eps.47

19 3 0
                                    

Playlist
Drew Ryan Scott - Better To Be You

**

**Just fall in lovehanya karena lo perhatian aja, itu bisa jadi salah paham

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

**
Just fall in love
hanya karena lo perhatian aja, itu bisa jadi salah paham.

**

"Nu, lo nggak mau ngelanjuti cerita yang kemarin"ujar Kania yang duduk diam di kafe. "Ah, sebelum kak Hasan datang"

"Bentar lagi dia datang"

"Apa kisahnya tidak berakhir bahagia?"tanyanya.

"Nggak, dia bahagia kok."

"Terus, kenapa lo nggak mau lanjut cerita?"ujarnya yang membuat Danu hanya menghela nafasnya. "Danu!"

"Hmm, lo tanya Tama aja. Dia tahu semua cerita itu."ucapnya yang membuat mereka berdua hanya terdiam canggung.

"Hiss, katanya mau cerita."gumamnya kesal.

"Cerita apa?"ucapan itu membuat Kania melihat kearah pria dengan clemek coklat di depannya. "Sepertinya seru"

"Ah, soal film tadi malam. Aku melihat dengannya sepulang dari Bandung, tapi ceritanya selesai begitu saja. Pas aku sama dia berdebat masalah makanan."ujarnya yang membuat Tama menatapnya dengan tatapan bingung. "ah, aku tinggal di depan rumahnya. Kebetulan tadi malam aku memintanya untuk mengatarku- seharusnya tak ku jelaskan juga."

"Hmm, kamu banyak bicara hari ini"ujarnya yang membuat Kania bernafas lega. "Kenapa?apa aku tengah memergoki pencuri?"

"Ah tidak"

"Haruskah gue menceritakan endingnya."ujarnya yang membuat Kania melihat kearahnya. " Gue rasa lo masih penasaran."

"Hmm, mungkin. Atau aku mungkin penasaran dengan hal lainnya. Cinta pertama dan sahabatnya kurasa dua hal yang tidak masuk akal kan."

"Kenapa kamu jadi serius begini?"ucapnya yang melirik kearah Tama.

"Hmm, tidak. Kurasa kamu tidak tahu kisahnya bagaimana?"ujarnya yang mulai kesal sendiri.

"Yah, kenapa tiba-tiba jadi ketus begini. Apa aku salah bicara?"

"Ah tidak, mungkin aku yang berpikir aneh-aneh saja."ujar Kania.

Seketika pintu kafe terbuka terlihat gadis dengan jilbab berwarna itu masuk kedalam dengan senyum yang lebar dia berjalan kearah Tama yang membuat Kania hanya menatap pria itu dengan tatapan tak suka. "Ku kira dia akan kembali dengan kekasihnya itu, ternyata ada yang baru"gumamnya.

"Apa yang kamu bicarakan?"ujar pria itu dengan tatapan menyelidik.

Tama melihat Kania yang bergumam tak jelas, membuat dia hanya tersenyum tipis. Satu pukulan mendarat mulus di tembok dekatnya, yang membuat Kania terkejut Danu yang memukulnya. Dia menyudutkan Tama dengan tatapan seolah tak suka, Hasan yang melihat hanya terdiam dan melihat ekspresi Kania yang terkejut.

"Yah, apa yang kamu lakukan?"ujar pria itu dengan wajah terkejut seperti Kania.

"Ada apa?"tanya Tama yang membuat Danu melepaskan dan menarik Kania keluar dari kafe.

"Wah, sepertinya kamu buat masalah lagi Bos."

"Apa yang kamu bicarakan dengannya?"tanya Hasan pada Boy.

"Tidak ada, dia hanya bercerita tentang film"

🌿

Tangga yang sudah penuh dengan darah itu membuat Kania membuat dia menariknya. Tangannya ikut terkena darahnya yang mengalir, "dokter kok hobinya berantem, kalau lo sakit nggak akan ada yang bisa ngobatin."

"Ah, gue akan-"

Dia menariknya dan membuat dia duduk di bangku taman yang tak jauh dari kafe.

"Nanti gue akan-"

"Akan apa? Membalutnya"potongnya yang menarik sapu tangan di saku Danu. "Lo selalu nyimpen sapu tangan di kantong lo buat nutupin luka habis mukulin orang ya."

"Nggak!"

"Terus, buat menghapus air mata cewek yang habis lo putusin."

"Gue nggak punya cewek, kecuali Acha"

"Terus, cewek yang lo temu beberapa kali itu. Bukan cewek lo."pertanyaan itu membuat dia membulatkan matanya. "Kenapa lo selalu saja ada dalam cerita gue?"

"Hah!"

"Hmm, bukan apa-apa."

"Kalau lo terus seperti ini mana ada yang mau sama lo, lo cowok harus jaga diri lo juga. Dokter kok kaya preman."

"Lo selalu mengomel kalau di depan gue, tapi lo bisa diam kalau di depan orang lain."

"Iya juga ya"ucapnya yang melepas tangan Danu. "Kenapa ya?"

Dia menonyor kepalanya dengan keras. "Hiss, otak lo cuma isinya Tama doang sih"

"Kurasa dia yang terus membuatku bertanya-tanya."

"Kenapa?"

"Gue merasa dia selalu kembali nyatanya gue hanya sendiri menunggunya."ujarnya yang membuat dia menatapnya.

"Bukankah lo yang kembali padanya, gue merasa kalau lo yang terus kembali bukan dia. Mau sampai kapan?"

"Haruskah aku yang pergi, aku hanya ingin melupakan dia."

"Realita hidup tidak akan sama dengan yang lo pikirkan sekarang."

"Sebenarnya lo nyuruh gue apa sih?"

"Gue nggak nyuruh lo apa-apa."

"Terus kenapa lo tadi mukul tembok keras amat, itu tembok kan kasihan."

"Lo lebih kasihan sama tembok ketimbang gue"tanyanya tak percaya.

"Iyalah, tangan lo bisa lo obati sendiri. Kalau tembok kan nggak bisa."

"Manusia aneh"ujarnya yang membuat dia menatap dengan tatapan kesal dan pergi begitu saja. "Emang lo nggak nanya alasan kenapa gue mukul dia."

"Gue udah tahu kok"mengejarnya

"Emang iya tapi kata- lo emang tahu apa?"

"Ya lo pasti bilang gue kepo, emang lo berharap jawaban apa dari gue?"

"Ehmm, 100 lo emang pinter"ujarnya.

🌿

Di balik jendela aku hanya melihat mereka yang tengah asik berbicara di sana. Entah, apa yang mereka bicarakan?apa yang tengah mereka pikirkan?semuanya berputar dalam otakku aku hanya ingin menyapanya namun, mulutku selalu terkunci tanpa sebab.

"Jangan buat dia berada pada perasaan yang membingungkan."ucap Hasan pergi ke belakang.

"Maksudnya dia, lo jangan buat dia berada pada perasaan yang nggak pernah lo inginkan."ujarnya yang kembali fokus membuat kopi. "Perasaan wanita itu sensitif hanya karena lo perhatian aja, itu bisa bikin salah paham."

"Lo sedang mengkritik gue" ucapku menatap Boy dengan tatapan kesal.

"Setiap hari ada yang kritik kok"ujarnya yang berlalu pergi meninggalkan aku.

Aku kembali menatap mereka yang masih asik berdebat dan membuat Danu meninggalkan dan di kejar olehnya. "Kenapa dia bisa semudah itu mendekat padanya?"

***

Kita dan waktu (Musim Ke-2)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang