja pada sang ibu berkata ingin tidur. Gadis itu duduk di atas ranjang, usai meminum pil kontrasepsi yang tadi dibelinya.

Menatap kosong ke arah lantai, hanya itu yang dilakukannya. Sejujurnya, ia ingin sangat ingin memiliki anak dari Yoongi, tapi situasi sekarang sangat tidak mendukung.

Satu hal lagi, Hwang Hyunjin, mengingat nama sahabatnya itu, ia benar-benar merasa sangat bersalah, entah perasaan seperti apa yang dimilikinya untuk Hyunjin, tapi yang ia tahu pasti, rasa itu spesial.

Yeri mengangkat kepalanya, menatap ke arah balkon, tepatnya kamar Hyunjin yang berada di seberang. Matanya menangkap sebuah bayang, berdiri, entah menghadap pintu kaca yang tertutupi gorden atau membelakangi, yang jelas bayangan itu berdiri tepat di dekat pintu.

Itu Hyunjin, Yeri tahu, walau hanya sekedar bayangannya, tapi ia sangat tahu.

"Hyun...."

Yeri berdiri, melangkah menuju pintu. Namun, ketika ia berdiri di pintu, bayangan Hyunjin menghilang  dan itu benar-benar membuat Yeri sadar sepenuhnya, Hyunjin benar-benar telah berubah.

Ia meraih kain gorden dan menutupnya, gadis itu berbalik, lalu tubuhnya merosot bersandar pada pintu kaca, menangis? Tidak, bahkan gadis itu berpikir menangis pun percuma, semua sudah terjadi.

---

Hyunjin kembali berbalik menatap ke arah di mana kamar Yeri berada, dapat ia lihat, tubuh gadis itu merosot ke lantai, ia benar-benar ingin melompati balkon itu tapi ... ia tidak bisa.

Dirinya harus menjaga jarak.

"Maaf, Yeri."

***

Yeri keluar dari kamarnya, bertepatan dengan Yoongi yang juga hendak turun ke bawah. Mereka saling bertatapan kemudian tersenyum.

Yeri berlari kecil menghampiri Yoongi. "Mama mana?" tanyanya.

Yoongi menoleh ke bawah, menunjuk arah dapur dengan dagunya. "Di dapur, kenapa?"

Gadis itu menggeleng pelan, dengan senyuman lebar di wajahnya, lalu menarik Yoongi dari tangga kembali naik ke atas.

"Kenapa?" tanya Yoongi.

Yeri mengulum senyumnya lalu berjinjit untuk mengecup bibir Yoongi. "Morning kiss."

Yoongi terkekeh pelan dengan pipi yang kini berubah menjadi merah. "Kupikir apa."

"Ya sudah kita turun," ajak Yoongi, lalu menarik tangan Yeri.

---

"Wah, ada apa ini? Yeri? Yoongi, kalian terlihat akrab."

Yeri memutar bola matanya jengah, lalu mendudukkan dirinya di salah satu kursi di sana. "Itu bagus, kan? Bukankah itu yang Mama mau, Yeri bisa akrab dengan Papa." Yeri tersenyum riang, menatap Yoongi. "Iya 'kan, Pa?"

Yoongi tersenyum, lalu mengangguk pelan. "Iya."

"Baguslah."

Yeri tersenyum kemudian menghela napasnya. Bagus apanya? Aku mengkhianatimu Mama. Maaf.





▶◁▶◁▶◁
TBC!!!
▷◀▷◀▷

~19 Januari 2019

Maaf, aku hanya menulis sedikit, ku hitung, hampir dua minggu ini terlantar, apalagi yang lain, yg masih lancar Jaya malah PLM, karna aku benar-benar mau menamatkan story itu.

Jujur, aku mulai kurang tertarik dengan dunia orange ini ketika aku sudah mengerti caranya menikmati hidup yang sesungguhnya...

Maaf, aku banyak omong disini. Ku harap kalian bersabar menunggu semua story aku.

Tq!

Daddy Min[Dibukukan]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang