eps.29

41 5 0
                                    

Playlist
Haebin (Gugudan) - 길에서 (On the Road)

**

**

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

**

Perih dan aku makin tak mengerti
Aku tidak punya hak untuk menjadi sandaran saat kamu terluka

**

"Menjauh"ucap Kania yang mendorongnya pelan.

Wajah mereka begitu dekat membuat Kania merasa risih. Sekilas dia melihat kearah Tama yang sejak tadi memperhatikan mereka.

"Lo lihati ap-"

"Nggak gue nggak lihatin apa-apa kok. Ngapain lo disini, gue rasa lo itu beneran pengutit ya."ucapnya yang masih fokus dengan makanannya.

"Hmmm, lo masih bilang gue penguntit. Gue terasa dilukai."

"Hahahaha, nggak lucu"ucapnya yang tanpa ekspresi.

Mereka berdua kini saling melempar isyarat nggak jelas membuat Kania merasa risih dengan kelakuan mereka berdua. Hampir semua orang melihat kelakuan dua lelaki disamping dan hadapannya itu.

"Lo berdua ngapain sih, bisa dipikir kalian berdua gay."ucap kania setengah berbisik.

"Kalau gitu jangan abaikan gue."ucapnya yang mendekat wajahnya lagi ke Kania.

"Ish, menjauh."kania mendorong tubuhnya menjauh. "Dokter Azmi mohon untuk menjaga etika anda."

"Hmm, oklah."ucapnya yang kembali ketempat duduknya. "Tapi, gue nggak bisa jauh dari lo."

"Wah, lo ditembak ka"ucap Dimas heboh sendiri.

"Dimas"teriaknya yang membuat dia tersenyum kepada seluruh orang yang melihat. "Ah, dia cuma bercanda. MAAF"

"Gimana kalau ki-"

"Nggak"potong Kania yang menbuat Azzam tersenyum.

"Lo lucu kalau lagi marah."ucapnya yang mengelus pucuk kepala Kania.

Kania hanya mendesis kesal pada mereka berdua. Kenapa dia harus terjebak disini?dengan mereka berdua yang membuat dia selalu kesal.

🌿

Aku masih terdiam melihat sesekali Kania tertawa karena ulah pria itu. Dia hanya bisa menarik nafasnya berat seolah bahagianya memang bukan untuknya.

"Nggak usah di galauin. Dia aja kelihatan biasa aja tuh."ucapan Hasan membuatku fokus ke minuman didepanku. "Nggak usah tegang, biasa aja."

"Siapa juga yang-"aku terdiam ketika pria itu mendekatkan wajahnya begitu dekat padanya.

"Wah, hebat tu cowok. Semakin dikejar bakal makin klepek-klepek dia."seketika ucapan Hasan membuatku hanya tertunduk lemas.

"Wah sepertinya dia memang kencan"ucap Hera yang membuatku menatapnya kesal. "Kenapa?aku nggak salahkan."

"Ehmm, betul sekali"ucap Hasan yang membuatku makin kesal saja.

"Terserah kalian berdua."aku berjalan pergi meninggalkan mereka berdua.

Aku tidak mengerti kenapa aku bisa marah-marah nggak jelas begini?jelas dia bukan milikku bahkan tidak sama sekali untukku.

🌿

Kania berjalan keluar kafe dia memilih untuk pulang sendiri. Lagipula rumahnya cukup dekat dengan kafe itu jalan kaki pun dia akan sampai.

"Lo hari ini nggak pulang ke rumah"tanya Dimas yang membuat Kania hanya mengangguk. "Tapi, kemarin-kemarin lo balik rumah terus."

"Gue hanya tinggal 5 langkah dari rumah sakit. Udah, gue jalan duluan ya."

Dia meninggalkan Dimas tanpa menjawab secara detail. Kenapa dia tidak pulang kerumah?

"Lo balik"tanya Azmi yang dia lalui begitu saja. "Dia kenapa?"

"Sepertinya dia belum bisa melupakannya."ucap Dimas yang berjalan ke motornya.

"Melupakan siapa?"tanyanya.

Dimas hanya berlalu meninggalkan Azmi begitu saja. Azmi berjalan mengikuti Kania yang berjalan begitu tenang. Dia terus memegang tali tasnya begitu kuat.

"Dia kenapa?"gumamnya.

Sebelum langkahnya terhenti melihat Kania yang terdiam terpaku melihat pria dan seorang wanita tengah berpelukan di bahwa pohon tengah taman. Dia tidak melihat dengan jelas siapa pria yang mampu membuat Kania terdiam disana.

"Aku tidak punya hak untuk menjadi sandaran saat kamu terluka, aku hanya wanita yang mencintaimu tanpa pernah engkau balas akan rasa itu."ucapnya yang berbalik dan melihat Azmi yang menatapnya dengan tatapan heran.

Dia berjalan meninggalkan dia namun, dengan cepat dia menariknya dalam dekapannya. Aneh, Kania bisa menangis begitu kencang hingga dia tidak menyadari bahwa pelukan Azmi makin erat memeluknya. Luka yang ditahannya selama ini seolah keluar begitu saja.

"Lo bisa nangis sepuas lo sekarang."ucapnya lirih.

Kania membalas dekapnya dia menangis begitu kencang. Dia tidak perduli lagi jika ada orang yang melihatnya sekarang dia hanya ingin menangis saja.

🌿

Kania hanya berjalan tanpa arah, rasanya malam ini begitu gelap. Air matanya tak henti mengalir dipipinya

"Harusnya lo sadar Kania, lo bukan siapa-siapa baginya. Kenapa lo masih menangisi orang itu?kenapa?kenapa kania?"gumamnya yang sesekali mengusap air mata.

Malam yang gelap dan sunyi kini membuat dia hanya menatap kearah depan. Dia hanya ingin pulang dan bisa pergi dan melupakan segalanya. Dia putuskan balik kerumah orang tuanya. Dia hanya tidak ingin sendiri disaat dia merasa rapuh seperti ini.

Azmi hanya terus mengikuti langkahnya, dia tidak mengerti. Dia bisa bertahan selama ini untuk pria yang tak menganggapnya ada.

"Sesakit inikah mencintai orang yang memilih orang lain, seperti patah ranting patah berulang kali."

***

Visual dari

Dewi Anggraeni Purbaningrum Cewek super bawel dan rempong ini adalah sahabat Kania

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dewi Anggraeni Purbaningrum
Cewek super bawel dan rempong ini adalah sahabat Kania. Diam-diam dia suka sama dokter Rendy.

Kita dan waktu (Musim Ke-2)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang