Human (RifSan Vamps AU)

2.2K 149 7
                                    

RifSan

Rifki pertama kali bertemu dengan Ihsan; setelah terpisah dengannya sekian tahun, ketika pembukaan Asian Games. Kala itu dari sekian banyak atlet indonesia dan mancanegara yang datang, entah kenapa perhatian Rifki tertuju pada atlet bulu tangkis itu.

Padahal menurut teman temannya tidak ada yang spesial dengan Ihsan. Berbeda dengan dirinya yang merupakan seorang werewolf, Ihsan hanyalah seorang manusia biasa.

Yang pertama kali menyadari ada yang mengincar Ihsan adalah Marcus, mungkin karena ia bisa merasakan aura dominan werewolf lainnya.

Tapi Marcus hanya diam, karena entah bagaimana ia tau, siapapun itu yang mengincar Ihsan bukan karena ingin mencelakai ataupun menyakiti pemuda itu. Tetapi seperti seseorang yang sedang mengincar untuk ia jadikan sebagai pasangannya.

*

Hari itu Ihsan sedang duduk sendirian di sebuah taman. Ia sedang menemani Bayu dan Dicky bermain di sana, kebetulan mereka mendapat hari libur setelah Asian Games, hingga sebuah suara mengalihkan perhatiannya.

"Ihsan kan?" Ihsan langsung membalikan tubuhnya ketika namanya di panggil. Di belakangnya berdiri seorang pemuda yang kelihatannya lebih muda darinya. Rasanya ia pernah melihat pemuda itu, tapi di mana ya?

"Ya?" jawab Ihsan yang terlihat masih bingung. Pemuda itu tertawa melihat ekspresi Ihsan.

"Lu masih inget gue gak? Yang dulu ngajarin lu karate?" Ihsan masih tampak berpikir, hingga akhinya mukanya berubah menjadi ekspresi senang.

"Rifki ya?" Pemuda itu mengangguk.

"Apa kabar lu?" Ihsan bangkit dari tempatnya dan memeluk teman masa kecilnya itu.

"Baik San, kalo lu gimana?" Rifki membalas pelukan Ihsan, dan matanya tak sengaja bertemu dengan Bayu, yang sedang menatapnya dengan sinis.

"Baik baik, btw selamat ya, emas karate!" Ihsan melepaskan pelukannya dan mencubik kedua pipi Rifki dengan gemas.

"Muka lu kayaknya gak berubah dari dulu," Ihsan tertawa diikuti oleh Rifki.

"Muka lu juga gak berubah,"

Keduanya asik bercengkrama hingga Bayu dan Dicky mendekat.

"Eh iya Ki, kenalin ini Bayu," Ihsan menunjuk ke arah pemuda yang menatapnya sinis tadi.

"Yang ini Dicky," ujar Ihsan sambil menunjuk ke pemuda dengan senyum manis itu.

"Bay, Ky, ini Rifki, temen masa kecil gue," ujar Ihsan dan ketiganya bersalaman satu sama lain.

*

Ihsan sedang tiduran di kasurnya ketika tiba tiba whatsapp Rifki masuk.

+628xxxxxxxxxx

Test

Halo Sann

Ini Rifki

Test di terima ehehe

Lu dapet nomor gue dari mana?

Lah tadi kan kita tukeran nomor telepon

Oia ya
lupa gue
ehehehe

Masih aja lu pelupa kayak dulu wkwkwk

Ya maap ya
Ngomong ngomong soal dulu
Gue jadi keinget waktu lu nganterin gue pulang

Yang mana nih?

Kan gue sering nganterin lu balik

Ihsan terdiam. Iya ya, dulu Rifki sering banget nganterin lu balik. Rifki dan Ihsan ber-chat-an ria hingga ada yang mengetuk pintu kamarnya.

"Ya?" Ihsan membuka pintu kamarnya, dan ternyata yang mengetuk adalah Rian.

"Makan malem dulu san, jangan asik ngechat mulu,"

"Iya Jom, bentar lagi gue turun," Rian mengangguk puas dengan jawaban Ihsan dan kembali masuk ke kamarnya, untuk menyeret Fajar untuk makan.

Rifki 🐺

Ki
Gue makan malem dulu yak
Nanti kita chat lagi

Sip

Gue juga sekalian nyari makan deh

Ihsan meng-lock ponselnya dan meletakannya di atas nightstand. Ia keluar kamar sambil senyum senyum sendiri, seolah seseorang yang di mabuk cinta.

*

Beberapa hari berselang, Ihsan sudah kembali latihan dan Rifki sudah kembali bekerja untuk TNI. Tetapi keduanya pasti bersenda gurau dengan satu sama lainnya lewat sosial media mereka.

Rifki juga sering main ke pelatnas saat ia sedang ada waktu luang, bahkan terkadang menemani Ihsan ke pertandingan.

Ihsan dan Rifki begitu lengket, bagai amplop dan perangko. Hanya pekerjaan mereka yang bisa memisahkan keduanya.

Banyak yang sudah curiga kalau mereka ada hubungan spesial, padahal mereka cuma teman. Saat itu.

Hingga akhirnya Rifki mengajak Ihsan yang saat itu baru pulang bertanding ke Bandung, lebih tepatnya ke sebuah wisata alam yang masih terdapat di dalam lingkup Tahura Djuanda. Tebing keraton.

Dari tempat parkir keduanya menaiki ojek hingga ke gerbang masuk tebing keraton, karena yah jarak dari tempat parkir ke gerbang masuk sekitar 3km, dan jalannya menanjak.

Mungkin karena hari itu hari kerja, suasana di tebing keraton cukup sepi, mu hanya ada beberapa orang di sana.

Pemandangannya begitu indah, langit cerah nan biru, dengan kicauan burung melengkapi suasana itu. Terlihat jelas gunung jayagiri; atau biasa di kenal dengan takuban parahu sebagai pelengkap pemandangan indah itu.

"Lu ngapain ngajak gue kesini Ki?" tanya Ihsan sehabis memfoto pemandangan indah di hadapannya.

"Ya gapapa, refreshing. Sekalian nyari udara segar," Senyuman Rifki seperti menyembunyikan sesuatu. Tetapi Ihsan sepertinya tidak menyadarinya.

Keduanya terdiam. Menikmati udara segar yang berhembus perlahan dan pemandangan yang indah. Hingga akhirnya Rifki membuka suara.

"San,"

"Ya?"

"Gue mau nanya pertanyaan absurd, boleh gak?"

"Tanya aja," Ihsan mengubah posisinya, sekarang ia berhadapan dengan Rifki.

"Lu mau gak jadi pacar gue?"

"Hah?" Ihsan menatap Rifki dengan bingung.

"Gue jadi pacar lu?" Rifki mengangguk dengan antusias.

"Mau lah!"

Shuttle F-ing Cock one shot! (BxB) [Very slow update]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang