eps.33

26 5 0
                                    

Playlist
Melly goeslaw feat Marthino Lio- Ratusan Purnama

**

**

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

**

Dia tidak akan sama
"Lo udah kaya anak itik aja, ngitil mulu sama induknya"

**

Hari ini cafe begitu sepi, aku tidak mengerti. Mungkin aku butuh istirahat sejenak sambil menenangkan pikiranku. Aku tidak habis fikir, dia bisa berada di rumah sakit itu dan aku membangun sebuah cafe di daerah sini. Sebenarnya ada untungnya juga, banyak orang-orang yang datang hanya untuk membeli kopi apalagi, ini juga dekat dengan universitas.

"Lo ngelamuni apa?"ucapan itu hanya membuatku tersenyum tipis. Aku tidak tahu, aku tengah menanti siapa?tapi, aku sadar kali ini aku benar-benar memikirkan hal yang entahlah, akupun tidak ingin merasakannya.

Suara lonceng dipintu membuyarkan segala lamunanku, aku tidak tahu siapa yang datang?hanya aku menyambut dia dengan rasa lelah yang tampak jelas diwajahku.

"Mau pesan apa?"tanyaku tanpa melihatnya.

"Americano sama coffee creamy latte tapi, creamnya sedikit saja."ucapnya yang membuatku hanya mengiyakan. Namun, suara itu tidak asing untukku. Tapi, benarkah dia.

"Silahkan tung-"

Aku tidak percaya dia berada dihadapanku, menatapku dengan tatapan yang masih sama. Dia selalu memutar arah ekor matanya untuk tidak melihatku. Aku tidak mengerti akankah dia mencintaiku atau tidak.

"Hai, Ka. Lo juga suka kopi."tanya seorang pria yang tiba saja merangkulnya dari belakang.

"Nggak semuanya"entah kenapa jawaban itu mampu membuatku tersenyum tipis.

"Apa yang paling lo suka?"pertanyaan itu membuat dia melihat kearahku namun, aku tidak tahu mungkin dia melihat papan menu dibelakang. "Hai, gue nanya kali."

"Dokter nggak sabaran, gue paling suka sama orang yang nggak terlalu mengusik hidup gue. Gue paling benci sama cowok bawel kaya lo."ucapnya yang membuatku hanya memutar bola mata tak percaya.

"Benarkah, gue bakalan lebih bawel dari sebelumnya."ucapnya yang membuat Kania menatapnya tak percaya. Jelas sekali jika dia merespon pria itu. "Bukankah, apa yang dibenci pasti akan menjadi suka ketika itu menjadi biasa?"

"Gombalan lo nggak mempan sama gue."ucapnya yang melihat kearahku. "Maaf, ini"ucapnya memberiku uang.

"Yaelah, gue se-"

"Lo membuat antrian terlalu panjang. Lo bisa merugikan banyak pihak."

"Tenang aja, mereka sabar kok. Karena gue ganteng."

"Idih, pede banget."

"Ini pesanannya"ucapku yang lekas memberikannya. "Anda mau pesan apa?"tanyaku

"Ngg-"

"Baiklah, satu es kopi."ucapku yang membuat menatap tak percaya. "Anda biasanya memesan itukan, apakah saya salah?"

"Ah tidak, maaf."dia memberiku uang untuk membayar minuman yang sama sekali tidak ingin dia pesan hari ini.

"Terima kasih, silahkan tunggu sebentar ya."

Aku tidak tahu bisakah ini dianggap cemburu, rasanya aku terlalu berlebihan. Lagipula, mereka berdua juga membuat antrian dibelakang begitu panjang. Sesekali aku sering bertanya, kenapa banyak anak SMA yang datang hanya sekadar menikmati roti bakar dan es lemon tea. Aku tidak mengerti, rasanya tidak terlalu istimewa.

"Karena mereka ingin melihat lo"suara itu membuatku hanya menatapnya tajam. Siapa lagi kalau bukan dia?si Dewa sok tahu, dia selalu saja mengerti semua yang ada dalam otakku. Dan itu membuatku malas dan kesal saja tetapi, terkadang itu cukup menghibur juga.

🌿

Kania terdiam didepan kafe itu, dia memperhatikan pria itu dengan tatapan yang sulit diartikan. Sudah lama dia tidak bertemu dengannya namun, perasaan itu seolah masih ada dan terus tumbuh hingga dia tidak mengerti harus berlari kemana lagi. Seharusnya dia tidak kembali ke kafe ini setelah melihat kejadian hari itu. Tetapi, dia masih ingin tahu jawabannya.

Dia menghela nafasnya berat, perlahan mendorong pintu itu hingga lonceng diatasnya berbunyi. Suara sapaan yang terdengar lelah itu membuat dia hanya menatap kosong kearahnya. Langkah demi langkah dia berjalan hingga berdiri didepannya. Kembali suara itu terdengar begitu pilu ditelinganya.

"Mau pesan apa?"tanyanya tanpa melihat Kania.

"Americano, sama coffee and creamy latte tapi, creamnya sedikit saja."ucapnya yang membuat Tama hanya mengiyakan. 

"Silahkan tung-"seketika dia terdiam melihat Kania.

Dia merasa pria itu tidak menyadari akan hadirnya hingga tanpa sadar ada seorang pria yang selalu mengganggu dirinya. Dokter yang selalu bikin onar namun, otaknya begitu cerdas. Dia membuat kania menjadi orang bodoh hari ini. Sesekali dia melihat Tama yang hanya mendengar perdebatan mereka. Tak ada raut wajah tak suka, membuat Kania sadar bahwa pria itu tidak akan pernah mencintainya. Sama seperti dulu, akan tetap sama, dia hanya melihat dengan tatap mata yang selalu sama.

Kania meninggalkan tempat itu dengan perasaan yang berbeda dari sebelumnya. Entah ini asumsinya sendiri atau memang itu yang terjadi. Tapi, rasanya dia tidak ingin kembali kesana. Lukanya mungkin sudah bertumbuh menjadi pohon yang begitu rindang.

"Kania"suara itu membuat dia melihat kearah pria yang kini berdiri didepannya. "Lo nggak lupakan sama gue."

Dia menyempitkan matanya berusaha memahami dia. "Ah iya, kamu. Siapa ya?"

"Ya kirain ingat"

"Iya gue ingat kok, lo ngapain kesini"

"Gue mau ketemu lo"

"Masih gaje aja lo"ucapnya yang tersenyum.

"Gue nggak pernah lihat lo senyum, terakhir kali waktu lo-"

"Gi, lo kemana aja?"teriakan Gadis membuat Kania langsung menutup matanya. "Gue kangen sam-"

"Kangen siapa?"tanya Dimas dari belakang.

"Lo udah kaya anak itik aja, ngitil mulu sama induknya"ucap Kania yang membuat mereka semua tertawa kecuali Dimas.

"Gue nggak bakalan ngambil dia kok, gue kesini karena ada urusan sama Kania."jelasnya.

"Kalian mau nikah"seketika satu pukulan mendarat mulus dibahu Dimas. "Aaa...sakit"

"Lo kalau ngomong asal aja."

"Maaf"

"Bolehkan, gue permisi ya."dia meminta Kania untuk mengikutinya.

"Beb, kira-kira mereka bicara apa ya?"tanya Dimas pada Gadis.

"Gue juga nggak tahu, mungkin mereka mau menikah kali."

"Beneran beb."

"Siapa tahu?"

Dia berjalan pergi meninggalkan Dimas yang masih bertanya-tanya.

***

Kita dan waktu (Musim Ke-2)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang