Lima tahun kemudian....
Jezzy PoV
Semua berawal dari insiden yang tak pernah aku bayangkan. Ingatan itu kadang muncul lagi saat aku sedih dan terpuruk. Tidak lagi takut, melainkan bersyukur, karena kejadian itu aku bisa bersama dengan orang yang paling sempurna di hidupku. Jatuh bangun aku bersamanya akhir-akhir ini karena kami mendapatkan musibah. Perusahaan yang di pegang suamiku sedikit ada masalah, belum lagi kedua anakku sempat sakit dan harus di rawat di rumah sakit. Betapa frustrasinya aku saat melihat wajah lelah suamiku, serta wajah lesu kedua malaikatku. Bohong memang kalau kita bisa hidup bahagia selamanya, kenyataannya masih panjang jalan yang harus kita lalui, baik itu suka maupun duka. Dan semakin pula kekuatan cinta kita diuji di dalamnya.
Kekuasaan tidak lagi dibutuhkan, hanya melihat suamiku pulang dengan senyum hangatnya saja aku sudah bahagia, walau sekarang bekerja dari nol, aku tidak masalah dan selalu mendukung suamiku yang sudah menerimaku apa adanya.Bukam rumah idaman lagi yang aku inginkan, melainkan rumah yang nyaman dengan keramaian keceriaan dari buah hatiku, Bunga dan Bintang yang sekarang berumur lima tahun. Yang paling membuatku kesal adalah, saat Bunga sakit, maka Bintang juga akan ikut sakit. Berdoa saja agar kedua anakku sehat selalu.
Sekarang aku hanya duduk di atas tempat ridur, melihat album pernikahan serta foto-foto perkembangan Bunga dan Bintang dari kecil. Sedangkan Si kembar masih asyik bermain boneka di depan TV kamar utama. Celoteh yang di keluarkan anak-anakku tidak membuatku terganggu sama sekali.
"Itu punya Bunga!"
"Tidak, ini punya Bintang!"
"Tidak ini punya Bunga! Bunga yang dikasih sama Deddy!"Aku tersenyum, meletakkan album tebal itu di atas meja, lalu menghampiri kedua anakku yang sibuk merebutkan tongkat peri.
"Mom, ini punya Bunga!" ujar Bunga dengan mata berkaca-kaca.
"Bintang, sayang. Suka melihat Kakak Bunga menangis?"
Bintang menggelengkan kepalanya, kemudian aku tersenyum sambil mengangguk dan kini melihay Bunga.
"Kalau Bunga? Suka melihat Adik Bintang menangis?"Bunga menggeleng, sambil menundukkan kepala.
Aku mengelus kedua kepala anakku dengan lembut, "kalau tidak suka melihat saudara kalian menangis, mainannya gantian. Jangan rebutan. Kalau Deddy tahu kalian bertengkar, siapa yang akan dimarah?"
"Mommy," jawab mereka serentak dengan suara pelan.
"Kalian mau Mommy dimarah oleh Daddy?"
"Tidak, Daddy enggk boleh marahin Mommy," ujar si sulung lalu memeluk leherku, si bungsu pun ikut dan memeluk leherku dengan erat sampai membuatku terkekeh.
"Anak baik enggak boleh bertengkar, kalau kalian di pisahkan bagaimana? Bintang tinggal di rumah Nenek, Bunga tinggal di sini, mau?"
Gelengan cepat langsung aku dapatkan dari kedua anakku. Aku terkekeh mengingat beberapa bulan yang lalu, saat mereka bertengkar gara-gara mainan sampai saling menarik rambut. Saat itu juga aku sangat lelah tanpa sadar membentak mereka dan memisahkan mereka beberapa hari. Willy memarahiku karena keputusan yang aku ambil, tentu saja Si kembar hanya diam dan sudah mengerti tentang kesalahan mereka. Tetapi aku tetap membawa Bunga ke rumah Mama yang ada di kampung, sekalian mereka juga merindukan cucu mereka. Hanya tiga hari, Bintang sudah sakit dan merengek ingin bertemu dengan Bunga, hal hasil aku kembali berceramah pada mereka berdua agar mereka saling mengerti.
Ting tong ting tong
"Daddy!" pekikku, Anak-anak langsung melepas pelukannya dan berlari menghampiri Papanya yang baru datang dari kantor. Aku tersenyum melihat kaki kecil itu berlarian untuk membuka pintu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bahagiaku, Kamu! ✔ Re-up
Художественная прозаFINISH!! {Masih banyak typo} #11 romance on 270319 REVISI. UPLOAD ULANG . . . Warning 📢 21+ Anak yang di bawah umur dilarang MEMBACA ❌🔞 Terdapat konten dewasa, kekerasan dan kata-kata kasar!!! Dilarang War! Novel Dewasa, jadi pintar-pintar membaca...