Chap 23 ; Di Bawah Menara

8.3K 186 8
                                    

; Lerai dalan Derita ;
.
.
.
.
.
.
.

Kalian mau ada konfik lagi enggak?
Ayo dong komentarnya, aku butuh saran nih, sebentar saja, iya ya ya 😔
.
.
.
.
.
.

Jezzy melihat ke atas, menara yang tinggi pikirnya, kemudian kembali melihat Willy yang ada di depannya.

"Bagaimana suka?"

Pertanyaan Willy terlalu bodoh, tanpa di jawab pun harusnya Willy tahu kalau Jezzy sangat senang. Pokoknya dirinya akan merasa sangat bahagia selama itu berada di dekar Willy.

"Wil, aku mencintaimu, terimakasih," ucap Jezzy tulus lalu memeluk suaminya dengan erat. Willy tertawa dan membalas pelukan sang istri. Menepuk-nepuk pelan punggung Jezzy dan sesekali akan mengecup kepala Jezzy.

"Sudah puas lihat kota Paris?"

Jezzy mengangguk dan semakin erat memeluk Willy, mencari kehangatan di dalam dekapan samg suami karena angin malam kota ini terasa berbeda.

Dunia akan terus berputar, begitu juga dengan cinta yang akan terus tumbuh di setiap detiknya. Kita tidak pernah tahu kapan kiamat akan datang, kiamat yang mungkin saja menghancurkan seluruh dunia,namun kata cinta itu tidak akan pernah hancur.

Jezzy yakin dan percaya sepenuhnya kepada Willy, kalau suaminya itu tidak akan menghianatinya. Jezzy terus mengembangkan senyumnya sambil memeluk tangan Willy, berjalan beriringan menuju hotel yang dekat dengan menara.

"Setiap langkah yang kita ambil pasti ada maknanya."

Willy melihat istrinya yang berujar.Menunggu apa kelanjutan kalimat yang akan di ucapkam oleh Jezzy.

"Apalagi melangkah bersama orang yang kita cintai," lanjut Jezzy sambil melihat Willy sedikit mendongak sambil tersenyum manis.

"Jika kita tak mampu untuk melangkah, dia akan membantu untuk melangkah, satu langkah bermakna akan cinta, dimana langkah itu membawa kita ke jalan yang penuh bunga, hah~ sayang sekali sekarang sudah malam, kalau siang bunga ini pasti terlihat lebih cantik."

Willy tertawa saat Jezzy mengeluh sambil menyentuh bunga yang ada di sisi jalan.

"Tapi tidak apa, yang penting ada kamu," ucap Jezzy senang sambil mendekatkan wajahnya.

Willy kembali tertawa, "mau aku gendong?" Tanya Willy membuat Jezzy berbinar senang lalu mengangguk.

Jezzy pun naik ke punggung Willy, memeluk erat leher suaminya sambil menempelkan pipinya di pipi Willy.

"Kita seperti orang pacaran, oh iya, kita tidak pernah pacaran, kan ya?" Willy hanya berdehem, kemudian mengangkat tubuh Jezzy agar tidak merosot.

"Bagaimana kalau kita sekarang pacaran, lakukan apa yang di lakukan oleh anak-anak saat perpacaran," usul Jezzy, terdengar menyenangkan, tapi Willy menggeleng kuat.

"Kalau kita pacaran, aku tidak bisa menyentuhmu, kita kan sudah suami istri, Jez, untuk apa lagi pacar-pacaran, enggak mau." Tolak Willy membuat Jezzy diam, kemudian tertawa dan menghujami pipi Willy dengan ciuman manis.

Hatinya menghangat dan menjatuhkan kepalanya di bahu Willy, menghirup aroma tubuh Wilky yang menenangkan sambil memejamkan kedua matanya.

Willy merasa aneh, karena Jezzy hanya diam, akhirnya Willy menoleh ke bahunya, ternyata Jezzy tertidur.

"Lelah mengoceh, berjalan, apa terlalu nyaman aku gendong, hah?" Willy bertanya sambil tertawa, iya selama mereka jalan-jalan Jezzy tak henti-hentinya mengoceh dan mengomentari setiap sudut kota ini.

Bahagiaku, Kamu! ✔ Re-upTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang