Part 14

904 55 0
                                    

Sesampainya di Goa Rong aku melihat parkiran yang nampak sepi, tak seperti biasanya, hanya ada sekitar lima motor diparkiran roda dua dan hanya mobil Mas David yang ada di parkiran roda empat. Sepertinya Goa Rong memang mendukung Mas David untuk meluapkan emosinya disini

"kesana yuk Mas, agak kebawah dikit" kataku ke Mas David sambil menunjuk papan penunjuk bertulisan arah 'Goa' yang dibalas dengan anggukan

"kok sepi men (banget) ya" kata Mas David

"mbuh (gak tau), orang-orang lagi pada sibuk kali" kataku asal

"tapi ini kan hari minggu" kata Mas David lagi

"biasane juga rame, sorean mungkin baru mulai rame"

Kami berjalan mengikuti jalan setapak dibawah terik matahari. Setelah merasa cukup jauh berjalan, kami berhenti di sebuah pondok terbuka yang disediakan oleh pengelola tampat. Suasananya terasa tenang dan sunyi, hanya ada pemandangan hijau disekitar situ dan angin yang berhembus. Tapi panas. Dengan nafas yang sedikit ngos-ngosan kami singgah di pondonk tersebut

"panase poulll....." kataku

"iya, pantes gak ada yang kesini siang-siang" kata Mas David sedikit terkekeh

Kami diam sejenak untuk mengatur nafas dan melihat pemandangan disekitar dan menikmati hembusan angin yang mendinginkan suasana, aku bingung mau mulai percakapan dari mana, takut salah bicara

"uda lama Mas gak kesini" kata Mas David memulai pembicaraan

"dulu terakhir Mas kesini pas SMA bareng temen-temen, tempatnya gak sebagus ini"

"iya, dulu juga sering main kesini sama temen-temen" kataku sedikit senyum

"dulu nek (kalo) ada temen yang sedih atau abis putus langsung diajak kesini" kataku lagi

"ben ngopo (biar apa) diajak kesini?" tanya Mas David heran

"ya biar dia bisa teriak-teriak disini, ngeluarin uneg-unegnya buat pacare" kataku

"gak diunekke gendheng (gak dibilang gila) sama orang yang ada disini?" tanya Mas David

"em... nek (kalo) dulu sih gak mikirin itu, seng (yang) penting uneg-unegnya keluar dan perasaanne jadi lega. Lagian dulu isih (Masih) SMA Mas, mana peduli sama omongane wong (orang)"

"iya juga ya, jama SMA emang jamane sekarepe dewe (semaunya sendiri)" kata Mas David

"Mas juga nek (kalo) mau ngeluarin emosi bisa disini" kataku sambil tersenyum

Mas David tersenyum menatapku kemudian melihat kedepan lagi

"nek (kalo) sekarang Masih SMA mungkin Mas akan teriak-teriak disini, tapi kan sekarang udah gak bisa gitu"

"kenapa?"

"ya kita harus menghargai kenyamanan orang lain yang ada disini juga dong"

"itu kalo rame, ini kan sepi Mas gak ada orang"

"ya tetep aja Mas malu kalo harus teriak-teriak disini"

"em terserah sih kalao mau tetap mendam itu sendirian" kataku sambil menunjuk dada Mas David

Mas David diam tersenyum

"mumpung sepi looo gak ada orang" bujukku, Mas David Masih tersenyum

"malunya juga cuma bentar aja paling" kataku lagi

Mas David menoleh kepadaku, menatapku lembut yang ku balas dengan memainkan alis, kemudian Mas David tersenyum, sedikit ragu tapi akhirnya berdiri berjalan keluar pondok kemudian berteriak kencang. Aku sedikit lega melihat itu, paling tidak ada sesuatu perasaan yang bisa lolos

Cinta (Masih) KembaliTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang