Part 10

1K 58 1
                                    

Mas David langsung menggandengku ke kekamarnya di lantai dua, wajahnya terlihat menahan kesal, aku tau Dendi tadi cuma bercanda tapi entah kenapa Mas David terlihat sangat kesal ke Dendi.

Sesampainya dikamar Mas David aku disuruh menunggu sampai Mbak Sinta datang membawakan baju ganti untukku.

Kamar Mas David lumayan luas, dindingnya ditutupi wallstiker bata merah dengan beberapa poster band luar negeri seperti Linkin Park, Greenday, MCR, AX7 dan beberapa poster band yang tidak ku kenal.

Ada juga peta dunia besar yang dipenuhi catatan kecil di beberapa titik, jam dindingnya berbentuk replika roda kemudi kapal yang dikanan kirinya disandingkan dengan replika jangkar dan perahu layar berwarna putih.

Ranjang yang berukuran kingsize sepertinya baru diganti dengan seprai berwarna biru navy dan selimut yang senada, disamping ranjang ada nakas berukuran sedang yang diatasnya tersusun beberapa bingkai foto Mas David dengan keluarga dan teman-temannya di PIP.

Meja belajar yang menghadap ke jendela yang disebelahnya bersandar dua gitar dan sebuah skateboard yang terlihat masih bagus seperti jarang dipakai. Tiba-tiba kamar diketok, itu Mbak Sinta.

"dek ini bajunya, kegedean dikit gak apa-apa kan" kata Mbak Sinta tersenyum

"iya Mbak gak apa-apa" kataku sambil tersenyum

"Vid, ada anduk baru gak? Itu punya Dira udah basah semua" kata Mbak Sinta

"ada kayaknya Mbak, tak (aku) cariin dulu" kata Mas David sambil membuka lemarinya

"kamu tadi abis dari mana aja sama Dendi dek?" tanya Mbak Sinta lembut

"t-tadi jalan-jalan ke Bandungan Mbak, ketemu sama temen-temennya Dendi" kataku sedikit gugup

Aku gak mungkin bilang ke Mbak Sinta kalau tadi abis nyariin Wanda apalagi Dendi pesan jangan bilang siapa-siapa dulu terutama Mas David.

"ha? Ngapain ketemu temen-temennya di Bandungan?" tanya Mbak Sinta heran

"em... tadi sih cuma dikenalin aja ke temen-temennya Mbak" kataku

"dikenalin sebagai pacar gak?" tanya Mbak Sinta tersenyum dan melirik ke Mas David

"enggak Mba, cuma temen-temennya ngira aku pacarnya...." kata-kataku terpotong

"nih anduknya, langsung mandi aja biar gak sakit" kata Mas David datar memotongku

"makasih Mas" kataku sambil menerima anduk dari Mas David, tapi mukanya terlihat menahan kesal, mungkin dia masih kesal karena gak jadi nikah mangkanya dari tadi jadi sensitif.

"ya udah, sana mandi, nanti Mbak tunggu di bawah ya, masih pengen denger cerita kamu sama Dendi" kata Mbak Sinta tersenyum

"ck, apaan sih, ayo keluar biar Dira bisa mandi" kata Mas David sedikit kesal dan menarik Mbak Sinta keluar kamar.

Selesai mandi aku ikut berkumpul di ruang keluarga yang sudah dipenuhi anggota keluarga yang lain kecuali Bu Yuli dan Suaminya, aku gak tau Bu Yuli dimana, Mbak Sinta sedang membantu Mbok Diah didapur.

Diruang keluarga terdapat home theater yang menurutku cukup mewah dengan layar besar ditengahnya.

Dinding tanpa jendela membuat ruangan ini seperti bioskop lesehan mini menurutku, sofa besar bewarna merah maroon membentuk leter L dan ada meja kecil di tengah, lantai yang dilapisi karpet tebal empuk bewarna krem senada dengan warna tembok.

Ditembok bagian kiri menempel rak kaset yang tersusun rapih, dinding sebelah kanan di hiasi bingkai foto yang membentuk seperti pohon keluarga.

Dendi menarikku supaya duduk disebelahnya dan Mbak Diana. Mas David duduk disebelah Mas Dimas, suasananya sangat nyaman dan menyenangkan apalagi mereka saling melempar candaan, seperti tidak ada masalah yang sedang terjadi.

Cinta (Masih) KembaliTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang