Chap 18 ; Skripsi dan Istri

7.5K 204 8
                                    

; Lerai dalam Derita ;
.
.
.
.
.
.
.

Tidak ada kata hilangnya kebahagiaan, kebahagiaan itu hanya terjeda oleh kesedihan yang membuat kita harus belajar bagaimana cara hidup yang lebih baik.

Kata orang hidup itu tantangan, jadi harus di jalani setiap rintangan yang ada, semua orang paham akan hal itu, hanya saja tidak semua orang mudah melakukannya.

Jezzy mengerucutkan bibirnya kesal, melihat suminya yang sibuk dengan laptopnya. Jezzy kesal, beberapa hari ini suaminya itu sibuk mengurus laporan akhir kuliahnya dan dirinya diabaikan begitu saja.

"Wil," Jezzy merengek sambil mendusel-dusel lengan Willy, mencari perhatian agar sang suami memperhatikannya.

"Wil, hari ini aku mau jalan-jalan sama kamu, ya?"

Willy tidak menoleh sedikit pun, ia masih sibuk mengetik yang tidak di mengerti Jezzy.

"Ck." Jezzy bertambah kesal, ia berdecik dan membiarkan suaminya itu sibuk dengan dunianya sendiri.

Jezzy masuk ke dalam kamar mandi membersihkan dirinya, ia akan pergi sendiri saja kalau Willy tetap seperti itu.

Selesai mandi pun Willy tak berkutik di atas ranjang, dengan setia laptopnya ada di pangkuannya membuat Jezzy memutar matanya jera.

Selesai berganti baju, Jezzy menagmbil tasnya dan keluar, "Kemana?" Tanya Willy tanpa melihat Jezzy.

Jezzy semakin kesal dan langsung pergi, ia terlalu malas untuk menjawab pertanyaan suaminya itu.

Willy menghela napas panjang, kepalanya berkedut memikirkan skripsi yang harus ia selesaikan.

Willy berharap ia cepat menyelesaikannya agar ia bisa cepat-cepat menghabiskan waktu bersama istrinya itu, namun sikap merajuk sang istri tidak pernah jauh-jauh dan sekarang ia tahu istrinya sedang marah.

Willy menghapus wajahnya kasar saat melihat istrinya menangis di anak tangga, perlahan ia mendekati Jezzy yang duduk sambil sesegukan.

"Maafkan aku." Di peluknya Jezzy dari samping, Jezzy langsung melepas pelukannya dan berdiri.

"Aku mau jalan-jalan sendiriㅡhiks saja." Jezzy melangkah membuat Willy menghela napas panjang dan menarik tangan Jezzy lalu ikut berdiri dan memeluk tubuh Jezzy.

"Jangan menangis." Dipeluknya tubuh istrinya dengan lembut membuat Jezzy berhenti menangis.

"Tunggu sebentar, ya. Nanggung lagi sedikit aku selesai." Jezzy mengerucutkan bibirnya, lalu mengangguk dan kembali ke kamarnya.

Willy kembali sibuk dengan laptopnya, sedangkan Jezzy bersandar di bahu Willy sambil melihat layar monitor dengan tatapan tidak suka, berulang kali ia merengek menanyakan kapan selesai, namun sudah satu jam berlalu Willy belum juga menyelesaikannya.

"Wil, aku ngantuk." Willy tersenyum lalu tangannya terulur mengusap kepala sang istri dengan lembut.

"Tidur saja, nanti kalau sudah selesai aku bangunin dan kita jalan-jalan." Jezzy mengangguk lalu tidur di samping paha Willy, memeluk perut suaminya seakan takut Willy akan pergi.

Bahagiaku, Kamu! ✔ Re-upTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang