Chap 34 ; Emosi tak menentu

6.1K 165 6
                                    

; Lerai dalam Derita ;
.
.
.
.
.
.
.
.

Willy melihat punggung istrinya yang bergetar, sejak kemarin istrinya sering sekali mengabaikannya, diam-diam istrinya akan menangis dan mendiamkannya. Awalnya ia tidak mengerti apa yang sebenarnya terjadi, padahal Willy tidak melakukan kesalahan sedikit pun, terakhir mereka masih baik-baik saja, bahkan melakukan hubungan suami istri masih baik-baik saja, namun seiringnya waktu berjalan dan kehamilan Jezzy semakin tubuh dengan baik, istrinya itu sering merajuk.

"Jez, sudah dong nangisnya, sayang."

Willy mencoba untuk menarik tubuh Jezzy ke dalam pelukannya, dan untungnya sang istri tidak menolak.

"Sudah, jangan menangis lagi," ujar Willy lembut sambil mengelus kepala istrinya.

"Kamu enggak suka 'kan sama aku? Aku sekarang gendut, enggak cantik. Kamu mau ninggalin aku 'kan? Huwee~"

Willy terpengarah, diam sejenak kemuidan tersenyum kecil lalu menjajarkan wajahnya dengan istrinya.

Wajah penuh dengan air mata serta mata sembab, Willy tidak menjawab pertanyaan Jezzy, melainkan mencium kening istrinya lama.

"Jangan memikirkan yang aneh-aneh, tidak mungkin aku meninggalkan harta berhargaku ini," kata Willy sambil menangkup kedua pipi Jezzy.

"Benar?" tanya Jezzy dengan suara bergetar.

"Iya."

Willy mengecup bibir Jezzy pelan, kemudian menyeka air matanya yang masih membekas di wajah Jezzy.

"Mau kamu gendut, mau kamu jelek, aku tidak peduli. Dengar, Jez. Bagiku kamu sudah sempurna, istri yang paling sempurna, aku akan membuat kamu paling bahagia di dunia ini," ujar Willy lembut dan kini mencium bibir istrinya.

Menarik tengkuk sang istri agar ciuman mereka lebih dalam, meakipun banyak hal yang sudah terjadi antara mereka, Willy yakin, masih banyak rintangan yang akan mereka hadapi nanti kedepannya. Sebentar lagi sang bayi akan lahir ke dunia untuk mengisi hari-hari mereka dan Willy berharap, rintangan mereka tidak serumit menghadapi Angel.

"Aku mencintaimu, Jez."

Jezzy masih mengatur napasnya, kemudian melihat kedua manik sang suami, tersenyum simpul melihat senyum Willy yang begitu manis ke arahnya.

"Aw!" pekik Jezzy sambil memegang perutnya.

"Ada apa, sayang?"

"Bayinya nendang," jawab Jezzy sambil mengambil tangan Willy dan di letakkannya di atas perut Jezzy.

"Makanya jangan nangis terus, kan marah jadinya anak kita," kata Willy datar, membuat Jezzy mengerucutkan bibirnya.

"Kamu tidak tahu apa yang aku rasakan, jadi mengertilah."

Willy terkekeh lalu kembali menarik tubuh Jezzy ke dalam dekapannya. "Iya, maaf. Sekarang tidur, besok kita akan ke dokter untuk cek terakhir."

Jezzy mengangguk dan membalas pelukan suaminya. Kehamilan yang sudah matang membuatnya tidak bisa bergerak lebih bebas, karena tubuhnya terasa berat dan pola makannya juga bertambah, selain itu emosinya juga naik turun tidak menentu. Dapat di simpulkan, kehamilannya kali ini hanya Jezzylah yang mengalami ngidam berat. Makan yang manyak dan menginginkan ini dan itu, untung saja Willy selalu sigap untuk memenuhi keinginan sang istri.

"Will," panggil Jezzy pelan. Willy melonggarkan pelukannya untuk melihat wajah istrinya.

"Aku boleh minta sesuatu enggak?"

Bahagiaku, Kamu! ✔ Re-upTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang