"Mas pengen meluk Kamu bentar, boleh ya" bisik Mas David, aku diam dan mengangguk pelan
Mas David menenggelamkan wajahnya di leherku, hampir sepuluh menit Mas David memelukku dan kakiku mulai terasa pegal
"Mas" kataku pelan
"hmm"
"udah ya"
"bentar lagi" bisik Mas David
"aku pegel Mas"
"ha?" Mas David mengangkat wajahnya
"kakiku pegel berdiri terus", Mas David tertawa pelan
"didalem aja kalo gitu"
Mas David melepaskan pelukannya dan menggandengku ke ruang keluarga, belum sempat aku duduk di sebelahnya dia sudah menarikku kepelukannya, kepalaku disandarkan di dadanya, jantungku berdegub kencang seperti mau meledak apalagi Mas David memelukku dengan erat
Terdengar Mas David membuang nafas kasar berkali-kali, apa dia jadi sedih ya gara-gara aku nanyain wanda tadi? Harusnya aku jangan buru-buru bertanya, trus sekarang gimana?
Dengan ragu aku mendongak melihat wajah Mas David yang memandang ke kepan, ada kesedihan di matanya, kayaknya dia masih sayang banget ke Wanda. Mas David menoleh padaku dan mengangkat alisnya seperti bertanya "apa?" aku segera menggeleng dan bersandar di dada Mas David lagi
Suasana jadi sedikit sunyi dan canggung, cuma ada suara dari tivi, aku merasa gak enak sama Mas David karena uda bikin dia sedih
"Dira" tiba-tiba dia memanggilku
"ya" kataku sambil mendongak
"maafin Mas ya udah bikin Kamu sedih" katanya lirih
"eh enggak kok Mas" malahan aku yang bikin Mas sedih kataku dalam hati
"Mas gak tau kalo kamu punya pengalaman pahit sama mantanmu"
"gak apa-apa, Mas kan juga punya pengalaman gitu, malah lebih parah" aduh aku ngomong apa sih? Batinku
"iya ya, nek dipikir-pikir kita hampir senasib" terdengar sedikit tawa lirih dari Mas David
Kayaknya gak usah lanjutin bahas ini deh, malah jadi membuka luka lama pikirku, aku mencoba mengalihkan pembicaran.
"em Mas" kataku pelan
"kenapa?"
"Mas kok bisa badanne jadi gini?"
"maksudnya?". Aku melepaskan diri dari pelukan Mas David
"dulu kan Mas tinggi cungkring sekarang kok agak gemukan sama ada ototnya gini?" tanyaku sambil menunjuk-nunjuk lengan Mas David dengan telunjukku, dia tersenyum
"ini efek selama dibengkel dulu kayaknya sama rajin olahraga aja"
"Lo, Mas pernah kerja dibengkel? Bukane dulu langsung lanjut ya?" tanyaku bingung
"bukan bengkel sepeda motor lo ya, bengkel mesin kapal" kata Mas David sedikit tertawa
"sebelum terjun ke laut kan ada pelatihan bongkar pasang mesin, mungkin ini efek dari sering angkat yang berat berat" kata Mas David sambil mengusap perutnya yang ada beberapa tonjolan kecil
"tapi.... Mas Dimas sama Mas Gilang kok badannya semok ya gak kayak Mas? apa karena uda lama dilaut jadi ototnya ilang?" tanyaku lagi, Mas David tertawa pelan
"kalo Mas Dimas sama Mas Gilang kan bagian dek, Mas di bagian mesin jadi beda"
"oohhh...." aku mengangguk walaupun gak paham
"ngerti?" tanya Mas David
"heheee enggak" kataku cengengesan
"Mas Dimas, Mas Gilang sama Bapak itu kan di bagian Nahkodanya jadi yang banyak dipake otaknya, kalo Mas di bagian mesin jadi tenaganya lebih diperluin selain otaknya juga"
"emang beda ya? tak kira semua pelaut sama aja"
"ya beda lah, em contohe kayak gini, kamu kalo naik pesawat kan ada pramugari, Pilot sama kru yang lain kan" aku mengangguk
"kapal juga sama kayak gitu, ada Nahkoda sama kru yang lain juga dan Mas di bagian kru mesin, yang ngurusin mesin selama dia jalan di laut biar gak ada kerusakan dan gak tenggelam". Kenapa gak kepikiran ya? Jadi keliatan oon deh Batinku
"ooh gitu, kenapa Mas gak ambil bagian nahkoda juga?"
"em... ya biar beda aja"
"maksudnya?"
"Bapak sama Mas Dimas kan udah Nahkoda, tambah Mas Gilang juga biar ada variasinya ya mas ambil mesin aja"
"tapi kan orang-orang liatnya sama aja pelaut"
"kalo yang gak ngerti yang mikirnya gitu, tapi ngapain juga mikirin pendapat orang, selama Bapak sama Ibu ngijinin ya gak masalah kan"
"iya juga sih, tapi apa gak berat kerja di bagian mesin?"
"em sebenere sama aja sih, cuma beda bagian aja, kalo nahkoda lebih ke mikir ke navigasi yang pake koordinat gitu jadi lebih pusing kalo menurut Mas, porsinya tetep sama kok"
"iya sih, kayane lebih pusing hehe, em berarti Mas kerjane kayak dibengkel bengkel gitu?"
"kalo dulu sih gitu, kayak dibengkel tapi mesin besar, lumayan berat sih pas jaman itu tapi sekarang udah enggak"
"kalo sekarang dimananya?"
"kalo sekarang Mas uda tingkat dua jadi gak perlu dibengkel lagi tapi ngawasin di ruang mesin"
Aku mengerutkan dahiku mencoba mencerna penjelasannya dan sepertinya dia tau aku sedang bingung, Mas David tersenyum
"di bagian Mas itu ada lima pangkat, yang paling tinggi itu pangkat satu dan yang paling rendah itu pangkat lima, nah sekarang Mas udah di pangkat dua jadi kerjane gak seberat yang dibengkel lagi"
"Loh berarti pangkat Mas uda tinggi dong"
"ya Alhamdullilah si bisa dibilang gitu"
"Mas kan masih muda kok udah tinggi pangkatnya?"
"emang gak boleh kalo masih muda uda punya pangkat tinggi?"
"bukan gitu tapi kan biasane pangkat itu menurut pengalaman"
"kalo di pelayaran itu selain pengalaman pangkatnya ditentuin sama tingkat sertifikatnya, setiap kapal kan ada sertifikatnya sendiri-sendiri dan Mas udah punya banyak sertifikat jadi Alhamdulilah sekarang uda nyampe posisi ini"
"oh.. gitu, berarti dapetin sertifikatnya yang susah ya?"
"em dibilang susah sih enggak tapi ya butuh waktu dan biaya yang lumayan untuk satu sertifikat"
"sampe jutaan?" Mas David mengangguk
"uwow" kataku reflek sedikit melotot
"kenapa?"
"heehe gak apa-apa kok" kataku sambil tersenyum.
Harusnya aku tidak kaget mendengar itu karena MasDavid berasal dari keluarga yang berada jadi wajar saja kalau dia bisamempunyai banyak sertifikat walaupun masih muda
kami diam sejenak
"Kamu masih suka main skateboard?" tanya Mas David
____________________
10-07-19
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta (Masih) Kembali
Romance13+ Ini murni cerita fiksi yes harap maklum kalo ceritanya aneh bin ajaib, kalo ada kesamaan nama, alamat, tempat & cerita itu sengaja biar baper dan ini ceritanya panjang buangeeettt... Jadi bagi yang gabut atau mau buang-buang waktu bisa baca ini...