Chap 35 ; Lahirnya Malaikat

7.2K 161 36
                                    

; Lerai dalam Derita ;
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Bagaimanapun jalan cerita cinta yang mengalir di setiap dua orang yang saling jatuh cinta, tidak akan pernah jauh dengan kata suka maupun duka. Semua saling berkaitan agar jalan hidup ini seimbang. Bagaimana keseharian Willy semakin kualahan mengurus istrinya yang sedang hamil. Membawa dua malaikan kesana kemari membuatnya nyeri melihatnya. Perut Jezzy yang buncit membuat pinggangnya terlihat akan mulai patah.

Kedua pipi istrinya yang dulu tirus kini mengembung seperti bakpaw, Willy semakin gemas melihat istrinya. Meskipun istrinya sering mengeluh sakit, tapi Jezzy cukup kuat untuk bertahan sampai di sini.

Lima menit yang lalu mereka baru tiba di rumah sakit, begitu banyak persiapan yang mereka lakukan untuk menyambut dua malaikat mereka. Mulai dari perlengkapan bayi dan juga kamar untuk si buah hati.

Mommy Willy terlihat sangat antusias, begitu juga dengan kedua orang tua Jezzy yang tak sabar menanti kelahiran dua cucunya.

"Kalian tunggu di sini saja," ujar Willy, orang tuanya mengangguk dan membiarkan Willy masuk ke dalam ruang oprasi sambil mendorong istrinya yang sudah mulai pembukaan.

"Wil, jangan tinggalkan aku," ujar Jezzy sambil memegang tangan Willy yang memegang kursi roda.

"Tidak, sayang. Aku akan berada di sampingmu selama persalinan," ucapan Willy membuat dada Jezzy berdebar hebat.

"Aku mencintaimu, Wil."

Jezzy mendongak melihat Willy yang tersenyum ke arahnya. Willy membungkuk dan mengecup sekilas kening Jezzy agar rasa gugup istrinya itu bisa mereda, padahal dirinya juga sangat gugup menantikan buah hatinya.

Perlahan Jezzy mulai berbaring, menahan rasa sakit di perutnya yang tak tahu pusat sakitnya dimana, yang jelas sangat menyiksa. Oprasi di lakukan karena anak Jezzy kembar untuk berjaga-jaga agar sang bayi dalam keadaan sehat keduanya.

Dokter sudah menyiapkan segala alat persalinan, sebenarnya sang suami tidak boleh berada dalam ruangan, tapi karena permintaan Jezzy, akhirnya Dokter mengijinkannya.

"Jangan lepaskan tanganku walaupun aku tidak sadarkan diri," ujar Jezzy terdengar seperti perintah. Willy terkekeh sambil mengelus kepala Jezzy.

"Iya, sayang. Aku akan menggenggamnya erat sampai kamu tersadar nanti," balas Willy dengan lembut. Air matanya berkaca-kaca melihat wajah Jezzy yang sedikit pucat itu. Willy tahu rasanya pasti sangat sakit, meskipun Jezzy tidak mengeluh di depannya untuk saat ini.

"Kita akan mulai, tuan Willy, tolong jangan mengganggu proses persalinanya, cukup perhatikan wajah istri anda," ujar sang Dokter yang mulai mengambil bius untuk di suntikkan pada Jezzy.

"Aku mencintaimu sayang," bisik Willy lalu mencium punggung tangan Jezzy.

Jezzy tersenyum dan mulai memejamkan kedua matanya secara perlahan, obat bius yang di suntikkan mulai bekerja, semua perawat dan dokter pun mulai meakukan oprasinya.

Tanpa sadar Willy meneteskan air matanya, tidak kuat melihat semuanya secara langsung. Wajah temang Jezzy mrmbuatnya semakin gelisah. Ia benar-benar memegang erat tangan Jezzy tanpa pelepasnya sedikit pun.

Butuh waktu yang cukup lama, karena mereka melakukannya dengan teliti sampai Willy mendengar suara jeritan tangis bayi yang membuat hatinya bergemuruh, kakinya bergetar. Anaknya benar-benar keluar dari perut Jezzy.

Ketegangan belum selesai, karena masih ada satu bayi yang tersisa di dalam perut Jezzy, perlahan namun pasti akhirnya bayi itu keluar diiringi tangis yang sangat kencang, lebih kencang dari kakaknya yang keluar lebih dulu.

Bahagiaku, Kamu! ✔ Re-upTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang