JoTing
Jonatan dan Anthony sampai di tempat rental mobil. Tempat tersebut dibilang mewah juga tidak, namun cukup besar untuk terlihat megah. Pintu masuk ke dalam kantor terbuat dari kayu mahoni dengan ukiran indah di atasnya. Foto mobil memenuhi tembok kantor tersebut, dengan beberapa meja berjajar dengan komputer di atasnya memenuhi ruangan itu.
"Selamat siang, ada yang bisa kami bantu?" Salah satu karyawan menyapa Jonatan dan Anthony dengan sopan, senyuman menghiasi wajahnya. Hingga Jonatan memperlihatkan badge polisinya yang terletak di pinggangnya.
"Kami dari kepolisian ingin bertemu dengan owner tempat ini," ujar Jonatan dengan tegas, sebelum akhirnya sang pegawai membawa Jonatan dan Anthony menuju ruang boss mereka.
Sang boss menatap keduanya dengan terkejut, sebelum ia berdiri dan bersalaman dengan keduanya.
"Selamat siang detektif, ada yang bisa saya bantu?"
"Apa benar bapak pemilik dari mobil honda civic dengan plat nomor 46***X?" Jonatan menunjukkan foto mobil yang berada di crime scene, tentunya tanpa menunjukkan jasad yang berada bagasi mobil.
"Iya benar, mobil tersebut di rental beberapa hari yang lalu," ujar sang pemilik rental membuka folder peminjaman di komputernya.
"Siapa yang merentalnya?"
"Uh, yang merentalnya atas nama Ricky Goldsworth,"
"Ricky Goldsworth?" Anthony dan Jonatan berpandangan dengan bingung.
"Yeah... agak aneh, tapi kami memiliki fotocopy KTP dan STNK," sang pemilik rental menyerahkan berkas berkas yang memang harus di isi ketika seseorang ingin meminjam mobil. Berkas tersebut berisi data diri, fotocopy KTP dan STNK, juga tanda tangan di atas materai yang berisi peraturan.
"Silahkan kalian ambil, kami sudah memiliki fotocopy semuanya. Kalau ada yang bisa kami bantu silahkan hubungi kami lagi," ujarnya dengan senyuman tipis dan berjabat tangan dengan kedua detektif itu. Kedua detektif itu mengangguk, lalu izin pamit dari kantor itu.
Kedua detektif itu lalu langsung kembali ke kantor, sebelumnya mereka sempat drive thru makanan untuk mengganjal perut mereka yang keroncongan.
"Hey Jonatan, aku merasa aneh dengan pemilik rental itu," ujar Anthony ketika mereka memasuki kantor mereka.
"Kenapa?"
"Dari gelagatnya ia seperti berusaha mencoba untuk mengusir kita,"
"Hmm... Tapi profil nya gak cocok," ujar Jonatan dan duduk di kursinya. Ia memutar posisinya dan menghadap ke arah kaca yang berisi dengan foto foto crime scene.
"Kalau dilihat dari segi tubuh korban, pelaku memiliki superiority complex, dimana ia akan merasa lebih superior dari semua korban wanitanya. Bisa dilihat dari bagaimana ia memegang mereka. Di tambah pelaku berkemungkinan besar memiliki postur tubuh tinggi besar, bisa kita lihat dari jejak kaki yang di temukan di hutan beberapa hari yang lalu. Juga bagaimana ia bisa menahan korban hanya dengan satu tangan,"
"Dilihat dari crime scene, korban memiliki stamina yang cukup prima, dilihat dari korban pertama dan ketiga yang tidak di temukan jejak ban mobil sama sekali. Di tambah bisa kita simpulkan hutan itu sebagai dump site, terlihat tidak adanya tanda tanda perlawanan di lingkungan sekitar korban. Tetapi, di temukan tanda tanda perlawanan di tubuh korban. Kalau misalnya memang hutan itu tempat eksekusinya, berarti dengan tanah sebecek itu, tubuh korban tidak akan sebersih itu. Lihat bagaimana tubuh korban yang kotor oleh tanah hanya bagian yang menyentuh tanah. Juga bagaimana kuku korban pertama tetap bersih walau korban menggunakan kuku palsu," jelas Jonatan dan memandangi kaca tersebut dengan intens.
"Kita tidak mendapatkan keterangan saksi yang valid, mengingat hunting ground pelaku tersebar secara acak. Korban pertama dan kedua seorang psk. Di korban pertama terlihat pelaku masih mencoba coba, terlihat bagaimana teknik mencekiknya masih ragu ragu. Pelaku mungkin pada awal membunuh, ia masih takut tertangkap, mengingat jarak pembunuhan pertama dan kedua berbeda 2 tahun. Saat ia menyerang korban kedua, ia mulai percaya diri. Ia memperpendek waktu antar penyerangan. Bahkan korban ketiga dan keempat kemungkinan besar di bawa pelaku pada waktu yang bersamaan. Mengingat keduanya adik kakak yang berada di universitas yang sama. Korban kelima seorang sekertaris di sebuah perusahaan besar. Pelaku lagi lagi lebih berani, perkiraan kematian korban kelima di siang hari, di tambah melakukan tindakan kekerasan seksual di dalam mobil pada siang hari sangat riskan, pelaku mulai mengambil resiko. Sekarang tinggan menunggu pelaku melakukan kesalahan-" ucapan Anthony membuyarkan monolog Jonatan pada dirinya sendiri.
"Jo..."
"Hm? ah, aku melakukannya lagi ya? Maaf," Jonatan menggaruk kepalanya yang tidak gatal, ia tersenyum kikuk sebelum kembali memutar kursinya.
"Bukan bukan. Kerja bagus. Tadi kamu bilang bahwa korban ketiga dan keempat itu di bawa bersamaan kan? Menurut hasil wawancara dengan sahabat korban ketiga, Ia sempat melihat mahasiswa pindahan yang sedang mengobrol dengan korban. Sang korban juga mengabari temannya itu bahwa ia akan mengajak mahasiswa baru itu berkeling kota sepulang kuliah," Jonatan menengok ke arah Anthony begitu cepat, bahkan hingga sang detektif sedikit ngilu melihat rekannya itu.
"Jam berapa korban ketiga pulang hari itu?"
"Uh, sekitar jam 8 malam, karena malam itu ia ada latihan ormawa,"
Jonatan segera bangkit dari kursinya, ia mengambil spidol sebelum ia menuliskan sesuatu.
"Kalau hipotesisku benar, korban ketiga selesai kegiatannya jam 8 malam. Berhubung kakaknya juga menjadi dosen di fakultasnya, secara otomatis ia akan mencari kakaknya kan? Karena menurut pernyataan salah satu staff fakultas kalau korban keempat dan korban ketiga itu selalu pulang bersama. Lalu untuk mahasiswa baru itu, ia punya banyak waktu untuk berkenalan dengan kakak sang korban. Begitu korban ketiga datang, tak sengaja melihat kakaknya tewas di tangan mahasiswa baru itu, ia menjadi collateral damage. Tapi permasalahannya, kalau memang si pelaku ini mengincar korban ketiga kita, kenapa mencari korban lain? Dengan jendela waktu yang sempit dan kawasan universitas yang masih ada mahasiswa di sekitarnya, itu terlalu riskan," Jonatan menatap Anthony sebentar sebelum kembali ke foto korban di papan kaca itu.
"Tapi bukannya jauh lebih sulit kalau mengincar dosen kalau ia menyamar menjadi mahasiswa?"
"Dia memerankan mahasiswa baru Nyk, lebih mudah meminta private tour kepada dosen dari satu fakultas yang sama dan sedang menunggu seseorang," seketika manik Jonatan membesar.
"Nyk, suruh Fajar cari data mahasiswa pindahan di fakultas- tidak, di universitas tersebut, kita berangkat sekarang," Jonatan langsung meraih kunci mobilnya dan berlari meninggalkan gedung di ikuti Anthony.
"Kita mau kemana Jo?!"
"Hunting crime scene! Pasti ada sisa-sisa tanda perlawanan dari kedua korban di salah satu lantai gedung universitas itu!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Shuttle F-ing Cock one shot! (BxB) [Very slow update]
FanfictionBxB Sekumpulan one shot- mungkin lebih tentang penyiksa bulu angsa demi olahraga. Rata rata mengandung unsur AU Bagi nama atlet ataupun orang yang namanya saya mention disini, tidak ada sangkut pautnya dengan yang di dunia nyata. Buku ini hanya sek...