Chap 8 ; Cemburu

12.6K 306 2
                                    

; Lerai dalam Derita ;
.
.
.
.
.
.
.

Gelisah.

Kata itulah yang sekarang Jezzy rasakan, sudah satu jam lebih ia meninggalkan dua orang yang sibuk itu di ruang tamu setelah ia memberikan minum dan cemilan, namun sampai sekarang mereka belum selesai juga.

Jezzy tidak akan segelisah ini jika ia tidak melihat langsung, tapi ini? Jelas-jelas melihat langsung mereka membuat tugas bersama, Jezzy sangat tidak suka itu.

Cemburu? Sangat. Jezzy akui itu, ia tidak suka melihat perempuan lain masuk ke dalam rumah ini. Apalagi wanita itu sebaya dengan Willy. Hati Jezzy berkedut nyeri saat mendengar mereka tertawa.

"Apa yang mereka bicarakan?" Gumam Jezzy sambil menggigit jarinya. Ia menarik napasnya kuat-kuat dan mencoba untuk melangkah keluar kamar.

Melihat bagaimana interaksi mereka berdua membuat Jezzy meringis.

"Ekhem."

Willy dan Friska menoleh saat mendengar deheman Jezzy.

"Ada apa Jez?" Tanya Willy santai membuat Jezzy membuka mulutnya tidak percaya.

"Kalian masih lama?" Tanya Jezzy memandang satu persatu orang yang sedang berkutat dengan bukunya itu.

"Iya, kita harus menyelesaikan ini secepatnya. Agar kita bisa membuat skripsi selanjutnya."

Willy mengangguk menyutujui apa yang di katakan Friska, membuat Jezzy ingin sekali memukul Willy berkali-kali.

Tidakkah Willy sadar kalau Jezzy tidak suka melihat Willy berdekatan dengan wanita lain selain dirinya?

Jezzy membalikkan badannya, berjalan sambil menghentakkan kakinya kesal, lalu kembali menuju kamarnya sambil membanting pintu dengan keras.

"Istri loe kenapa?" Tanya Friska bingung.

"Cemburu kali." Jawab Milly santai. Sebenarnya Willy sudah menyadari itu semenjak kedatangan Friska kesini, dan itu membuat Willy semakin semangat mengerjai istrinya itu. Kalau sudah cemburu seperti itu wajah Jezzy terlihat semakin lucu dan menggemaskan.

Friska tertawa sangat puas mendengar kata Willy, mereka lama menyelesaikan tugasnya karena bertukar cerita, dimana Friska sangat penasaran bagaima rasanya menikah muda, dengan senang hati Willy mengutarakan rasa bahagianya.

Dan itu membuat Jezzy semakin sakit hati mendengar tawa mereka, dadanya terasa sesak.

"Begini rasanya cemburu? Sangat menyiksa."  Gumamnya dan memilih berbaring di tempat tidur.

"Jadi, gimana rencana loe?" Tanya Willy sambil mengecek kembali apa yang sudah mereka buat.

"Selesai skripsi gue langsung menikah, kalian harus datang. Selain gugup gue juga enggak sabar cepat-cepat nikah."

Willy kembali tertawa dan menutup hasil kerja kelompok mereka.

"Iya, gue akan datang. Emang dimana acaranya nanti?" Friska tersenyum malu.

"Di Paris. Pokoknya loe harus tadang sekalian bulan madu 'kan?" Willy melebarkan bola matanya.

"Gila! Loe nikah sama siapa sampai ke Paris? Kakek-kakek?" Kepala Willy langsung di pukul oleh Friska menggunakan buku tebal, membuatnya meringis dan mengelus kepalanya.

Bahagiaku, Kamu! ✔ Re-upTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang