DM 32. All I Want....

2.6K 352 40
                                    

Dengan gemetar, Yoongi meletakkan telapak tangannya di kaca jendela kecil yang berada di tengah pintu, laki-laki hanya diam, namun air matanya yang berbicara. Yoongi membekap mulutnya, menahan isakan yang akan keluar, ia tidak pernah menebak jika hatinya akan sesakit ini melihat Yeri yang terbaring tidak berdaya, dengan segala alat bantu yang melekat pada tubuh kecilnya.

Ini salahnya. Semua adalah salahnya.

Andai ia pulang lebih cepat, andai ia lebih berani, Yeri tidak akan menghadapi amarah Haera sendirian, Yeri tidak akan merasakan sakit ini semua. Karena di sini ialah yang salah, ia yang memulai semuanya dan mengakhirinya pula dengan cara pecundang.

"Jika saja kau tahu, aku yakin kau akan menyesal seumur hidupmu."

Yoongi sedikit terkejut, ketika suara itu tiba-tiba terdengar olehnya. Laki-laki berkulit pucat itu segera menghapus air matanya lalu menoleh, dan mendapati Hyunjin di sana, yang sama sekali tidak menatapnya. Namun, kalimat tadi, ia tahu, itu pasti untuknya.

"Bukankah itu lebih baik? Menyesali semuanya seumur hidupku, semua akibat perbuatanku. Begitulah cara Tuhan menghukumku," balasnya pelan.

Hyunjin menoleh, menatap laki-laki yang berstatus ayah tiri Yeri itu dengan pandangan datar, namun ujung bibirnya terbentuk senyuman sinis. "Ya, kau benar, tapi dia yang memutuskan, karena apa? Karena begitu besarnya ia mencintaimu." Dan setelahnya, laki-laki itu melangkah pergi. Urat-urat tangannya sudah menonjol karena menahan diri, agar tidak memukul Yoongi saat ini juga.

***

Ketika Yeri membuka matanya, tangis haru itu pecah. Setelah dua hari melewati masa tidurnya, Yeri akhirnya terbangun. Dan hal itu benar-benar disambut bahagia oleh keluarga besarnya, termasuk Hyunjin.

Gadis itu tersenyum ketika pandangannya dan Hyunjin saling bertemu. Ia membawa tangannya yang masih tertancap jarum infus itu ke udara, meminta Hyunjin untuk menyambutnya. Dan dengan senang hati, Hyunjin menerima uluran tangan itu, tersenyum begitu lebarnya.

"Bagaimana perasaanmu?" tanya Hyunjin, kini ia sudah berada di samping ranjang Yeri, menggenggam erat tangan pucat nan kurus itu dengan hati-hati.

Yeri tersenyum, dengan bibirnya yang tampak begitu kering dan pucat. "Aku haus," katanya pelan. "Boleh aku minum?"

Hyunjin mengangguk cepat, ia segera meraih segelas air di atas nakas lalu membantu Yeri untuk minum perlahan.

"Bagaimana?" tanya Hyunjin lagi.

Yeri mengangguk pelan, "Lebih baik, terima kasih."

"Yeri, sayang."

Yeri menoleh, ketika namanya disebutkan, gadis itu mengernyit, namun tidak mengeluarkan suara.

"Maafkan Mama Yeri, sungguh, Mama dikendalikan emosi saat itu." Ketika ia mendekat, Yeri malah beringsut mundur, mendekatkan dirinya pada Hyunjin, seolah mencari perlindungan dari laki-laki berbibir tebal itu.

"Yeri...."

"Hyun...." Yeri memanggil dengan lirih, ia mencengkeram kuat lengan kemeja Hyunjin. "D-dia siapa? Aku takut."

Deg!

Hening, seketika semuanya hening. Dan tidak lama tangis itu kembali terdengar, namun kini tangis kepedihan. Benar apa yang Dokter perkirakan, Yeri akan kehilangan memori ingatannya, tapi ... kenapa? Kenapa hanya Hyunjin yang ia ingat saat ini?

"Yeri, kau kenal aku?" Minhyun melangkah maju, sedikit membungkukkan tubuhnya untuk menatap wajah kuyu Yeri.

Namun gelengan dari gadis itu, membuat Minhyun menghela napas pelan. "Padahal kau sangat tergila-gila padaku, Yeri," ujarnya pelan.

"Apa ada yang kau ingat di sini selain Hyunjin?" akhirnya, dokter membuka suara, laki-laki berjas putih itu juga merasa sedikit heran.

Yeri kembali menggeleng dengan pelan, menatap satu-persatu dari orang-orang yang ada. "A-aku tidak ingat, yang ku tahu, hanya Hyunjin yang kupunya, hanya dia," katanya.

Dokter hanya bisa menghela napas, ini unik sebenarnya, namun ... ia juga tidak bisa berbuat banyak, hanya berharap, ingatan Yeri kembali dengan perlahan.

"Aku tidak tahu apa yang terjadi pada Yeri. Ini langka, biasanya orang-orang akan kehilangan seluruh ingatannya, atau sebagian, seperti hanya orang-orang terdekat yang mampu ia ingat. Tapi ini berbeda, hanya satu orang yang ia ingat," jelas dokter.

Dan yang lain hanya pasrah, menghela napas gusar. Mereka juga tidak bisa melakukan apa-apa saat ini, sekarang semua tergantung pada Yeri, niat Yeri untuk kembali mengingat.

~Sebagian cerita dihapus, untuk kepentingan penerbitan~


~28 September 2019


Tbc!

Daddy Min[Dibukukan]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang