Emas (JoTing Vamps AU)

2.9K 337 37
                                    

JoTing

"J-Jo.... Akh- p-pelan pelan...." Anthony mencengkeram erat kedua pundak Jonatan, wajahnya sudah memerah, dengan peluh membasahi tubuhnya. Namun, pemuda di atasnya itu tidak mengindahkan permintaannya, yang ada malah makin gencar dengan aksinya.

"Jo!" Jonatan akhinya menjauhkan wajahnya dari tengkuk Anthony, manik merahnya melirik tajam ke arah Anthony, membuat pemuda yang lebih mungil darinya itu bergindik ngeri.

Bagaimana ia tidak takut, manik merah Jonatan bersinar mengerikan dengan sayap emasnya yang sangat besar menambah kesan kuat dari pemuda itu. Ingatkan dirinya untuk tidak membuat Jonatan marah.

"Pelan pelan Jo... Ngilu," Anthony menangkup pipi Jonatan, mengelus pipi sang vampir dengan lembut. Jonatan hanya mengangguk, sebelum kembali membenamkan taringnya di tengkuk Anthony. Sebelumnya memang ia sudah menutup lukanya agar tidak mengotori sprei mereka.

Kali ini Jonatan menghisap darahnya lebih perlahan, menikmati setiap tetes darah yang mengalir ke tenggorokannya. Tidak seperti tadi layaknya hewan liar yang kelaparan. Well, dia memang kelaparan karena sudah hampir seminggu tidak bertemu Anthony karena keduanya memang sibuk akhir akhir ini.

"There there.... Tenang Jo... Aku gak akan pergi kemana mana..." Anthony mengelus rambut hitam Jonatan dengan lembut, tangannya meniti dari ujung leher Jonatan hingga ke tempat dimana sayap emas Jonatan keluar.

Jonatan mengeluarkan suara yang menandakan bahwa ia menyukai area dimana Anthony menyentuhnya, seolah menyemangati Anthony untuk melakukannya lagi.

Anthony hanya tertawa halus dan kembali menyentuh ujung sayap Jonatan, hingga ia mengelusnya pelan. Jonatan akhinya menyudahi acara 'makan'nya, dan mengecup pipi Anthony dengan senang.

"Onyyyyyyy aku kangennnnn~" Jonatan memeluk Anthony dengan erat, dan membalikkan posisi mereka, hingga Anthony kini berada di atas badannya.

"Kangen sama aku apa sama darahku?"

"Kangen sama kamu lah sayang~ darah kamu mah emang kebutuhan," Jonatan ngendusel ke rambut Anthony, menghirup aroma yang sangat ia rindukan.

"Halah, kamu nyampe kesini hal pertama yang kamu lakuin malah nyosor ke leherku,"

"Aku tuh udah sekarat, masih di salahin juga :(" kini kedua sayap emas Jonatan melingkar di tubuh Anthony, hampir menenggelamkan pemuda mungil itu.

"Iya iya... Udah kenyang sekarang?" Jonatan mengangguk dengan antusias sebelum tangannya meraih tangan Anthony dan meletakkannya di atas sayap miliknya, lalu menatap Anthony dengan berbinar.

"Kamu tuh ya, udah gede kelakuan masih kayak anak kecil," tapi Anthony tetap saja mengelus dan juga merapikan bulu Jonatan yang berantakan. Memang, tiap vampir memiliki reaksi yang berbeda ketika sayap mereka di sentuh oleh orang lain.

"Gapapa dong, selama itu cuma sama kamu doang," Jonatan menikmati setiap sentuhan Anthony di sayapnya. Rasanya sangat mirip ketika ibunya merapikan bulunya sehabis mandi saat ia kecil dulu, sebelum ia mempelajari bagaimana cara menyembunyikan sayapnya.

"Harus itu mah," lalu suasana di kamar itu berubah tenang, dengan Jonatan tenggelam dalam pikiran, sementara Anthony masih merapikan bulu Jonatan dengan telaten.

"Jo,"

"Ya?"

"Kenapa sayapmu emas?" Pertanyaan absurd Anthony membuat Jonatan bingung.

"Maksudnya?" Ujar Jonatan dengan wajah polos dan sedikit memiringkan kepalanya. Di mata Anthony kebiasaan Jonatan ketika bingung itu terlihat imut dan juga tampan di saat yang bersamaan.

"Uh... Itu, kemaren pas Antonsen buka baju di lapangan buat selebrasi warna tato sayap di punggungnya warnanya merah... Pasti beda warna beda artian kan?" Wajah bahagia Jonatan langsung jatuh. Fak, apa Anthony salah bicara?

"Untuk jaman sekarang, beda warna sayap gak ngaruh kok," Anthony sedikit menghela napas lega ketika akhirnya Jonatan menjawab. Ia kira pemuda itu marah.

"Hah?"

"Iya, gak ada artian khususnya untuk jaman sekarang,"

"Kalo jaman dulu?" Anthony kembali bertanya. Tak ada hal yang bisa menghentikan dirinya jika sudah penasaran.

"Kamu yakin mau tau?" Jonatan menggigit bibir bawahnya dengan ragu. Ia takut jika Anthony mengetahui maksud dari warna sayapnya pemuda itu akan menjauh, akan menjauh dari dirinya.

"Iyalah! Emangnya kenapa?"

"Karena... Warna sayap vampir itu menunjukkan posisinya di dunia vampir,"

"Maksudnya?" Anthony benar benar tidak mengerti, posisi di dunia vampir? Semacam sistem kasta kah?

"Iya. Di mulai dengan hitam, berarti ia mix breed, mereka tidak masuk dalam sistem kasta vampir, jadinya bisa berada di posisi mana saja. Yang punya sayap itu Koh Hen. Kedua, abu abu, artinya dia vampir pureblood dengan kasta terendah. Ketiga-" ucapan Jonatan dipotong oleh Anthony.

"Tunggu, maksudnya bisa ada di posisi mana aja?"

"Ya... Dia bisa memegang jabatan tertinggi di dunia vampir, yang menggunakan sistem raja, atau yang paling rendah, pencuri darah orang. Jaman sekarang vampir pemilik sayap ini udah jarang,"

"Oh oke, lanjut," Anthony memberi indikasi pada Jonatan untuk melanjutkannya.

"Ketiga, merah artinya guardian, yang punya kata kamu tadi Antonsen. Mereka biasanya yang jadi penjaga atau dengan yang tertinggi jenderal. Keempat biru, bangsawan bangsa vampir namun tidak memiliki power dalam pemerintahan di sana, biasanya mereka adalah pedagang atau pemilik perusahaan serta keturunannya. Kelima dan yang tertinggi... Emas. Pure royal blood," Jonatan mengalihkan pandangannya dari Anthony. Ia menatap sayapnya dengan penuh emosi yang tak bisa ia ungkapkan.

"Merekalah pemegang kekuasaan tertinggi di sana. Namun karena jaman sudah berubah, sayap emas ini sudah tidak ada artinya lagi," tapi Anthony tau ada hal yang Jonatan sembunyikan. Dari matanya yang melihat arah lain selain wajah Anthony.

"Jo? Jujur please?" Anthony menangkup kedua pipi Jonatan, memaksa pemuda itu untuk menatap wajahnya.

"Tapi aku mohon kamu jangan marah," Jonatan menatap Anthony dengan begitu cemas, bahkan ia menggenggam tangan Anthony dengan erat. Anthony mengangguk mantap dan menunggu jawaban dari Jonatan.

"Jadi... Ada kemungkinan suatu hari nanti aku bakal ninggalin kamu. Karena... Aku harus ngambil alih kekuasaan ayahku," Jonatan menarik napas dalam-dalam.

"Dan aku bakal di jodohin sama vampir lain yang bahkan aku gak kenal," itulah kenyataan pahit yang sudah Jonatan ketahui sejak lahir. Hal itu juga menjadi alasan kenapa ia kabur ke dunia badminton. Hal itu juga kenapa ia tidak pernah menunjukkan sayapnya pada orang lain selain Anthony. Sampai kesalahannya di Asian Games.

"Kamu... Itu... Itu semua beneran?" Jonatan mengangguk dengan lemah, menjawab pertanyaan Anthony.

Jonatan memang sadar, cepat atau lambat Anthony memang harus mengetahui kebenarannya, mengetahui soal perjodohan yang bahkan tidak ia inginkan dimasa mendatang.

"Kenapa?" Sang vampir menatap manusia di hadapannya dengan bingung.

"Kenapa ayahmu tega ngelakuin itu? Bukannya kamu harusnya bisa bebas milih pasangan?" Anthony kini terlihat marah, bukan marah pada Jonatan, ia marah pada ayahnya yang bahkan tidak ia kenal. Bertemu saja belum pernah.

"Karena... Ayahku kepingin keturunan yang pure royal blood,"

"Persetan dengan itu! Aku gak akan ngebiarin kamu ngelakuin apa yang gak kamu suka Jo! Hell, aku gak akan ngebiarin kamu pergi dari sisiku gitu aja. Over my dead body, bitch," Anthony memeluk tubuh Jonatan dengan erat, ia juga menenggelamkan wajahnya di dada Jonatan, mungkin supaya Jonatan tidak pergi kemana mana.

Sedangkan sang vampir tersenyum penuh haru. Ia kira Anthony akan menjauhinya karena dimasa depan, ia bisa saja menyakiti Anthony. Tapi pemuda itu malah memilih untuk tetap berada di sisi Jonatan.

"Thank you so much for everything, Anthony," ujar Jonatan lembut dan mengecup kening Anthony.

Shuttle F-ing Cock one shot! (BxB) [Very slow update]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang