eps. 51

13 3 0
                                    

Playlist

[Stray Kids : SKZ-RECORD] Bang Chan (인정하기 싫어)_"I hate to admit it"_

**

**

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

**

Another way
Lo memilihnya bukan karena cinta kan hanya sekedar suka.
**

Kania berjalan menuju gedung belakang, setumpuk dokumen yang ada di tangannya membuat dia hanya menghela nafasnya berat. Pergi ke Bandung tidak menjamin pekerjaannya akan beres malah makin menumpuk seperti gunung saja.

"Hari yang melelahkan"teriakan itu membuat Kania hanya melihat pria yang tengah menggeliatkan tubuhnya di depan gedung.

Dia hanya terkekeh pelan sebelum mendekat kearahnya."Apa dia bekerja hanya menggunakan kaos begitu?"gumamnya.

"Ah, Kania?"wajah datar tanpa ekspresi itu membuat dia terkejut dan menggaruk tengkuk kepalanya. "Lo ngapain kesini?"

"Gue disuruh sama si bawel buat ngasih ini sama lo"intonasi suara yang sama. Dia selalu membuat intonasi suara itu ketika berada di dekat Tama. "Aku pergi, kamu bisa mengantar-"

"Apa kamu akan menjauhiku?"

"Hmm!"dia melihat kearah pria yang lebih tinggi darinya itu.

"Ah tidak, aku akan mengembalikan padanya nanti."ujarnya yang ingin berjalan pergi.

"Mau ngopi?"Danu melihatnya dengan tatapan tak percaya. "Mau apa-"

"Mau"ujarnya cepat.

"Bayar sendiri"ujarnya yang tersenyum dan berjalan menuju kafe.

Sebenarnya hari memang masih terlalu pagi untuk bekerja, karena dia harus mengirim dokumen yang harus di serahkan nanti siang dia harus bangun pagi. Apalagi, dia sedang tidak ingin bertemu dengan Danu. Tetapi, mereka berdua malah duduk di kafe Tama.

"Apa yang membuatmu datang di pagi hari?"tanya Kania yang membuat dia tersenyum kecil. "Jangan bilang lo tidur di rumah sakit"

"Gue merasa suntuk di rumah, jadi gue putusin buat bekerja semalaman."ujarnya yang menyeruput kopi hitam itu dengan tegukan yang kecil. "Gue juga nggak mau membebani lo untuk berusaha keras menemui gue. Dokumen ini udah gue revisi, dan tinggal aku laporkan saja."

"Jadi ini nggak perlu"ujarnya.

"Ini perlu, ada beberapa file yang mungkin vaild."ujarnya. "Kenapa lo ngajak gue ngopi?"

"Nggak, gue cuma merasa-"

"Merasa kalau gue udah kaya gembel di depan rumah sakit"ujarnya yang tertawa kecil. "Lo nggak harus memaksakan diri buat ketemu gue kok, gue nggak papa."

"Bukan gitu, gue merasa ini hanya adil buat gue bukan lo."ujarnya.

"Adil apanya, lo sendiri juga udah menahan diri begitu lama kan. Sekarang dia sudah dengan orang lain, mungkinkah lo baik-baik saja."

"Gue-"

"Jangan memaksakan diri hanya demi menutupi hati lo, dari dulu gue juga tahu kok kalau lo hanya jatuh cinta dengannya. Gue sampai bingung, di depan lo bilang tidak apa-apa tapi, hati lo memberontak."ujarnya yang kembali meneguk kopi hitam itu

"Kenapa lo bisa bicara selembut itu?"tanya Kania yang hampir membuatnya tersedak. "Biasanya lo asal bicara begitu saja"

"Lo ini yang aneh, gue bicara lembut lo protes. Bicara asal-asalan lo bilang gue nggak punya perasaan."

"Nggak tahu"

"Hmm, kalau udah gini lo nggak bisa mengelak kesalahan lo kan."

"Enak aja, nggak ya"

"Dasar cewek maunya menang sendiri."

"Ya, makannya lo ngalah sama gue."kesalnya.

"Ngalah sama lo, ogah."

🌿

"Ya, makannya lo ngalah sama gue"ujar Kania.

"Ngalah sama lo, ogah"

Aku hanya selalu melihat pertengkaran mereka. Mengapa mereka bisa sedekat itu?

"Pertanyaan itu ada di elo. Bagaimana bisa lo mengabaikan rasa yang jelas-jelas lo mau?"

"Mbak Rain nggak tahu apapun"ujarku yang tak ingin mendengar ocehannya.

"Hmm, karena lo udah sama dia"ujarnya yang membuatku mengikuti arah pandangnya.

"Neva sejak kap-"

"Benar kata Boy, kalau aku hanya berada pada sekat waktu yang tidak memungkinkan."ujarnya yang berjalan pergi.

"Mau mengejarnya, sampai kapan?gue nggak tahu, lo itu bodoh atau pintar. Tapi, gue rasa lo beneran pintar dalam waktu seketika. Lo memilih seseorang untuk di jadikan pasangan dalam waktu yang sangat lama dan melepas perasaan hanya karena takut kehilangan. Lo memilihnya bukan karena cinta kan hanya sekedar suka."

"Nggak tahu!"

"Jawaban yang akan sama ketika orang tidak bisa mengelak. Kejarlah, dia pasti menunggumu."ujar Rain yang pergi kembali.

"Apa dia managers di sini? Dia selalu bertindak sesukanya."kesalku yang tak kunjung berlari keluar. "Ah, Neva."

🌿

Kania hanya terdiam ketika melihat Tama keluar tanpa melepas celemeknya demi wanita itu. "Apa lo mau mengikutinya?"

Pertanyaan itu hanya membuat dia menggeleng pelan. Jika dia mengikutinya untuk apa? Mencegahnya untuk tidak mengejar wanita itu? Hak dia apa! Bahkan, dia bergerak pun tak mampu.

"Gue tahu, apa yang ada dalam otak lo?"

"Gue nggak lagi mikir apapun"

"Gue nggak lagi mikir apapun"ujar Danu setengah mengejeknya. "Jangan bohongi hati lo terus. Dia capek nanti!"

"Emang hati gue lagi lomba lari maraton apa?"

"Bisa jadi, hati lo lagi berlari tapi, titik berhentinya tetap sama."kesal Danu yang membuat Kania memukulnya dengan sendok. "Ah, sakit."

"Syukuri"ujarnya terkekeh.

Mereka selalu memperdebatkan hal yang tidak pernah mereka mengerti. "Siang nanti temui gue lagi ya"

"Ngapain"

"Udah temu gue aja kenapa? Nggak usah banyak protes."

"Bapak Ardikta Ardanuar yang terhormat, saya tidak mengajukan protes apapun pada ANDA."dia menekan kata terakhir yang membuat Danu mengangguk tanpa dosa. "Hiss, kesel gue sama lo."

Dia meninggalkan Danu dan berjalan menuju kafe, seketika dia hanya mampu terdiam ketika pria itu keluar dengan cepat dari kafe hanya untuk menemui wanita itu. "Apa gue memang harus mengakhiri segalanya?"

***

Kita dan waktu (Musim Ke-2)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang