Leaders (The Daddies Collage AU + Omegaverse)

1.9K 213 29
                                    

The Daddies

Ahsan terisak di dekapan temannya. Hatinya merasa teriris melihat bagaimana teman teman seperjuangannya banyak yang berjatuhan, banyak yang di larikan ke rumah sakit, dan yang terpenting adalah ia melihat bagaimana teman teman sealmamaternya yang dititipkan oleh para rektor kepada dirinya terpecah kemana mana.

"Emang situasinya yang mendesak, mau gak mau kita harus bergerak, gak mungkin kita diem aja," ujar Hiroyuki  sesekali mengelus punggung pemuda itu. Jujur, Ahsan merasa gagal sebagai Ketua BEM, ia tidak bisa amanah untuk menjaga teman teman sealmamaternya aman.

"Ahsan," suara tegas namun lembut menyapa indera pendengaran Ahsan, membuat pemuda itu mendongak, matanya langsung bertatapan dengan sang Kepresma salah satu universitas swasta di Jakarta.

"Hendra?" Ahsan dengan cepat menyeka air matanya itu. Ia tidak ingin membuat kekasih rahasianya itu tambah khawatir.

"Ikut saya sebentar," Hendra mengulurkan tangannya, di sambut oleh tangan Ahsan yang sebenarnya agak sedikit ragu.

Sang Kepresma itu membawa sang Ketua BEM menjauh dari kerumunan, kurang lebih hingga diarea yang hanya ada mereka berdua di halaman GBK itu.

"Mau kema-" ucapan Ahsan terpotong ketika Hendra tiba tiba memeluknya erat, membenamkan wajah Ahsan di dadanya.

"Kamu kalo mau nangis, gapapa, nangis aja, wajar kok," Hendra mengelus pucuk kepala pemuda yang lebih mungil darinya itu dengan lembut, mendekap tubuh pemuda itu dengan erat.

Ahsan mulai terisak pelan, mencengkeram almamater biru tua yang di kenakan oleh Hendra dengan erat. Sebelumnya Hendra sudah melepas pin emas lambang kampusnya yang tersemat di dada kiri dari almamaternya, agar pin itu tidak menusuk wajah Ahsan.

Hendra hanya diam dan mengelus rambut sesekali punggung Ahsan. Ia membiarkan pemuda itu meluapkan segala emosinya, supaya pemuda itu lega sebelum ia kembali ke Yogyakarta.

"Aku gagal Ndra, aku gagal jadi pemimpin. Harusnya aku yang ada di posisi mereka, harusnya aku yang luka bukan mereka," Ahsan menangis sejadi jadinya, meluapkan segala kekesalan, amarah, kekecewaan.

"Kalau kamu yang luka luka trus di rawat, siapa yang akan menyuarakan aspirasi mereka?" Hendra tersenyum lembut dan mengecup pucuk kepala sang omega, mengusak rambut pemuda itu dengan pelan.

"Kan masih ada kamu sama Lin Dan,"

"Aku kan gak tau aspirasi apa yang kamu bawa dari Jogja kan? Aku taunya masalah yang menyeluruh ini, tapi tiap kampus memiliki aspirasi dan cara penyelesaian yang berbeda," Hendra tersenyum lembut, menangkup kedua pipi omeganya  dan menghapus air matanya dengan ibu jarinya. Sekarang odol yang semula berada di bawah pipi Ahsan telah berpindah ke almamaternya, sehingga meninggalkan bekas putih di almamater biru tuanya. Gapapa lah, bisa di cuci kok.

"Lagian, kalau kamu kenapa napa, berarti aku juga gagal jadi pacar kamu, aku gak bisa ngelindungin kamu, aku gak bisa ngelindungin orang yang aku cintai," Hendra mengecup kening Ahsan, sebelum meraih odol yang ia simpan di kantung almamaternya.

"Ndra..." Ahsan tersipu, kembali menenggelamkan wajahnya di dada Hendra. Ia menghirup aroma tubuh sang alpha , jarang jarang ia bisa berdekatan begini.

"Pake odol dulu sini,"

"Nanti aja, masih mau peluk,"

Hendra tertawa halus mendengar perkataan kekasihnya itu. Yah, ia sebenarnya juga kangen, jadinya ia kembali memasukkan odol tersebut ke sakunya dan memeluk Ahsan erat.

"Hendra,"

"Ya sayang?"

"Menurutmu, aku itu gagal gak sebagai ketua?"

Ahsan mengangkat wajahnya, menatap wajah tampan nan tegas kekasihnya. Pemuda itu tau sebenarnya hubungan rahasia antara dirinya dan sang Kepresma itu dilarang, namun apa daya hatinya sudah jatuh terlalu jauh.

"Enggak dong, kamu itu salah satu contoh pemimpin yang baik, buktinya semua mahasiswa mau ngikutin instruksi kamu kan?"

"Tapi aku bahkan gak bisa jaga temen temen aku yang dititipkan oleh universitas,"

"Ahsan sayang, denger baik baik ya, temen kamu yang kepencar itu bukan salah kamu. Seperti kata temanmu tadi, kondisi kita sedang genting. Polisi melempar gas air mata dimana mana, mengejar mahasiswa yang berusaha kabur, juga mereka mengepung kita. Kalau kamu gagal sebagai pemimpin, pasti kamu gak ada disini. Pasti kamu gak memikirkan nasib teman teman sealmamater kamu. Intinya, aku selalu percaya bahwa kamu adalah pemimpin yang baik," ujar Hendra dan mengecup bibir Ahsan dengen lembut. Ah, sudah lama rasanya ia tidak merasakan bibir tipis itu. Mungkin ia harus meyakinkan Ahsan untuk mengambil S2 di Jakarta, atau ia ambil S2 di Yogyakarta.

Ahsan mengambil selangkah mendekat, menempelkan tubuhnya ke tubuh Hendra, tangannya ia kalungkan ke tubuh pemuda yang lebih besar darinya itu. Ahsan bukanlah tipe orang yang mesum, terkadang ia bahkan melengos ketika ingin di cium oleh Hendra. Tapi untuk kali ini, ia ingin merasakan Hendra sebelum ia pulang kembali ke Yogyakarta.

Hendra menarik Ahsan ke dalam ciuman dalam, dirinya terlalu rindu pada pemuda itu. Mereka jarang sekali bisa bertemu. Boro boro bertemu, terkadang telepon saja susah. Menjadi mahasiswa tingkat akhir kedokteran gigi bukanlah hal yang mudah. Ia harus mengurus skripsi, mencari pasien, mengumpulkan data, dan sebagainya.

Ahsan sedikit mendesah ketika lidah Hendra menyelinap masuk ke mulutnya, memperdalam ciuman mereka. Hendra bukanlah orang yang sangat pandai dalam berargumen, ia tidak bisa berargumen sekritis dan sesavage Ahsan ataupun sebold Lin Dan, namun ia sangat pandai dalam memperdaya orang dalam orasi dan menyulut semangat mahasiswa maupun Ahsan. Satu tangan Hendra lingkarkan di pinggang ramping Ahsan, menarik pemuda itu lebih dekat, hingga tidak ada jarak lagi di antara mereka. Sementara lengan satunya mendorong kepala Ahsan mendekat.

"N-Ndra-" Ahsan mencengkeram pundak Hendra dengan erat, kepalanya berkunang kunang karena ciuman fantastis Hendra. Ia tidak tau darimana pemuda itu belajar, karena bisa dikatakan pertemuan atau kencan mereka bisa dihitung jari.

"Menginap di apartemenku malam ini, balik ke Yogyakarta besok aja. Besok kamu masih ada undangan dari acara di televisi kan?" Hendra menempelkan keningnya dengan kening Ahsan. Keduanya masih terengah akibat dari sesi make out tak terduga tadi. Wajah Ahsan sedikit merona mendengar suara Hendra sudah turun satu oktaf.

"Tapi yang lain bagaimana? Kan aku harus mengkoordinasikan mereka," baru saja Ahsan berbicara seperti itu, ponselnya berbunyi, menandakan ada pesan yang masuk. Dan itu berasal dari temannya.

"Lu pacaran aja sama itu Kepresma, temen temen disini biar gue yang urus sekalian balik ke Jogja. Lu kan masih ada acara besok,"

Ingatkan Ahsan untuk mentraktir Hiroyuki ketika ia sampai di Jogja nanti. Juga mencincangnya.

"Oke... Aku menginap di apartemen kamu malem ini, sekarang kita balik dulu ke yang lain," Ahsan melangkah mundur, namun kembali di tarik Hendra

"Tunggu," 

Hendra menggesekkan leher dan longan Ahsan ke bagian lehernya yang memang mengeluarkan scent Alpha, ia sengaja melakukan itu untuk berfungsi sebagai scent blockers.

"Eh! Hendra! Nanti-"

"Scent kamu udah mulai kecium," 

"Tapi yang ada aku baunya kayak kamu,"

"Gak akan ada yang nyadar juga, i mean, basically we're mated so..." Ahsan memukul pundak Hendra pelan, jelas jelas mukanya sekarang memerah. Sementara sang alpha mengendus tubuh Ahsan sekali lagi untuk memastikan bahwa scent omega Ahsan sudah benar benar tertutupi. Setelah ia yakin, Hendra mengangguk dan kembali mengambil odol di kantung almamaternya. 

"Sini sebentar," Hendra membuka tutup tube odol tersebut, dan   mengambil sebagian di telunjuknya tangan kanannya, sementara tangan kiri Hendra menahan wajah Ahsan agar tidak bergerak.

"Aku bisa sendiri Ndra,"

"Sut, biarin kali ini aku yang ngelayanin kamu kali ini," ketika Hendra selesai, sang alpha tersenyum puas dan kembali menyimpan odol miliknya ke kantung almamater, sebelum ia kembali mengenakan pin emas lambando kampusnya di dada kiri. 

"Yuk kita balik, yang lain udah pada nungguin," Hendra tersenyum tipis, sebelum menggandeng tangan Ahsan yang terulur padanya.

Shuttle F-ing Cock one shot! (BxB) [Very slow update]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang