DanFik
Udara malam yang dingin juga sinar rembulan yang menghiasi langit menemani dokter forensik dan detektif kesayangan kita yang sedang berjalan menuju apartemen mereka. Hari itu Lin Dan memang sedang tidak membawa kendaraan, karena mobil miliknya sempat di jadikan tameng dalam insiden baku tembak di kantor polisi beberapa hari yang lalu. Kini, mobilnya sedang di bengkel untuk menerima perbaikan body yang terdapat bekas tembakan yang tak terhitung jumlahnya.
Jarak dari apartemen Lin Dan dan kantor polisi hanya 10 menit jika menggunakan mobil, namun jika berjalan kaki butuh waktu hampir 30 menit.
"Lin," Taufik mengeluarkan tangannya yang sedari tadi ia hangatkan di dalam kantung jaket untuk menggenggam tangan Lin Dan. Keduanya merapatkan diri, mencoba melawan dinginnya udara malam hari yang menggigit sampai ke tulang.
Memang, harusnya sebentar lagi musim salju akan tiba, dengan embun yang menempel di permukaan jalan perlahan membeku, membuat jalan raya menjadi licin.
"Hm?"
"Maaf soal mobilmu yang harus masuk bengkel," Taufik menatap sang dokter forensik yang 2 tahun lebih muda darinya itu. Taufik memang merasa sangat bersalah karena penyebab baku tembak itu adalah kasusnya yang berhubungan dengan sebuah geng, yang ternyata adalah bagian dari human trafficking jaringan internasional.
"Gak masalah kok, Aku emang ada rencana buat bawa ke bengkel," Lin Dan mengangkat bahunya dengan bodo amat. Toh selama tunangannya baik baik saja ia tidak masalah. Ya, sesuai perkataannya beberapa bulan lalu, setelah Taufik menyatakan perasaannya, Lin Dan memang langsung pergi ke rumah orangtua Taufik untuk melamarnya.
Tak mudah bagi pemuda itu untuk meluluhkan hati calon mertuanya. Setidaknya ia butuh hampir 9 bulan untuk berhasil mendapatkan restu dari orang tua Taufik, yang awalnya tidak merestui hubungan keduanya di awal, namun hati mereka akhirnya luluh ketika melihat Lin Dan yang sempat masuk rumah sakit karena melindungi Taufik ketika sang detektif sedang off duty. Another story for another day.
Lin Dan juga sebenarnya ambil andil dalam insiden baku tembak itu. Ia kebetulan yang memang sedang kebetulan keluar dari sarangnya dan di lempar handgun oleh Hendra ketika tembakan pertama lepas dari penyerang mereka. Lin Dan yang memang sudah teruji secara klinis- maksudnya sudah mendapatkan lisensi kepunyaan senjata api, mampu setidaknya menumbangkan 2 dari 20 anggota geng yang menyerang mereka. Untuk seorang dokter yang notabenenya jarang sekali memegang senjata hal itu tergolong hebat.
"Tapi aku tetep gak enak hati sama kamu, Lin," bibir Taufik mencucu lucu, membuat Lin Dan terkekeh. Ia melepas genggamannya dan merangkul Taufik erat. Sebelum mengecup bibir pemuda manis itu dengan cepat.
"Santai aja kali. Bukan salah kamu kok," Lin Dan tersenyum manis dan melanjutkan perjalanan mereka menuju apartemen. Karena jarak dari kantor dan rumah Taufik memang jauh, akhirnya Taufik memutuskan untuk tinggal bersama dengan Lin Dan karena jaraknya jauh lebih dekat.
"Ya tapi setidaknya biarin aku bayar setengah harga reparasinya :("
"Enggak. Lagian kan kamu yang bilang sendiri kalo kamu lagi nabung?" Taufik menatap Lin Dan dengan puppy eyes, tetapi Lin Dan mengabaikannya.
"Ato gak gini, aku beliin kamu PC yang kamu mau deh. Kan uangnya udah kepake buat reparasi mobil tuh,"
"Taufik sayang, manisku, cintaku, udah aku bilang gak usah. Mending uangnya kamu simpan buat kuliah adik kamu," Lin Dan mengelus rambut hitam Taufik dengan lembut, menatap lelaki yang lebih pendek beberapa senti darinya itu.
"Lagian, mobilku itu uang reparasinya di tanggung sama pihak kepolisian kok, jadinya kita gak perlu bayar apa apa," Lin Dan tersenyum tampan, sebelum mengecup bibir pemuda berwajah manis itu.
"Udah, ayo pulang. Makin malam makin dingin," Lin Dan menggenggam tangan Taufik, sebelum menariknya lebih cepat. Sementara pemuda manis itu hanya bisa mengangguk, sedikit terkejut karena malam itu Lin Dan lebih touchy dari biasanya. Padahal, pemuda itu sangat tidak suka dengan namanya PDA.
Tanpa Taufik ketahui, di kejauhan dua senjata laras panjang sudah membidik kepala mereka, namun sang penembakan sedikit terguncang ketika melihat Taufik dan Lin Dan berciuman.
"I didn't get paid enough to deal with this shit-"
FYI, PDA itu Public Display Affection.
KAMU SEDANG MEMBACA
Shuttle F-ing Cock one shot! (BxB) [Very slow update]
FanfictionBxB Sekumpulan one shot- mungkin lebih tentang penyiksa bulu angsa demi olahraga. Rata rata mengandung unsur AU Bagi nama atlet ataupun orang yang namanya saya mention disini, tidak ada sangkut pautnya dengan yang di dunia nyata. Buku ini hanya sek...