eps. 58

18 4 0
                                    

Playlist
EXO CBX - Paper Cuts

**

**Alasan cinta datangPenulis yang hanya menikmati setiap sekat waktu penuh dengan teka-teki

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

**
Alasan cinta datang
Penulis yang hanya menikmati setiap sekat waktu penuh dengan teka-teki.
**

"berisik sekali"seketika suara itu membuat dua orang melihat kebelakang. Terlihat pria yang tengah asik tidur di atas ranjang UGD dengan menatap mereka bergantian. "Apa kalian ini anak kecil?"

Seketika Danu terdiam melihat pria dengan rambut cepak serta wajah yang tak pernah berubah itu membuat dia menatap dengan pasti. Bahwa itu bukan dia, "kalian kalau punya masalah di rumah jangan di bawa kesini."

"Maaf, anda ini siapa? Seenaknya berkata seperti itu."

"Wah, dia benar-benar berubah"seketika Kania terdiam dengan perkataannya. "Kenapa diam?"

"Yudha?"seketika Sisi membungkam mulutnya.

Mata Kania melihat kearah pria yang di panggil Yudha itu dengan tatapan tanya. "Kenapa?"pertanyaan itu membuat dia menggeleng pelan.

"Sikap dingin dan judes lo nggak berubah ya. Rikania!"

Semua orang menatap kearah Kania dan pria bernama Yudha dengan tatapan bingung, heran dan ada juga yang menggunjing mereka dari belakang. Seolah, semua mata tengah mengarah ke dua sejoli yang saling melihat itu.

"Hmm, rumah sakit ini cukup nyaman."ujarnya yang kembali ke tempat tidur dan memejamkan matanya.

"Apa dia sudah gila?"gumam Danu yang melihat kearah Kania.

"Penulis yang hanya menikmati setiap sekat waktu penuh dengan teka-teki. Bukankah, itu yang lo cari?"

Kania melihat kembali pria yang menggunakan pakaian urakan namun, rambut yang rapi itu. Menatapnya dengan tatapan yang tak mampu dia mengerti, "cerita yang menggantung tanpa ada jawaban. Siapa yang mencinta? Siapa yang di cinta? Atau keduanya sama."

Seketika mata Kania membulat sempurna. "Yudha Sastra Aksara, jelas bukan"

Pria dengan kepedean tingkat dewa ini hanya membuat Kania menatapnya dengan malas. Dia berjalan pergi, seolah dia kembali melihat seorang Tama dalam diri Yudha. Pertemuan dengan Pandu sudah membuat dia menyerah, sekarang dia harus bertemu dengan orang yang mengetahui segala isi hati pria itu. Cukup lelah dia untuk menerkanya. "Dia memang gila?"

**

Yudha melihat kearah Tama dengan tatapan yang tak akan banyak orang mengerti. Tatapan, yang membuat orang akan sulit untuk memahaminya. "Kopi hitam tanpa gula"

"Maksudnya Exspresso!"

"Lo masih kaku aja, pantesan dia milih Danu bukan lo."seketika ucapan itu hanya membuat dia menatap sekilas dan kembali fokus pada kopi. "Lo meninggalkan dia bukan sepenuhnya karena Danu kan."

"Nggak"

"Benarkah, karena dia tidak percaya sama lo, kalau lo melepaskan dia demi seorang Danu. Padahal lo tahu, Danu nggak mungkin menyukainya."

"Keperduliannya cukup menjelaskan semuanya."

"Karena lo nggak bisa buat melakukan itu kan, lo terlalu egois Tam."

"Cukup Yud, gue nggak lagi mau berdebat sama lo."

"Dari dulu gue tahu, lo sengaja membuat segalanya nggak nyaman. Karena lo-"

"Minumlah"dia memberikan secangkir kopi padanya dan bergegas pergi ke belakang.

"Akhir-akhir ini lo sering muncul, padahal dulu lo jarang banget muncul."

"Mungkin penulisnya ingin gue berada pada satu cerita, bukan jadi sebuah figur yang lewat."ujarnya yang melihat kearah Hasan.

"Bahasa lo berat."ujarnya yang setengah tertawa. "Sekarang lo lagi asik menikmati senja ya."

"Sepertinya hujan senja lebih mengasikkan. Gue jarang lihat senja di dalam hujan yang datang."

"Namanya hujan pasti ada mendung nya."

"Nggak juga"ujarnya yang kembali melihat kearah gambar di dinding kafe."

**
"Kenapa dia harus datang sih?"kesalnya yang membanting pintu kamarnya.

"Lo kenapa sih? Ayam tetangga sampai bangun gara-gara lo."ujar wijaya yang membuat dia terkejut.

"Ngapain om di sini?"ujarnya yang melihat kamarnya berantakan.

"Kata lo, gue suruh renovasi nih kamar. Anak, ini beneran gila ya."

"Ah benar juga, aku balik aja deh ke rumah yang di sana."ujarnya yang kembali membuka pintu.

"Lo mau cerita sama gue?"

Dia melihat omnya yang turun dari tangga kecil itu. "Duduk di teras nanti gue nyusul."

Dia hanya mengikuti perintahnya, melihat kearah langit malam yang makin gelap itu membuat dia hanya menghela nafasnya. Dia melihat dengan jelas bahwa rasa berubah dalam seiring waktu namun, tatapan mata itu tidak bisa membohongi semuanya. "Kenapa dia bilang Danu mencintaiku?"gumamnya.

"Danu?"

Seketika dia terkejut dengan perkataan Kania. Dia duduk di sampingnya dan memberikan secangkir kopi hitam di tangannya.

"Makasih om."

"Tunggu, kamu tadi bilang Danu. Emang Danu kenapa?"

"Ceritanya panjang om, kaya jalan tol di pulau Jawa."ujarnya yang meminum kopi itu.

"Gue serius nanya"seketika dia tersedak karena omnya yang menepuk pundaknya.

"Om Jaya"

"Iiihhh, kok gue"

"Ah, tahu ah."kesalnya. "Dia suka sama seseorang, tapi ada yang bilang dia suka ke gue om."

"Danu suka sama lo?nggak mungkin lah, dia sukanya sama Vi-"seketika dia melihat kearah omnya yang gelagapan. "Ah, Vitamin gue mana ya"

Dia meninggalkan Kania yang masih mengisahkan tanda tanya di benaknya. Apa yang sebenarnya tidak dia ketahui?

***

Kita dan waktu (Musim Ke-2)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang