GoY || 14

495 76 18
                                    

Skskskskskskskksksksksk. ”

—Ghost Of You—

"Sebenernya, lo itu siapa?"

Vana mendekat ke arah lukisan itu, menyentuh gambar Ashton dan seorang gadis. Wajahnya tak terlalu jelas, tapi Vana tahu bahwa lukisan gadis itu mirip dengan wajahnya. Mata, senyum, dan rambut hitam itu. Alis Vana bertaut, "apa maksud semua ini? Kenapa dari sekian banyak siswa di sekolah ini harus gue yang berurusan sama lo?"

Vana mundur, menatap dari jauh lukisan itu. Dia memegangi sisi kepalanya, "oh enggak. Jangan bilang gue mulai gila!"

Vana menggeleng, dia mencoba mengabaikan lukisan itu dan mencari berkas yang dimaksud oleh Pak Bobi tadi. Dia mulai membuka lemari-lemari yang berdebu dan mencari berkas itu. Namun, semakin kuat Vana mencoba mengabaikan lukisan itu, semakin kuat pula perhatiannya tertuju pada benda itu. Tangannya berkeringat, jantungnya berdegup kencang. Vana bisa merasakan ada seseorang disini. Sedang mengawasinya dalam diam, dan tak berani mendekatinya.

Ketika dia tak kuat lagi menahan gejolak penasaran di hatinya, dia memukul tangannya ke sisi lemari. Vana tanpa sengaja menjatuhkan tumpukkan buku dari atas lemari itu. "Ok cukup! Gue turutin apa mau lo!" ucapnya dengan kesal lalu berjalan kembali ke lukisan itu.

Vana mempelajari lukisan itu seolah benda itu adalah speismen langkah yang jarang ditemukan. Dari warna kanvasnya, Vana tahu lukisan ini sudah sangat lama di buat dan tentu saja hampir dimakan usia. Namun anehnya, gambaran wajah Ashton bahkan seperti tidak tersentuh debu. Nyaris tak ada noda yang mengenai wajah lelaki itu. "Apa? Maksudnya apa? Cewek ini sebenernya siapa?"

Vana mengangkat lukisan itu ke arah cahaya. Dari film-film detektif yang dia tonton, kerap kali sang pemeran utama melakukan ini untuk mencari suatu petunjuk. Dan benar saja, usahanya tidak sia-sia. Vana tersenyum senang saat menemukan tulisan di belakang lukisan itu.

“Teruntuk ‘F’, yang selalu aku kagumi. Semoga kamu bisa menyimpan ini suatu saat.”
—Irwin, 2013.

"Lah anjir? Ini lukisan dibuat sama Ashton?!" Vana membalik lagi lukisan itu menghadapnya. Ketika dia menatap lukisan itu dari jarak sedekat ini, Vana kembali harus mengakui jika visual Ashton benar-benar memikatnya. Mata hazel yang indah, rambut blonde dan senyum yang manis itu.

"Gue rasa cewek ini terlalu bodoh untuk nolak Ashton," bisik Vana.

Dia melotot ketika menyadari apa yang baru saja terlontar dari bibirnya. Dia menggeleng, "enggak. Jangan bilang gue beneran jatuh cinta sama dia? Gak, gak. Gak boleh, dia itu sulit banget dan bahkan gak mungkin untuk dimiliki."

Vana menghela nafas lalu kembali meletakkan lukisan itu di tempatnya. Dia berbalik dan menggelengkan kepalanya sendiri karena dengan cerobohnya dia menjatuhkan tumpukan buku dari atas lemari. Tentu saja hal itu membuat tugasnya bertama dua kali lipat. Vana berlutut, meyusuni buku-buku itu.

Selagi berusaha melawan debu yang berlomba-lomba menjejali indra penciumannya, Vana bertanya-tanya. Apa maksud dari semua yang telah dialaminya ini. Maksudnya, kenapa harus dia yang mengalami hal menyebalkan ini. Sebenearnya dia sendiri masih bingung, bagaimana bisa dia terlibat dalam masalah konyol yang bahkan dia sendiri tak tahu apa penyebabnya.

Vana berdiri, meletakkan kembali buku-buku itu di tempat asalnya. Dan saat itu juga dia menyadari sesuatu. "Lah ini berkasnya, kan?" Tanyanya sendiri begitu dia melihat arsip di dalam lemari itu. Vana tersenyum kecil lalu mengambil map berwarna biru yang sudah mulai pudar itu.

Ghost of You •• IrwinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang