; Lerai dalam Derita ;
.
.
.
.
.
.
."Iya, Ma. Aku baik-baik saja. Mama juga harus jaga kesehatan, salam sama Papa semoga cepat sembuh." Jezzy menghela napasnya setelah mengakhiri panggilannya dengan Mamanya yang ada di kampung halaman.
"Ada apa, Jez?" Willy yang datang dari kamar mandi bertanya sambil mengeringkan rambutnya, selama di mall, istrinya itu terlihat tidak tenang dan terus memegang ponselnya.
Jezzy menoleh dan mencoba untuk tersenyum, namun senyum itu dapat Willy kenali kalau istrinya itu sedang menyembunyikan sesuatu.
"Ada apa?" Willy kembali bertanya dan duduk di samping istrinya.
"Sebelumnya jangan marah, ya?"
Willy menaikkan satu alisnya bingung.
"Kenapa?"
Jezzy mengambil handuk yang Willy pegang, kemudian ia yang mengeringkan rambut suaminya.
"Boleh enggak aku pulang? Papa aku sedang sakit dan sapi Papa aku mau dijual pakai modal warung hilang."
Jezzy melihat wajah Willy, menunggu tanggapan yang akan diberikan, segingga ia menghentikan pergerakan tangannya.
"Jez, kenapa aku harus marah? Mereka juga orang tuaku. Papa adalah satu-satunya Ayah yang aku punya, Daddy sudah tidak ada lagi di dunia ini, jadi Papa adalah Papa satu-satunya yang aku punya sekarang." Tangan Willy mengelus lembut pipi Kezzy.
Mata Jezzy memburam karena genangan air mata, kata-kata Willy membuat ia terharu. Jezzy tahu kalau Deddy Kerlywo sudah meninggal jauh sebelum Jezzy bekerja di rumah Marco, karena serangan jantung Deddy Kerlywo harus meninggalkan perusahaannya dan juga istri serta anaknya yang masih sangat membutuhkan beliau untuk bertahan.
"Ais, cengeng banget sih. Kenapa menangis, heum? Jangan menangis." Bukannya berhenti, Jezzy malah semakin terisak dan memeluk leher Willy.
"Willy. Hiks~"
Willy menepuk pelan punggung istrinya.
"Aku enggak tahu harus berkata apa lagi sama kamu. Hiks~ Terimakasiㅡterimakasih sudah menjadi suamiku."
Willy tersenyum dan membalas pelukan istrinya.
"Akhir pekan yang akan datang kita ke kampung, ya?" Jezzy mengangguk keras dan semakin erat memeluk si suami.
"Belanjaannya sudah kamu rapikan?" Willy mencoba untuk mengalihkan pembicaraan agar istrinya itu berhenti menangis.
Jezzy menyeka air matanya dengan kasar dan menggeleng pelan, dilihatnya tas belanjaan yang banyak di sudut kamar.
Willy pun ikut mengikuti arah pandang istrinya, "Kenapa bisa banyak begitu?" Tanya Willy heran.
Jezzy tertawa pelan sambil memukul lengan Willy, "Itu barang kamu semua, aku hanya sebagian." Willy menggaruk tengkuknya.
Kalau sudah masalah belanja, apalagi itu bersama Mommy Kerly pasti Willy lupa segalanya.
"Besok saja dirapikan, sekarang keringkan lagi rambutku."
Jezzy menoleh dan tersenyum sambil mengangguk. Mengambil kembali handuk itu dan mulai mengeringkan rambut Willy dari belakang.
Selesai mengeringkan rambutnya, sesekali Jezzy akan memijat kepala Willy, membuat si suami memejamkan matanya.
"Rasanya enak."
Jezzy terkekeh dan terus memijat Willy.
Bukan bermaksud menggoda atau mengundang nafsu Willy, Jezzy memijat kedua bahu Willy, seperti sudah berpengalaman Willy benar-benar keenakan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bahagiaku, Kamu! ✔ Re-up
Tiểu Thuyết ChungFINISH!! {Masih banyak typo} #11 romance on 270319 REVISI. UPLOAD ULANG . . . Warning 📢 21+ Anak yang di bawah umur dilarang MEMBACA ❌🔞 Terdapat konten dewasa, kekerasan dan kata-kata kasar!!! Dilarang War! Novel Dewasa, jadi pintar-pintar membaca...