Case 1 (The daddies Cops AU)

2.7K 178 1
                                    

The daddies

Hari Senin. Hari yang paling di benci oleh semua orang, tak terkecuali duo detektif yang masih setengah melek memasuki kantor mereka.

Keduanya di panggil lebih pagi karena pagi itu deadline laporan kasus yang baru saja mereka pecahan, juga mendapat kasus baru. Duo detektif itu adalah Hendra Setiawan dan Mohammad Ahsan.

Hendra Setiawan, seorang detektif senior yang memiliki track record yang baik, bisa menyelesaikan 75% kasus yang di pimpinannya. Sifatnya kalem, senyum seperlunya, biasanya selalu bermain peran sebagai good cop. Pertanyaannya saat interogasi lugas, singkat, padat, dan jelas.

Partnernya, Mohammad Ahsan, sifatnya sangat bertolak belakang dengan Hendra. Ia juga seorang detektif handal, memiliki track record yang luar biasa hingga bisa bersaing dengan Hendra. Ahsan ini bisa di bilang pemeran bad cop dalam hubungan kerja keduanya. Ia petakilannya setengah mampus, terlalu implusif; terkadang membahayakan nyawanya, namun ia teliti, dan juga ramah, tentu setelah meminum kopi paginya.

*

Keduanya masuk ke dalam kantor mereka dengan nyawa yang masih setengah. Hendra dan Ahsan bahkan tidak sempat untuk membuat kopi karena kasus mendadak ini.

"Kenapa gak di kasih ke shift malem aja sih?!" Ahsan mengusak kepalanya dengan kesal. Ia masuk ke pantry, dan membuat kopi untuk dirinya dan Hendra.

"Karena nyambung sama cold case kita San," ujar Hendra yang sudah membolak-balikkan file kasus berisi laporan singkat yang tergeletak di mejanya.

"Cold case yang mana?" Suara Ahsan agak sedikit terendam oleh suara mesin kopi yang sedang membuatkan booster untuk mereka.

"Yang... Sebentar, gue cari dulu," Hendra berjalan memasuki lorong yang mengarah ke ruangan berisi arsip arsip kasus kasus terdahulu. Ia menarik sebuah box yang bertuliskan "Hendra Ahsan cold case". Ia ingat betul pernah menangani kasus yang sama persis dengan ini, hanya berbeda jumlah korbannya.

Hendra mengobok-obok isi kotak tersebut, hingga matanya menangkap file yang ia cari. Ia menyambarnya dan mengembalikan kotak tersebut ke tempatnya.

"Nah ini San, kasus 6 bulan lalu. Pembunuhan masal di.... Strip club," ujar Hendra dan duduk di kursinya. Di meja kerjanya, segelas kopi susu tanpa gula telah menunggunya. Hendra tersenyum hangat kepada Ahsan yang masih menikmati kopi miliknya.

"Makasih San," Hendra menyesap kopinya yang masih panas, dan kembali ke file kasus mereka.

"Ahhhh yang itu toh, tersangka?" Ahsan menengok dari mejanya yang berdampingan dengan Hendra, dan mulai menyalakan komputernya.

"Hiroyuki Endo, 32 tahun. Tapi bukti yang kita dapatkan terlalu lemah untuk menjeratnya dengan hukum," ujar Hendra yang masih membaca ulang file tersebut. Ia bersyukur Ahsan sangat lengkap memasukan semua alasan dan langkah yang mereka ambil sebelumnya.

"Hmmmmmm... Jumlah korban?"

"Dulu ada 3 stripper, 1 bouncer, dan 2 pengunjung. Bartender berhasil selamat walau di temukan dalam kondisi kritis. Motif masih belum di ketahui,"

Hendra membuka file kasus mereka yang baru.

"Yang baru saja terjadi korban 2 pelanggan dan 2 pegawai toko yang di bunuh dengan senjata yang sama," Hendra mengoper file tersebut kepada Ahsan.

"Hmm.. yaudah, Ayo berangkat," Ahsan berdiri dari tempat duduknya, tak lupa mengambil handgun dan lencana detektifnya.

Hendra menyambar kunci mobilnya dan melakukan hal yang sama dengan Ahsan, dan menyusul pemuda yang lebih kecil darinya yang sudah menuju mobil mereka duluan.

Shuttle F-ing Cock one shot! (BxB) [Very slow update]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang