eps. 57

17 5 0
                                    

Playlist
Sheila on 7 - Dan

**

**Dan"Ketegasan Kania barusan adalah tanda bahwa lo sudah kehilangannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

**
Dan
"Ketegasan Kania barusan adalah tanda bahwa lo sudah kehilangannya."
**

Kania masih terdiam ketika tangan itu tergenggam begitu erat. Hangat yang dia rasakan membuat dia merasa khawatir dengan sahabatnya ini. Dia menarik Danu yang membaut pria itu berhenti tanpa melihatnya.

"Lo sakit?"pertanyaan itu hanya membuat Danu terdiam. "Nu, kalau lo sakit bilang. Jangan di tahan"

"Lo sendiri?"seketika dia melihat kearah Kania, wajahnya yang mulai pucat membuat kania menatap tak percaya. "Bagaimana lo bisa nahan sakit lo ketika dia tanya seperti itu?"

"Ngelantur ya lo"

"Gue nggak ngelantur, tapi gue bener lo tadi diam aja di gitukan sama dia."

"Nu, lo salah paham gue-"

Dia menggenggam kedua pundaknya dan menatapnya dengan begitu dalam. "Dengarkan gue, jangan sakiti hati lo lagi. Tolong!"

"Permintaan lo nggak masuk akal Nu, udah sekarang pulang. Atau mau ke rumah sakit."

"Tiap hari gue disana"ujarnya yang berjalan terlebih dahulu.

"Dokter juga manusia kali Nu, yaelah"kesalnya yang mengikuti langkah pria itu.

🌿

Tama masih terdiam, dia melihat dengan jelas bahwa mata itu mengatakan hal yang sebaliknya. Dia merasa bahwa wanita itu memintanya untuk tetap berada di sampingnya, bukan untuk meninggalkannya.

"Lo mikir apa?"tanya Pandu yang duduk di sampingnya.

"Sejak kapan lo di sini?"

"Lagian lo sepanjang jalan cuma melamun, tapi gue tadi lihat adegan apa ya?"ujarnya yang melihat kearah Tama.

"Apa sih lo?"

"Mereka berpelukan, dan menarik tangan satu sama lain"seketika dia menatap Pandu dengan tatapan tanya. "Bercanda, gue tadi lihat Drama korea yang sedang asik di bicarakan."

"Lo sekarang nonton drama korea."

"Nggak, itu masuk di story' nya teman gue."seketika dia hanya tersenyum tipis.

"Lo kalau bohong kira-kira kali."kesalnya.

"Sebenarnya yang salah disini itu lo, lo yang udah membuat dua jarak yang berlawanan. Sekarang lo bingung kan, mau kemana?"ujar Pandu yang membuat Tama melihat tak percaya. "Ketegasan Kania barusan adalah tanda bahwa lo sudah kehilangannya."

"Lo ngomong apa sih?"

"Gue benarkan, lo merasa kalau dia mencintai lo itu akan terus ada karena dia selalu memperhatikan lo. Lo salah, manusia juga punya batas untuk mencintai orang lain."kesalnya.

"Kenapa lo yang kesal?"

"Karena gue punya temen bego kaya lo."ujarnya."tapi, kenapa dia nggak bisa melihat perhatian Danu ya."

"Karena dia nggak mungkin mencintai sahabatnya sendiri."ujarnya.

Perkataan Danu membuat dia benar-benar terngiang terus dalam pikirannya.

"Cukup kakak nyakitin dia. Dengan cara kakak begini bukan buat dia mendekat tapi, malah semakin menjauh. Bukankah sejak awal kakak yang udah memberi jarak untuknya."

Dia melihat kearah Hasan yang tiba saja duduk di depannya. "San, kalau gue melepaskan Kania mungkinkah hubungan gue dengan Neva akan baik-baik saja."

"Dari awal lo yang memulainya kan, kenapa sekarang bingung?"

"San, gue merasa kalau-"

"Lo merelakan dia buat Danu, padahal lo tahu Danu belum sepenuhnya sadar akan hatinya kan. Lo yang membuat peluang itu makin besar."

"Benarkah!"tanya Pandu tak percaya. "Gue kira lo menghindarinya, agar dia tidak diganggu."ujarnya yang menatap tak percaya.

🌿

"Lo ke UGD ngapain"seketika dia meminta selang infus dan jarum pada suster.

"Biar saya-"

"Tidak udah saya bisa sendiri, ada dia yang bisa memegang infus ini"

Seketika dia melihat kearah pria itu dengan tatapan tak percaya. "Apa lo masih sensitif jika tubuhmu di sentuh orang lain?"

Dia menyuruh Kania untuk menaruh infus di tiang infus tanpa berbicara dia langsung berbaring dan tidur.

"Wah, dia memang seorang hantu."kesalnya yang duduk di sampingnya hampir lebih dari dua jam.

Tanpa sadar matanya terpejam, membuat Danu berbalik dan melihatnya. "Kenapa dia tidak pulang?"ujarnya yang melihat kearah jam besar di dinding rumah sakit. "Udah pukul tiga aja?"ujarnya yang melepas infusnya begitu saja.

"Ka, lo nggak mau pulang"

"Hmm"ujarnya. "Ah iya, apa lo baik-baik saja?"

"Apa lo lelah?"pertanyaan itu membuat dia menatap tak percaya. "Gue hanya bertanya."

"Ya, lelah ngadepin lo."kesalnya.

"Kenapa lo bukan siapa-siapa gue juga?kita hanya sahabatan kan."

"Karena lo sahabat gue, gue merasa kalau gue nggak pernah bisa memahami lo."

"Dari awal gue yang sebenarnya nggak bisa mahami lo"seketika tatapan mata itu membuat Kania terdiam. "ah, gue harus berkerja lagi."

"Lo beneran suka sama gue?"

Seketika semua orang menatap mereka membuat Danu menatapnya tak percaya.

"Ada apa ni?"tanya Dimas yang melihat para perawat tengah memperhatikan dua orang yang saling bertatapan itu.

"Dok, sepertinya rumor itu memang benar"ujar salah satu suster yang melihatnya.

"Iya"

"Rumor apa?"tanya Danu pada tiga suster yang saling berbicara.

"Rumor kalau Dokter Gila itu pindah karena  apoteker kita."ujar salah satu suster yang membuat Dimas melihat bahwa Kania ada disana.

"Mereka berdua."Dimas mendekati mereka.

"Jawab gue"seketika langkahnya terhenti ketika Kania berteriak ke Danu. "Apa lo menyukai-"

"Kalaupun gue menyukai lo, lo juga nggak akan membalasnya kan."tanpa berbalik

"Danu!"teriak Dimas

"Seandainya lo datang dari awal, mungkin gue nggak akan sebego ini."ujarnya.

Dia melihat wanita dengan mata bulat itu menatap kearah Danu. Danu hanya mampu menatapnya dengan tatapan penuh tanya akan wanita yang kini tengah melihatnya dan Kania.

**

Kita dan waktu (Musim Ke-2)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang