eps.22

115 11 0
                                    

Playlist
Younha - Pray [Ost Part 5 Of School 2015]

***
Visual dari


Renita Latifah Rikania#kaniasicewekjutek

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Renita Latifah Rikania
#kaniasicewekjutek

***
Mungkinkah kembali

Kebaikan dia hanyalah, drama yang selalu dia buat.

**

Sisi terdiam melihat Tama yang berada disana. Dia seketika melihat kearah Kania yang melihatnya dengan tatapan bingung.

"Ayo ka, kita nanti ketinggalan acaranya."dia menarik Kania pergi dari tempat itu.

Saat Kania berbalik dia seperti melihat seseorang disana. Mungkinkah, orang itu yang bergumam tadi batinnya dalam hati. Dia melihat Sisi dengan raut wajah cemas. Dia memberhentikan langkahnya dan melihat kearah Sisi yang seperti orang kebingungan.

"Si, lo kenapa?lo lihat Elang ya."tanyanya yang membuat dia hanya menarik senyumnya paksa. "Si, lo nggak usah takut sama Elang. Dia tidak akan menyakiti lo lagi kok, gue jamin itu."

"Bukan karena Elang kok Ka, gue merasa kalau gue bisa melupakan dia secara perlahan ternyata gue salah."

"Ah, karena lo dulu baper ya sama kak Pandu. Terus dia ngil- maaf mulut gue kalau ngomong kadang susah di rem."

"Apa sih?gue sama Kak Pandu ngga ada apa-apa kok."dia menariknya pergi dari tempat itu. "Kita tunggu dia diluar aja ya, disana kan hanya untuk undangan khusus."

"Iya"

"Disini ada bakso enak banget, mau nggak"

"Boleh"

Sisi merasa bersalah dengan Kania. Tapi, dia tidak mungkin melihatkan Kania dengan Tama lagi. Walaupun, Sisi tidak tahu alasannya apa?dia meninggalkan Kania begitu saja.

"Ka, lo masih suka sama dia"tanyanya yang membuat Kania sedikit bingung.

"Hmm, maksudnya?"

"Gue tad-"

"Hai kalian berdua, gue cariin juga."Dewi melihat kearah Sisi yang begitu pucat. "Lo kenapa si?ah, lo ketemu sama cowok kurang di hajar itu."

"Kurang ajar bukan kurang dihajar"ucap Vina membetulkan.

"Dia itu memang kurang dihajar"tambah Gadis yang membuat Sisi hanya tersenyum simpul. "Lo beneran ketemu si emprit."

"Elang Gadis bukan emprit"protes Vina.

"Iya, Elang"ulangnya. "Gue heran, cewek lemot kaya lo bisa masuk ke dokter."celetuknya.

Mereka bertiga ketawa kecuali Vina dan Gadis yang masih serius dengan pikiran mereka masing-masing.

🌿

Aku masih terdiam menatap kearah langit, rasanya aku malas untuk masuk kesana. Mendengar setiap sambut yang membosankan terlebih lagi, aku juga tidak tahu sampai kapan dia akan terus seperti itu?

"Dia tidak akan pernah datang, aku tahu itu."ucapku yang berdiri dari bangku taman itu. "Dia hanya akan seperti itu terus"

Aku ingat ketika dia harus kehilangan seseorang yang dia cintai, seseorang yang membuat dia terus berada dalam kegelapan tanpa pernah menemukan titik terang. Aku tidak tahu, mau sampai kapan dia hidup seperti itu. Sedangkan wanita itu selalu ingin dia melepaskan semua rasa bersalahnya. Kali ini aku merasa bahwa dalam hidupnya hanya orang lain yang dia pentingkan bukan adiknya sendiri. Dari dulu, dia memang seperti itu. Kebaikan dia hanyalah, drama yang selalu dia buat.

"Dia adalah seorang dokter, pasien adalah prioritas utama baginya. Bisakah kamu memahami dia"nasehat itu seolah terus terngiang ngiang di kepalaku.

"Ah entahlah, haruskah aku pergi"ucapku yang menghembus nafas kasar.

"Kenapa lo di sini?"suara itu membuatku hanya menatapnya sekilas. "Kau ini, susah banget kalau dibilangin."

"Bukannya-"

"Udah, ayo masuk."

"Tunggu, gue nggak mau masuk bareng lo."ucapku yang mendorongnya sedikit menjauh.

"Why?what wrong with me?"

"Nggak usah sok bule, kalau gue jalan sama lo. Gue yang nggak nyaman sama teriakan cewek-cewek gila itu."

"Harusnya lo bersyukur punya kakak handsome kaya gue."ucapnya tersenyum begitu lebar.

"Terserah."

"Hai, tungguin gue."dia berlari mensejajarkan langkahnya. "Gue udah tua, jangan lari-lari."bisiknya pelan.

"Tua apanya"batinku.

🌿

Kania terdiam ketika melihat Rendy datang. Dia melihat ke mereka berempat bertanya-tanya apakah mereka mengetahui sesuatu.

"Lo kenapa Ka?"tanya Gadis yang melihat kearah Kania.

"Nggak, gue seperti melihat mas Rendy tadi."ucapan kania seketika membuat mereka saling melihat. "Apa Tama juga wisuda tahun ini?"

"Aku nggak tahu, emang dia ada di universitas ini ya."tanya Vina yang melihat kearah mereka. "Yang aku tahu, dia udah lulus tahun kemarin."

"Lo tahu dari mana?"tanya Dewi mencoba memastikan.

"Yah, tahu aja. Kalau dihitungkan dia harusnya memang lulus tahun kemarin."seketika mereka menarik nafasnya kesal.

"Sudah makanlah"ucap Gadis menyuapinya.

"Makan-makan"mereka berempat menyilahkannya untuk makan.

Kania masih terdiam memikirkan perkataan Vina. Yang membuat ke tiga sahabatnya merasa bersalah juga. Kania dan Tama tidak salah tapi, kenapa mereka harus dipisahkan?bukankah itu tidak adil.

"Lo pasti lihat dr. Rendy ya."celetuk Vina yang membuat tiga sahabatnya melirih tajam. "Aku itu tadi lihat dia di toko bunga, pas aku tanya bunga buat siapa dia bilang buat seseorang yang spasial?"

"Siapa?pacaranya."ucap Gadis penasaran.

"Yah, pupus dong harapan gue buat deketin dia"tambah Dewi yang memasang muka muram. "Emang siapa sih?"

"Iya, perasaan selain mbak Rain nggak ad-"mereka terdiam dan melihat kearah Kania yang melihat mereka dengan tatapan datar.

"Kenapa?"tanyanya.

"Ah, nggak papa"
"Hmm"
"Tentu"

"Yang pasti itu buat acara wisuda ini"ucap Vina yang membuat tiga temannya menatapnya tajam. "Aku benar kok."

"Iya, udah ayo makan aja"ucap Gadis yang memberhentikan pembicaraan.

"Tapi, nggak papa nih. Kalau kita nunggu dia diluar sini"tanya Dewi yang membuat mereka mengangguk bersama.

***

Kita dan waktu (Musim Ke-2)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang