N&R 34

2.1K 55 0
                                    

Enjoy Reading!
Tinggal jejak! :)
-0-
-Ketika rasa datang semakin berduyun-duyun, ungkapan pun tak lagi dapat dibendung-
S
-0-

"Van!"-Panggil Zala saat Zala melihat punggung Vano yang berjalan tidak terlalu Jauh didepannya.

Zala saat ini sedang berada di sekolahnya, dua hari yang ia minta kepada kedua orang tuanya ia manfaatkan sebaik mungkin, di hari pertama Zala menyelesaikan urusannya di kota sejuta kenangan untuk nya yaitu kota Bandung.

Dan dihari kedua Zala meminta untuk masuk ke sekolahnya, sekaligus menyelesaikan apa yang seharusnya ia selesaikan dari hari-hari kemarin, tentu saja pertamanya kedua orang tuanya melarang keras Zala untuk masuk sekolah tapi dengan kekeras kepalaan Zala dan kata-kata meyakinkan dari mulut Zala akhirnya kedua orang tuanya menyetujuinya dengan setengah hati.

Vano membalikkan badannya, ketika ia sadar yang memanggilnya adalah Zala, seketika Vano berbalik dan berlari kearah Zala, lalu memeluknya dengan erat.

"Gue kira lo ngehindarin gue setelah tau yang sebenarnya kemarin, gue kira lo marah sama gue, gu-gue kira lo bakal ninggalin gue"-Ucap Vano pelan di telinga Zala

Zala yang menyadari dirinya yang menjadi perhatian oleh siswa-siswi lain karena ia berpelukan dengan Vano di tengah koridor ini merasa tidak nyaman.

"Van lepasin dulu, malu dilihatin murid lain"-Ucap Zala sambil berusaha melepaskan pelukan Vano

Vano melepaskan pelukannya, lalu tiba tiba menarik pergelangan Zala kearah taman belakang, lalu mendudukan dirinya dan Zala di sebuah bangku taman kosong yang berada di sana.

"Jadi jelasin ke gue kemana setelah gue ngasih tau semua kebenarannya, kenapa lo nggak muncul dihadapan gue sama sekali?"-Tanya Vano menuntut penjelasan dari Zala.

Zala tidak mungkin mengatakan kebenarannya bahwa ia tengah sakit parah saat ini, bukannya ia percaya diri tapi hanya antisipasi, ia tak ingin Vano khawatir pada dirinya.

"Gue nggak ngehindar dari lo kok, setelah lo ngasih tahu gue yang sebenernya, gue ke Bandung, gue kesana buat nemuin Imel sama Bella, gue kangen sama mereka."-Ucap Zala

Vano member tatapan menyelidik kearah Zala yang mebuat Zala gugup

"Gue nggak bohong tanyain aja ke Imel sama Bella sendiri deh kalo masih nggak percaya"-Sergah Zala

Vano tersenyum lembut membuat dada Zala bergemuruh tak karuan.

"Gue percaya"-Jawab Vano

Vano menggenggam tangan Zala dengan kedua tangannya, lalu mentap manik mata Zala.

"Jangan kebiasaan ngilang tanpa kabar, gue takut lo pergi dari gue, karena jujur gue sayang sama lo"-Ucap Vano sungguh-sungguh.

Zala kehilangan kata-katanya setelah menyadari Vano benar-benar menyayangi dirinya dan tak mau ia pergi tapi apa daya sepertinya takdir Sudah menetukan yang lain.

'Zal inget tujuan utama lo!'

Zala tersadar, ia teringat tujuan utamanya kesini.

Zala tersenyum lalu melepaskan tangan nya dari genggaman Vano

"Gue punya sesuatu buat lo"-Zala merogoh tas sekolahnya lalu mngeluarkan kotak hitam elegan dengan balutan pita emas, warna sederhana yang terlihat elegan ketika disatukan.

"Apa itu?"-Vano mengernyit melihat Zala mengeluarkan kota hitam dengan pita emas berukuran sedang itu

Zala menyerahkannya pada Vano, vano pun menerimanya dengan masih bertanya-tanya apa isi dari kotak hitam ini?

N&RTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang