DM 29. Amarah yang Selama ini Dipendamnya

2K 323 11
                                    

Yeri menyentak kuat tangannya dari genggaman Yoongi, hingga membuat laki-laki itu berbalik menatapnya.

"Kenapa kau memukul Hyunjin?!" Yeri langsung memberikan pertanyaan itu, kedua matanya memerah menahan emosi. Sekali lagi ia tegaskan, bahwa ia tidak suka melihat sahabatnya terluka.

Yoongi terkekeh hambar, laki-laki itu mengusap kasar wajahnya. Ia jadi semakin emosi saat ini, Yeri membela Hyunjin, dan ia sangat tidak suka itu.

"Kau membelanya, lagi?" satu langkah ia ambil untuk mendekat pada Yeri. "Kenapa kau marah padaku? Bukankah seharusnya aku yang marah? Aku kekasihmu, Jung Yeri, dan tadi aku melihatmu berciuman dengan laki-laki lain! Apa aku tak berhak marah?!" napas Yoongi memburu, dadanya ikut naik turun, wajahnya pun sudah memerah.

Yeri membuang pandang ke arah lain, gadis itu sulit membuka mulut untuk menjawab. Karena di sini, ia salah, ya ia akui dirinya salah. Berciuman dengan laki-laki lain padahal dirinya sudah memiliki kekasih.

"Hyunjin sahabatku," hanya itu yang mampu Yeri berikan sebagai balasan.

Yoongi tertawa lagi, tawa meremehkan. "Sahabat? Aku tidak tahu jika sepasang sahabat saling berciuman sekarang. Hebat sekali."

Lagi, Yeri dibuat bungkam. Ia akui, Yoongi pintar dalam memilih kata hingga membuat lawannya kehabisan kata.

"Aku tidak ingin berdebat denganmu." Yeri menoleh ke arah lain.

Tawa Yoongi kembali terdengar, "Kau pikir aku mau? Kau yang membuatku harus seperti ini, Jung Yeri."

Dan selanjutnya, Yeri merasakan sakit pada pergelangan tangannya. Yoongi menariknya, memaksa dirinya masuk ke dalam mobil.

Yoongi masih emosi saat ini. Jika ia melawan, hanya akan menyakitinya nanti, untuk saat ini, lebih baik diam dan menurut. Tidak ingin kejadian seperti yang lalu kembali terjadi. Ia benar-benar merasa rendah saat itu.

***

Tidak sesuai harapan, Yoongi kembali menjadi pribadi yang lain. Dan parahnya, saat ini mereka masih di mobil.

Dengan napas terengah-engah dan keringat di seluruh tubuhnya. Yeri pasrah menyerahkan diri sepenuhnya pada Yoongi. Mau menolak pun ia tak akan bisa. Setiap sentuhan Yoongi mampu melemaskan otot-otot syarafnya.

"Aku tidak tahu jika bercinta di mobil sangat menyenangkan."

Yeri tidak bisa menjawab, mulut kecilnya hanya terus mengeluarkan desahan. Pinggangnya dicengkeram kuat oleh Yoongi, membantu tubuhnya untuk naik dan kembali turun, terus seperti itu.

Hari sudah menggelap, itulah kenapa Yoongi bisa nekat melakukan hal ini di dalam mobil, yang bisa saja seseorang memergoki mereka. Tapi ia tidak perduli.

"Ahn," Yoongi menggeram pelan ketika sampai pada puncaknya, begitu juga dengan gadis yang masih berada di pangkuannya.

Kepala Yeri terkulai lemas di atas bahu Yoongi. Gadis itu mencengkeram kuat lengan Yoongi, hatinya sakit sekali.

"Aku membencimu!" desis Yeri.

"Tidak, tidak. Kau mencintaiku, Yeri. Jangan benci aku."

Bahu Yoongi terasa basah sekarang. Sakit, sesuatu menyerang lubuk hatinya, Yoongi memeluk erat gadis itu, mengusap lembut rambut lalu ke punggung Yeri, berkali mengucapkan kata maaf.

Tapi ia tidak menyesal.

"Aku mencintaimu, Yeri, kau tahu itu. Maafkan aku, sayang."

Yeri menggeleng kuat, gadis itu terus memukuli dada Yoongi. Ia benci, dirinya semakin kotor sekarang.

"Yeri, hey." Yoongi meraih kedua tangan Yeri, membawa tatapan gadis itu agar melihatnya. "Maafkan aku, sayang."

Lalu menarik kepala itu mendekat, memberikan satu kecupan manis pada kening sang gadis. Lambat laun, Yeri merasa tenang, napasnya juga sudah teratur.

Yoongi sedikit mengangkat tubuh Yeri. Dan lenguhan gadis itu terdengar ketika sesuatu yang sedari tadi mengganjal bagian bawahnya lepas.

Yoongi membantu gadis itu membereskan kekacauan, juga bantu membersihkan paha dalam Yeri. Masih berulang kali mengatakan maaf.

"Kita pulang, ya?"

Tidak ada jawaban. Yeri enggan menoleh padanya. Satu helaan napas keluar dari bibir Yoongi. Salah dirinya memang.

*Sebagian cerita dihapus, untuk kepentingan penerbitan*

Daddy Min[Dibukukan]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang