eps.43

24 4 0
                                    

Playlist
Mahen - Pura Pura Lupa (Official Lyric Video)

**

**Pertengkaran tak beralasan"Jatuh cinta nggak pernah mengenal waktu, Tam

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

**
Pertengkaran tak beralasan
"Jatuh cinta nggak pernah mengenal waktu, Tam. Dia selalu datang tanpa kita sadar."

**

"alasan kamu berada disini hanya untuk dia kan, aku tahu dari awal kamu memang mencintainya. Aku seolah datang disaat kamu tidak bisa mendapatkannya."ujar Kharisma yang membuatku hanya menatapnya tak percaya. "Sejak dulu, kamu mencintainya bukan."

"Bicara apa sih?gue nggak ngerti."

Kali ini aku hanya mampu terdiam dalam pikiranku sendiri. Entah, itu benar atau tidak aku makin ragu dengan hatiku. Seolah, aku telah membodohi diriku dengan menutupi semua perasaanku.

"Tam, pigura tidak akan pernah menjadi tokoh utama dalam sebuah cerita. Penulis pun tahu, kalau akhirnya salah satu harus terluka."

"Khar, gue beneran nggak ngerti maksud lo apa?gue nggak ada niat buat mainin lo kok. Gue serius."

"Bukan itu yang gue tanyain sama lo Tam, kita mungkin tokoh utama dalam sebuah buku yang terbaca tetapi, lo tahu itu semua sudah tertutup rapat-rapat."

"Bukankah, cerita tergantung penulisnya. Entah tokoh utama atau bukan, penulis akan menentukan jawabannya."

"Jika saja, aku tidak kembali jatuh cinta. Mungkin aku akan tetap menjadi tokoh utama dalam buku lama."

"Hmmm"

"Aku hanya bayangan dalam hidupmu sekarang, karena ada cinta yang jauh lebih besar di hatimu untuknya."

"Lo ngomong apa sih?"

"Takdir tak pernah bohong Tam, seandainya kamu mengetahui pertemuan mu dengan dia kembali."

"Apakah pertemuan selalu menjamin kebersamaan?"dia melihat Kharisma dengan tatapan tak percaya.

"Kembali bersama pun, tak akan membuat kita hidup bahagia."

"Kharisma."

Suara lonceng menyadarkan aku dalam lamunannya, aku kembali mengingat ketika aku kembali berpisah dengan kharisma waktu sekolah dahulu. Tuhan, seolah membuat aku dan dia kembali bertemu.

🌿

"Seharian lo murung terus, ada apa?"tanya Hasan yang membuatku hanya menatapnya sekilas. "Astaga, lo sadis amat sih. Masih mikirin Kania, bukan lo balikan sama Kharisma."

"Gue nggak tahu"singkat.

"Lo selalu seperti itu, hari ini dia pergi ke Bandung sama Danu. Dua orang yang saling patah hati, mungkinkah Tuhan mentakdirkan mereka bersama"ujar Hasan penuh penekanan.

Aku melihat dengan mata membulat, seolah kata patah hati itu menjadi sebuah sembilu bagiku. Aku tidak percaya, namun juga tidak bisa menyangkalnya. Putus asa akan mampu membuat dua orang jatuh cinta karena kenyamanan. "Dunia nggak berhenti, hanya karena lo patah hati. Udahlah, lagian mereka juga cocok kan. Yang satu pendiam yang satu cerewetnya minta ampun."

"Lo ngomong apa sih?"

"Jatuh cinta nggak pernah mengenal waktu, Tam. Dia selalu datang tanpa kita sadar."

"Jika memang mereka berdua saling mencintai, apa mungkin takdir menghukum ku saat ini?"ujarku yang membuat Hasan hanya menghela nafas lelah.

"Jika memang kamu dihukum, harusnya kamu mengejarnya. Bukan pasrah pada takdir."ucapnya.

Aku menatap sekilas kearah pintu, dimana aku tidak menyadari kedatangannya waktu itu. Bahkan, aku tidak menyadari bahwa rindu itu terlihat jelas di wajahku. Aku hanya pecundang yang selalu melarikan diri bukan. "Seandainya aku tahu, waktu itu mungkin aku tak akan membuka buku usang itu kembali."

"Seandainya lo menyesali, apa segalanya akan kembali?jangan konyol deh Tam."ujar Hasan yang membuatku hanya tertunduk lemas. "Udah, siap-siap buka kafe. Lagian dia juga lagi pergi sama Danu ke Bandung."

"Bos, ada yang nyariin lo"teriak Ben yang membuat dia hanya melihat sekilas wanita itu.

"Halo, saya Neva. Nevarina."sapanya lembut.

"Ah, halo"

"Hmm, baru aja galau udah dapet aja."gumam Hasan pelan.

🌿

"Kamu hanya mengubahku menjadi orang asing kan, sudahlah Nu. Lagipula, mencintainya pilihanku, kalau tak bersamanya itu juga bukan ke hendakku kan."

"Selalu ada cara buat bahagia Ka, Azmi suka sama lo, kenapa lo nggak coba buka hati lo buat orang lain?"

"Hati yang mana?gue nggak mau sakit hanya karena cinta yang salah lagi. Cukup sekali aku jatuh dalam cinta yang hanya menumbuhkan luka."

"Jatuh cinta itu nggak salah, yang salah itu manusianya."

"Kok bisa"

"Iya, karena dia terus berharap padahal dia tahu kalau itu sia-sia. Tetapi, bodoh karena cinta mungkin lebih menyenangkan dibandingkan terjebak pada cinta dalam kebohongan. Itu lebih sakit."

"Sesakit harapan."

"Sesakit penghianatan"ujarnya tersenyum. "Melihat lampu-lampu ditengah kota sepertinya membuat hari bahagia. Walau aslinya terluka, bisakah kita mencoba."

"Mencoba saling jatuh cinta, konyol"ujar Kania tertawa kecil.

"Hahahah, benar konyol."

***

Kita dan waktu (Musim Ke-2)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang