eps. 54

16 3 0
                                    

Playlist
iKON - BEST FRIEND

**

**Best friendHaruskah kalian terus berpura-pura

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

**
Best friend
Haruskah kalian terus berpura-pura

**

"minumlah, lo menghabiskan tenaga lo hanya untuk berlarikan."ujar Danu yang memberikan dia satu botol minuman dingin. "Lo lari cepat juga ya, kenapa nggak jadi atlet lari aja?"

"Pertanyaan lo mengada-ada"ujarnya yang meminum minuman dingin itu. "Aahh..segar"

"Kalian berdua ngapain di SMA"

"Ah, gue sama dia cuma mau mencari inspirasi buat cerita baru gue."ujar Danu yang membuat Kania hanya terdiam. "Lo sendiri ngapain"

"Gue juga nggak tahu, gue melangkah dan tiba aja sampai di sini."ujarnya yang memutar botol di depannya.

"Haruskah kalian terus berpura-pura."ujar Danu yang membuat mereka saling menatap. "Wah, kalian sungguh ya."

"Kak Tama, aku permisi dulu. Maafkan Danu, dia kalau bicara asal saja."dia menarik Danu untuk pergi dari sana.

"Tunggu gue belum selesai ngomong, lo main ta-"

"Bye kak"ujar Kania yang pergi begitu saja.

Danu melihat Kania yang menahan air matanya. Membuat dia hanya menatap sekilas dan tersenyum begitu saja. "Bilangnya nggak papa, tapi kok nangis"

"Gue nggak papa!"suara serak itu membuat Kania menatap kesal.

"Gue tahu lagi"ujar Danu yang makin membuat dia merasa matanya mulai memanas. "Kalau nangis-nangis aja."

"Hibur kek, malah suruh nangis."protesnya.

"Kata orang, kalau lo nangis, nangis aja. Nggak usah di tahan, nyesek."ucapnya.

"Gue tahu, itu pasti kak Rain kan yang bilang."ujarnya yang hanya tersenyum. "Dia selalu saja bicara asal, padahal dia sendiri melakukannya kadang."

"Nggak juga, apa lo masih marah soal dia?"

"Nggak"

"Hmm, kurasa juga nggak."ujar Danu yang berjalan meninggalkan Kania.

🌿

Sejauh inikah melihat seseorang yang kita suka pergi begitu saja. Aku hanya bisa melihat punggungnya yang perlahan menghilang dengan begitu cepatnya. Inilah, rasanya cemburu. Ketika aku harus melihatnya lebih memperhatikan orang lain di bandingkan denganku.

"Ngelamun aja, punya masalah lo."ujar Hasan yang membuatku hanya tersenyum kecut. "Nggak akan lo ganggu dia lagikan."

"Emang gue ganggu siapa?"

"Hari ini, lo marahan lagi sama dia. Terus bentar lagi pasti lo akan"belum selesai dia bicara layar hpku sudah menyala. "Hmm, sudah aku duga pasti itu terjadi."

Dia kembali ke belakang dan tidak memperdulikan aku sama sekali. Aku hanya terdiam dan mengingat, wajah Kania yang berubah ketika berada di samping Danu.

🌿

"Bukannya lo mau dia melihat lo, giliran dia ngelihat lo. Kenapa lo malah lari? Lo nggak lagi pada lomba larikan."

"Gue cuma nggak mau bodoh untuk kedua kalinya."ujarnya yang membuat Danu hanya mengangguk mengerti. "Lo sendiri, kenapa ngajak gue kesana?"

"Yah, setidaknya ada kenangan manis yang masih lo ingat. Gue lihat tadi lo senyum waktu di kantin, emang ada kejadian apa?"

"Bukan urusan lo."

"Jawabnya bukan gitu dodol, jawabnya kok lo mau tahu sih"protes Danu yang membuat Kania tertawa.

"Ada orang kaya lo ternyata di dunia ini."

"Orang apa?"

"Orang utan"ujarnya tertawa keras.

"Enak aja, orang utan lo tu orang-orangan sawah"

"Ih, kok bisa."

"Iyalah, lo cuma bisanya diam noh. Sama kan"

"Serah lo deh"kesalnya yang pergi.

"Ngambek kan, pms lo ya."

"Mood gue rusak gara-gara lo."kesalnya yang pergi begitu aja.

"Bukannya mood dia selalu rusak kalau sama gue."gumamnya yang mengikutinya.

🌿

Kania kembali dengan membawa dua gelas kopi di tangannya. Sisi dan Gadis melihat dengan wajah datar. "Ada apa?"

"Nggak, lo tumben banget bawa kopi"

"Emang kalian nggak mau"tanya Kania.

"Gue mau"ujar Gadis yang membuat Sisi menatap kesal.

"Gue rasa lo ada hubungannya sama dokter gila itu."tanya Sisi menyelidik.

"Dokter gila?"

"Iya Danu, dia di kenal dengan sebutan dokter gila kan."ujar Gadis yang membuat Sisi menatapnya. "Maaf"

"Kamu dekat sama dia"

"Dekat lah, lo tahukan. Gue sahabatan sama dia dari SMP, lho juga sama kan"

"Iya sih, ah tapi kenapa harus dia?"

"Emang kenapa?"

"Nggak tahu, sejak ketemu sama kak Pandu dia jadi begitu."seketika Sisi menatap Gadis dengan tatapan kesal. "Ah, maaf gue harusnya nggak bilang ya."

"Gadis, kenapa lo ketularan lemotnya Vina sih?"

"Ih, aku dibawa-bawa."ujar Vina yang membuat Kania terkejut.

"Vina"

"Iya Kania, ini Vina. Vina baru aja pindah kesini pas Kania harus ke Bandung. Katanya, Kania pergi sama Danu ya."tanyanya.

"Iya"

"Benar berarti, kalau Danu suka sama Kania. Acha pernah bilang sama Vina, kalau dia merasa bahwa Danu tidak pernah melihatnya sebagai seseorang."

"Benarkah"tanya Gadis dan Sisi semangat.

"Iya, dia juga bilang ke Kania kok."

Seketika mereka berdua menatap tajam kearah Kania. "Biar gue jelasin."

"Jam lima sore, di kafe senja"ujar mereka kompak.

"Iya"ujarnya.

Dia terdiam sejenak ketika mendengar kata kafe Senja. "Ke rumah gue aja deh"ujar Kania setelah menyadari dia mengiyakan tanpa berpikir terlebih dahulu. "Gue, nanti pesan makan banyak."

"Lo tadi udah mengiyakan, yang dua juga udah pergi. Lo kelamaan mikirnya."ujar Gadis yang duduk di hadapannya.

Dia melihat setiap sudut ruang, hanya ada mereka berdua. "Mereka kemana?"

"Udah pergi, oh iya gue denger kemarin Danu di hajar ya sama Kak Hasan. Emang ada apa?"

"Ini pasti pacar lo kan yang bilang"ujarnya.

"Iya, terus lo sekarang udah baikan lagi sama Danu itukan aneh. Padahal kemarin katanya lo ninggalin dia tanpa bilang apapun."

"Dasar mulut lemes"kesal Kania pada Dimas.

"Siapa?gue?"tanya Gadis yang membuat Kania menggeleng cepat. "Ah iya, kafe itu membuat lo nggak nyaman ya."

"Nggak juga"

"Itu satu-satunya kafe di dekat rumah sakit. Gue rasa, dia memang pinter cari pembeli. Apa lagi banyak suster muda yang nongkrong disana?"Gadis melihat Kania dengan tatapan tanya. "Lo masih suka Kak Tama ya"

***

Kita dan waktu (Musim Ke-2)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang