GoY || 39

383 63 36
                                    

“And if we love again, i swear i'd love you right.”

-




—Ghost of You—



♪ 39 ♪









"Lo tahu, Van. Masalah ini besar, dan gak cuma libatin diri lo sendiri. Ada temen-temen lo yang harus lo selametin, Van." Selena berkata sekali lagi sebelum akhirnya membakar rokoknya yang kedua.

Sudah lebih dari satu jam mereka bertukar pikiran di ruangan ini. Ruangan bernuansa merah dan hitam, yang dihiasi lukisan-lukisan bidadari di dindingnya.

Vana menghela nafasnya, dia menyandarkan tubuhnya di sofa sembari memijat pelipisnya. Kepalanya sangat pusing sekarang. Kenapa disaat dia baru saja akan memercayakan hatinya pada seseorang——oh tidak, bukan itu. Lebih tepatnya pada sesosok hantu, dia harus merasakan sakit yang menyiksa.

Vana sebenarnya tahu jika dia dan Ashton mungkin tak akan pernah bisa bersatu, tetapi, sesuatu di dalam diri Vana mengatakan jika dia akan mendapatkan apa yang dia mau. Dia bisa merasakan itu di setiap tulangnya.

"Kak, gue..." Vana menggantung ucapannya. Dia bingung, Selena berkata padanya jika dia harus secepatnya menjauhi Ashton. Ralat, bukan hanya Selena yang berkata seperti itu, tapi juga Bella. Oh! Bahkan mimpinya sendiri—imajinasinya—mengatakan hal yang sama.

Selena menatap juniornya, matanya menyipit ketika melawan asap yang bermain di depannya. Kasihan, itulah yang Selena rasakan saat ini. Dia kasihan melihat Vanadium yang seperti ini. Namun, bagaimana lagi? Toh Selena sendiri juga sudah tahu jika hari ini akan tiba. Diam-diam, Selena juga penasaran dengan akhir dari cerita Vanadium dan Ashton ini.

"Vanny," panggil Selena pelan. Vanadium membuka matanya dan memerhatikan Selena yang sekarang bergerak ke sudut ruangan dan membawa sebuah kotak berwarna cokelat. Vana tahu kotak itu.

"Kak, ini kan?"

"Iya, berkas terlarang. Berkas keramat yang gak boleh disentuh sama anak OSIS manapun." Selena tertawa setelah mengatakan itu. Dia mengambil kunci gembok kotak itu dan mulai membukanya.

"Kak?" tanya Vanadium heran. Selena kembali tertawa dan menatap Vana. "Asal lo tahu, Van. Yang namain berkas ini berkas terlarang tuh, gue. Jadi, gue bebas untuk ngebuka berkas ini."

Vanadium hanya diam dan tak melanjutkan perkataannya. Dia hany menatap Selena mengeluarkan isi dari berkas itu.

"Ini, lo kenal dia?" Selena menunjukkan foto seorang gadis berambut sebahu. Tunggu dulu, Vana sepertinya kenal dengan rambut hitam sebahu itu.

"Kayaknya gue pernah liat dia deh, Kak. Tapi dia itu—"

"Iya. Lo bener. Dia emang hantu yang suka berkeliaran di koridor-koridor sekolah. Atau yang lebih sering lo sapa Mila," tawa kecil lolos dari bibir Selena. "Dia Elena. Anak OSIS angkatan 2015, junior gue. Dan lo tahu apa sebabnya dia bisa kaya gitu?"

Vana mengerutkan dahinya, bagaimana Selena bisa tahu jika Vana menamai hantu yang berkeliaran di koridor itu Mila? Semakim kesini, Vanadium semakin penasaran siapa sebenarnya Selena ini.

"Kenapa, Kak?"

"Dia jatuh dari lantai tiga. Dan gak ada yang sempat selametin dia karena posisinya udah sore. Dan tanpa gue kasih tahu lo udah ngerti, kan, siapa dalangnya?"

Vanadium melotot, tak mungkin Ashton melakukan itu. Tidak, "Ashton maksud Kakak? Hell, Kak. Gak mungkin Ashton lakuin itu, lagipula, apa hubungannya si Mila—maksud gue Elena ini sampe Ash bisa bunuh dia?"

Ghost of You •• IrwinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang