eps. 42

30 5 0
                                    

Playlist

Tiffany SNSD - Because Its You OST Love Rain


**


Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


**
Pigura

" sebuah nama saja baginya, dia seolah kembali membuka lembar-lembar lama yang mulai memudar namun, masih terlihat jelas.

**

Bandung terasa begitu asri bagi Kania, lama tinggal di kota yang begitu panas. Namun, Bandung sama macetnya dengan Jakarta. Hanya saja udaranya lebih nyaman dan pohon-pohon yang masih rindang di tepi jalan. Taman lansia terlihat begitu ramai, banyak orang yang datang untuk singgah di sana.

Dia melihat kearah Danu yang sedang konsen menyetir. Dia melihat wajah serius Danu dan membuatnya sedikit menahan tawanya. "Jangan dilihatin, lo suka nanti"ucapnya yang tak terduga.

"Geer banget lo, hmm lo nggak papa"tanyanya yang membuat Danu meliriknya sejenak. "Soal Acha yang akan-"

"Hmm, gue nggak papa. Kita udah pisah cukup lama. Sejak lulus SMP kita memutuskan untuk jalan masing-masing. Menurut lo, itu hanyalah cinta anak kecil yang tidak ada artinya tapi, menurutku itu benar-benar cinta."

"Hmm, aku tidak pernah berfikir seluas itu"ucap Kania yang membuat Danu tersenyum.

"Apa kita sedang mengadakan wawancara?serius banget sih Ka."

"Gue cuma takut aja, kalau salah ngomong"ucapnya yang memanyunkan bibirnya.

"Soal Acha yang akan menikah, sepertinya aku tidak akan datang."ucapnya begitu tenang. Membuat Kania memutar kepalanya 45 derajat hingga menghadapnya. "Gue takut, gue takut menyesal telah melepasnya."

"Dan, nggak papakan"tanya kania.

"Nggak, tumben lo manggil gue dengan nama depan biasanya juga Nu"protesnya yang membuat Kania hanya terdiam. "Ka, gue beneran nggak papa"

Saat tangan itu menyentuh tangan Kania, ada rasa yang aneh disana. Dia tidak pernah tahu, sengatan apa yang membuat sentuhan itu menjadi sedikit menakutkan baginya. Namun, dia terus menggenggamnya tanpa melepaskannya.

Kania hanya terdiam ketika tangan itu menyentuhnya, rasanya begitu lembut. Hingga dia terdiam saat melihat wajah yang masih fokus dengan jalan itu. Apakah mungkin rasa nyaman ini karena dia tidak memiliki seseorang dalam hidupnya saat ini atau perasaan seorang sahabat. "Apa ini yang kurasakan?"

Dia tidak pernah merasakan seperti ini pada Dimas, walaupun mereka saling mengenal cukup lama. Tetapi, kali ini ada yang aneh saat bersama Danu. Awalnya dia dengan Danu bahkan tak memiliki rasa apapun. Sekarang, dia malah terpaku dengan pria itu.

"Ah maaf"ucapnya yang menarik tangannya.

"Kenapa minta maaf?lo nggak salah lagi"ucap Kania tenang. "Gue nggak tahu sih, gimana rasanya ditinggal nikah?apa sama dengan orang yang meninggalkan kita begitu aja?apa mungkin kehilangan orang untuk selama-lamanya?semuanya menyakitkan bukan"

"Kehilangan itu wajar, karena yang datang pasti akan pergi juga kan."ucapnya yang membuat Kania tersenyum tipis. "Kalau kita tidak saling menyakiti, kita tidak akan pernah tahu arti akan cinta sejati."

"Meninggalkan itu lebih menyakitkan."

"Gue tahu, bahkan sangat sakit. Tapi, itu pilihan dan ketetapan yang tidak bisa kita ubah."ucapnya yang membuat Kania menatapnya. "Hari ini lo banyak bicara ya ka."

Dia hanya tersenyum dan mereka kembali dalam keheningan. Hanya suara radio dalam mobil yang menemani mereka. Kania masih terhanyut dalam pikirannya. Dia tidak tahu, haruskah dia melupakan atau mencoba mencari orang lain agar dia bisa membuka hatinya kembali. Dia orang yang mudah terkesima dengan orang lain tetapi, juga sulit melupakan orang yang membuat dunianya berubah.

Saat itu juga ada satu lagu yang terputar dengan jelas di sana. Seketika otaknya berputar dengan cepat, saat kenangan itu perlahan berputar dalam otaknya. "Sudah lebih dari 10 tahun mungkinkah masih sama"gumamnya pelan.

Danu hanya melirik Kania yang terlihat sedih ketika lagu itu mulai memasuki ke reffnya. "Dia pernah bilang, bahwa kharisma adalah sebuah nama saja baginya. Masa lalu yang ingin dilupakannya. Tetapi, dia seolah kembali dan membuka lembar-lembar lama yang mulai memudar namun, masih terlihat jelas."

"Buku usang, sering kali dibuang. Tapi, ada yang menyukai buku usang itu sesusah apapun dia mencarinya."ucapnya yang membuat Danu tersenyum.

"Adakah orang yang seperti itu"

"Ada."ucapnya pasti.

"Contohnya lo"

"Nggak, kakak gue dia suka banget buku usang. Apalagi menceritakan cerita masa lalu yang begitu indah. Katanya, banyak hal yang bisa di pelajari dari sana."

"Bukankah, seharusnya masa lalu itu dilupakan"

"Kalau kita melupakan segalanya, kita tidak akan pernah tahu sejarah perjuangan indonesia"

"Bener sih, lho"

🌿

  Danu dan Kania akhirnya sampai ditempat seminar. Dia tidak tahu kalau Danu sepopuler itu, dia pikir hanya akan memberikan edukasi kepada sekolah-sekolah ternyata dia juga melakukan untuk umum.

"Dan, lo sepopuler itu ya"tanyanya.

"Nggaklah, cuma semua cewek pada ngantri ke gue."

"Ngantri dari mananya coba, kalau satupun nggak ada yang mau lo jadiin pacar."

"Gue masih milih-milih"

"Bilang aja, lo belum bisa move on"

"Emang lo sendiri, gimana?"kania hanya terdiam dan melihat kearah lain. "Melupakan tidak semudah itu, bahkan kita harus menahan sakit demi pura-pura tidak lagi perduli."

"Lo puitis banget sih, belajar darimana?"

"Belajar dari hidup"ucapan itu seketika membuat kania hanya melirik pria itu sejenak.

Benarkah jika aku ubah cerita ini menjadi aku dan kamu, mungkinkah akan bahagia atau malah semakin menderita. Dia meneriakkan dalam hatinya, merasakan dua orang yang selalu tersakiti karena cinta. Namun, apa yang harus di rubah jika mereka berada dititik ini, dimana mereka hanyalah figuran yang menyatukan tokoh utama. Dia seketika tersenyum melihat kearah Danu, rasanya konyol jika keputusasaan menyatukan dua orang yang tengah patah hati.

"Natapnya gitu amat?gue tahu kok kalau ganteng"Danu tersadar sejak tadi Kania melihatnya. "Jangan membaca raut wajah gue, dengan pikiran aneh lo."

"Dih, siapa?nggak mungkin lah."

"Keputusasaan membuat lo frustasikan, nggak harus lo sama dia. Kalau akhirnya lo juga akan terluka." Kania membulatkan matanya, sejak kapan Danu bisa membaca fikirannya? Ah, gue capek banget nih. Seharian ketemu, sama cewek Bandung"kania hanya berdecak kecil. Inilah, Danu yang suka ceplas-ceplos. Tetapi, kata Danu tadi membuat Kania masih berpikir keras.

***

Kita dan waktu (Musim Ke-2)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang