GoY || 57

273 46 54
                                    

"I'm missing half of me when we're apart."

-if i could fly, 1D.

-Ghost of You-




*PLAY LAGU DI MULMED. TOLONG BANGET.

**OIYA KL GW ADAIN GIVE AWAY LU SEMUA PD SETUJU DN MAU IKUTAN GA? PLIS JAWAB.

***CAPSLOCKNYA JEBOL.





57♪











"Vanadium... wake up."

Suara itu? Apa suara ini hanya ada di kepala gue?

"Vanny, you hear me?"

Gue masih bermimpi, gue yakin.

"Vanadium, ternyata kamu benar-benar tidur seperti orang mati, ya?"

Jemari itu membelai pipi Vana yang sedang terlelap. Sontak, Vana terbangun dan membuka matanya. Dia mendapati dirinya berada di ruangan yang sama seperti yang terakhir kali dia berada. Hanya saja, kali ini susunan perabotan disini berubah. Seolah kembali ke beberapa tahun lalu.

Vana bangun dari tidurnya mencoba mencari jawaban dari sentuhan dan suara yang terasa begitu nyata tadi. Dia meridukan suara dan sentuhan itu. Benar-benar merindukannya.

"Come here, baby," kata seseorang yang dia rindukan dari ruang sebrang.

Vana berdiri, dengan hati-hati dia berjalan ke arah suara itu. Dia memastikan kakinya tetap berjalan sebagaimana mestinya meski saat ini tengah bergetar hebat. Ketika dia sampai di depan pintu ruangan yang bersebrangan dengan tempatnya tadi, seluruh tubuh Vana terasa terbang.

Disana, sedang duduk dibelakang piano dan memainkan lantunan lagu yang Vanadium tak tahu apa itu, namun selalu terdengar indah. "Mau sampai kapan mandangin aku dari belakang?" Lelaki itu menoleh dan tersenyum dari balik pundaknya ke araha Vanadium. Dia berdiri dan merentangkan tangannya dan tersenyum lebar.

Tanpa membuang waktu, Vana berlari kecil dan memeluk erat lelaki itu. Lelaki yang selama ini dia rindukan, yang bahkan tak mengucapkan salam perpisahan meski Vana tak ingin mendengarnya. Dia membenamkan wajahnya dibalik dada bidang lelaki itu atau, hantu itu, Ashton Irwin.

"I... miss you," bisik Vana dibalik isak tangisnya. "Jika ini mimpi, aku berharap aku tak akan pernah terbangun. Aku ingin terus bersama mu."

Ashton tersenyum manis dan menyadarkan kepalanya di puncak kepala Vana sembari sesekali mengecupnya. "I miss you too," bisik Ashton sambil mengusap rambut Vana.

"Aku tak menyangka jika ini akan jadi pelukan yang panjang," goda Ashton. Lima menit berlalu dan Vana masih setia menangis di dalam pelukan Ashton. Lelaki itu mengenakan skinny jeans dan kaus lusuh berwarna putih. Dan air mata Vana sukses membuat tubuh Ashton terukir sempurna karena kausnya basah.

"I just..." Vana mencoba menemukan kembali suaranya. "I just don't want to lose you." Vana kembali mengeratkan pelukannya.

Ashton kembali tersenyum, dia membawa Vana duduk di kursi yang berada di belakang piano. "Vana, dengar. Kamu harus belajar merelakan aku. Ini untuk kebaikan kita berdua," ucap Ashton dengan diakhiri sebuah senyuman manis. Namun Vana tahu, itu sebuah senyuman palsu.

"I can't Ashton, i can't do this with out you. Because..."

"Kenapa?"

"Because i... i'm bloody in love with you. And i don't know why, i missing half of me when we're apart." Vana menundukkan kepalanya, kemungkinan matanya membengkak sekarang karena telah menangis sejak tadi.

Ghost of You •• IrwinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang