Lady killer 9 (JoTing Cops AU)

454 41 4
                                    

JoTing

Seperti perkataan Hendra, keesokan harinya surat izin untuk penggeledahan kampus keluar. Jonatan, Anthony, Fajar, Hendra, dan Inoue segera meluncur ke kampus tersebut untuk mensterilkan area serta mengambil barang barang milik sang korban. 

"Koh Hendra sama Fajar tolong cover sayap barat, sementara saya dan Jonatan akan cover sayap kiri," ujar Anthony begitu seluruh kampus telah kosong. Hendra dan Fajar mengangguk dan segera berjalan ke arah barat, sementara Anthony dan Jonatana bergerak ke arah timur. |

"Nyk, kamu yakin kita cover sampe lantai 15? gak mau panggil bantuan aja?" tanya Jonatan ketika mereka masuk ke lift untuk pergi ke basement. 

"Hmmm... enggak juga sih, makanya aku udah panggil pasukan K-9, cuma mereka baru tiba sekitar 1 jam lagi, jadi untuk menghemat waktu kita cover semampu kita nanti baru kita cari pakai K-9," Anthony tersenyum tipis pada Jonatan, sebelum pintu lift terbuka di basement. 

"Yasudah lah, mari kita mulai," Jonatan mengeluarkan sarung tangannya, diikuti Anthony sebelum mengeluarkan senter kecil. Mereka mencari di setiap sudut basement, namun tak membuahkan hasil sama sekali. 

"Nyk, di kampus ini ada berapa fakultas ya?" Jonatan bergumam ketika mereka kembali naik ke ground floor untuk melanjutkan investigasi mereka. 

"Ada 9, cuma karena ini di kampus kedua, jadi di kampus ini cuma ada 2 fakultas, sisanya ada di kampus yang pertama," ujar Anthony dan keluar dari lift, diikuti Jonatan. 

"Fakultas apa yang ada disini?" Anthony menyerngit bingung atas pertanyaan Jonatan, tak biasa ia bertanya hal hal yang tak ada sangkut pautnya dengan kasus mereka.

"Uh, kedokteran dan kedokteran hewan kalau disini," Jonatan bergumam sebentar sebelum menghentikan langkahnya. 

"Ruang tempat penyimpanan kadaver di sebelah mana?" 

"Hah? Jo, kamu kenapa tiba tiba nanya itu?" Anthony berdiri tak jauh dari Jonatan, masih bingung akan pertanyaan partnernya itu. 

"Kalau benar kampus ini menjadi tempat pembunuhan, maka siapapun yang melakukannya akan mencari tempat yang sepi bukan? jika bukan di rooftop, kemungkinan ia melakukannya di ruang penyimpanan kadaver karena tempatnya pasti terisolasi dari ruangan lain karena bahan kimia yang digunakan. Belum lagi ruangan itu jarang dikunjungi kecuali untuk mengambil kadaver, sedangkan manekin pasti di simpan di gudang kan," Jonatan menyilangkan kedua tangannya sebelum melihat sekitar, hingga matanya tertuju pada lab anatomi tak jauh dari mereka. 

"Nyk, coba kamu periksa ruangan itu dulu, aku mau tanya staff disini soal ruang kadaver," ujar Jonatan cepat sebelum ia berlari menjauh dari Anthony. Sedangkan sang detektif yang lebih pendek hanya menghela nafas dan melakukan permintaan Jonatan. 

Tak lama berselang, Anthony cukup terkejut karena ia menemukan clue, ia menemukan beberapa bekas cakaran di tembok yang letaknya cukup tersembunyi. Sang detektif baru saja mau menelusurinya ketika tiba tiba Jonatan masuk ke ruangan tersebut. 

"Gimana Jo? ketemu ruangannya?" 

"Ruang penyimpanan kadavernya ada di belakang kamu Nyk," Ujar Jonatan yang membuat Anthony langsung membalikan badan. 

"Huh, um, aku nemu bekas cakaran di tembok juga disini," Jonatan langsung membulatkan matanya dan melangkah cepat ke arah Anthony, melewatinya dan membuka pintu itu lebar lebar. Ia mundur beberapa langkah karena bau formalin yang cukup menyengat. 

"Ah shit- lupa pake masker," Jonatan menggerutu sebelum mengenakan masker yang ia bawa dan menyerahkan satu kepada Anthony untuk dirinya kenakan. Setelah keduanya menggunakan masker, mereka melangkah masuk dan menemukan banyak potongan tubuh manusia yang sudah kecoklatan. Potongan potongan tubuh tersebut terendam dalam cairan formalin dan tersusun rapi sesuai bagiannya. 

"Kita gak mau nunggu K-9 dulu?" tanya Anthony yang sepertinya tidak kuat dengan bau formalin di ruangan itu. 

"Kayaknya K-9 gak bisa ngelacak dengan bau formalin sekuat ini deh, kemungkinan antara scent dari barang barang korban tertutup oleh bau formalin atau barang korban sudah berbau seperti formalin- jika memang sang pelaku menyimpan barang bukti di tempat ini," ujar Jonatan yang masih sibuk mencari di sela sela lemari. Sejujurnya, ia juga tak tahan dengan bau bahan kimia yang memenuhi ruangan itu, namun apa boleh buat ia harus tetap mencarinya. Jonatan hampir saja menyerah dengan ruangan itu jika Anthony tidak tiba tiba menarik lengannya.

"Jo! sepertinya ini tas dari salah satu korban," Anthony menunjuk ke arah tas yang terselip diantara lemari. Saking tersembunyinya tas itu, Anthony hampir saja melewatinya jika saja senternya tidak terjatuh. Jonatan segera memanggil tim CSI untuk melakukan olah TKP, dan benar saja mereka menemukan kartu identitas dari korban ketiga dan keempat mereka, Carolina dan Winnie. 

"Hmmm.... ini aneh," Jonatan kembali menyilangkan tangannya ketika tim CSI sudah selesai olah TKP. Demi kesehatan tim yang bertugas, semua kadaver dipindahkan sementara ke ruangan lain yang juga tertutup. 

"Aneh kenapa Jo?"

"Ruangan ini terlalu bersih dan rapi. Kalo kamu ingat, korban ketiga dan keempat memiliki luka di kepala meraka dan juga banyak bekas perlawanan," ujar Jonatan sambil mengamati ruangan tersebut. Hasil dari sesi blacklight yang dilakukan oleh tim CSI, mereka tak menemukan bercak darah dimanapun. 

"Benar juga, berarti ini bukan crime scene?" Anthony kini bersandar pada frame pintu di belakangnya. 

"Bisa jadi, atau ia sudah membersihkan ruangan ini dengan teliti menggunakan bahan kima," ujar Jonatan sambil menghela napas lelah. Ruangan itu bisa dibilang cukup besar, mengingat ruangan tersebut digunakan untuk menyimpan kadaver yang jumlahnya tak sedikit. 

"Berarti satu satunya clue yang kita dapat hanya barang milik korban dan bekas cakaran di tembok," Anthony mengangguk setuju sebelum ia dan Jonatan meninggalkan ruangan itu untuk berkumpul kembali dengan Hendra dan Fajar.

Huhuhu saya mohon maaf baru update sekarang, padahal bilang mau come back beberapa bulan yang lalu :')

Shuttle F-ing Cock one shot! (BxB) [Very slow update]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang