“ Dan pada akhirnya kau akan mengerti makna dari kata ‘mencintai tak harus memiliki.’ ”
—Ghost of You—
♪ 47 ♪
Sabtu, 9.45 pm
Malam minggu kali ini benar-benar terasa berbeda bagi Vanadium. Bagaimana tidak? Dia sekarang sedang berada di atap gudang belakang sekolahnya bersama sang kekasih. Ya, dia akhirnya kembali menghabiskan waktu bersama Ashton setelah satu minggu tidak bertemu dengannya.
“Kangen banget, asli,” bisik Vana sembari bersandar di bahu Ashton. Dan sosok itu—yang ketika malam bisa berubah menjadi manusia—hanya tertawa kecil dan merangkul bahu gadisnya.
Suasana malam ini sepertinya juga cukup bersahabat : cuacanya tak terlalu dingin, bulan purnama dan bintang bersinar indah. Sangat pas untuk sepasang kekasih yang dibedakan dimensi ini.
Sudah lebih dari dua jam Vanadium duduk bersama Ashton di atas sini. Tak ada obrolan yang jelas. Sesekali mereka juga berdebat masalah nama bintang. Vanadium selalu saja menyebut nama-nama bintang sesuka dirinya. Dan hal itu membuat Ashton gemas padanya.
“Kedinginan, gak? Kita bisa masuk ke dalem aja,” kata Ashton saat dia menyadari Vana semakin mendekatkan tubuhnya.
Vana menggeleng pelan. “Enggak, bisa kita tetap disini dulu? Entah kenapa aku jadi mau habisin waktu sama kamu terus, deh.”
Senyum miris terukir di wajah Ashton. Vana memang benar, dia memang harusnya menghabiskan waktu lebih banyak bersama Ashton karena dalam tiga hari lagi Ratu Evelyn akan membawanya ke Kerajaan Langit.
Ashton beruntung karena dia tak bisa menangis, jika iya, maka sudah dipastikan saat ini dia akan bersusah payah mencoba menutupi air matanya itu. Ketika menangkap wajah Vana yang terpejam sembari bersandar di bahunya, sekali lagi dia menyesal karena harus hadir dalam hidup gadis ini. Maksudnya, dia sudah membuat gadis ini jatuh cinta padanya—dan juga sebaliknya—tanpa tahu jika akhir cerita mereka akan semenyedihkan ini.
Maksudnya, mereka tak akan pernah bisa memiliki.“Van? Tidur, ya?” bisik Ashton di telinga Vana. Gadis itu hanya berdeham pelan dan kemudian dengkuran kecil terdengar. Ashton tertawa geli mendengarnya. Andai saja, dia bertemu Vana sewaktu dia masih hidup.
Ashton mendongakkan wajahnya menatap rembulan yang bersinar terang. Andai saja, waktu dapat di ulang, mungkin jika Ashton lebih berhati-hati, dia akan bisa bersama dengan Vana untuk selamanya. Andai saja, hal-hal buruk ini takbpernah terjadi. Andai saja, kisah mereka bisa berakhir dengan indah.
Ya, semua pemikiran itu berlandaskan kata ‘andai' yang tak akan pernah bisa terjadi.
“Van, ih bangun dong, katanya mau habisin waktu bareng aku,” gerutu Ashton sesaat kemudian.
“Eh, yang tidur siapa emang?” gumam Vana masih dengan mata tertutup.
Ashton tertawa, dia menaikkan bahunya untuk membuat Vana benar-benar bangun. Gadis itu berdecak sebal. “Iya, udah bangun,” rutuk Vana dan Ashton hanya tertawa.
Hening setelahnya. Mereka berdua hanya diam dan memandang ke arah rembulan, bintang, dan kupu-kupu kertas milik Ashton yang bermain bersama kunang-kunang. Vana tak pernah menyangka jika hal ini adalah hal yang paling dia butuhkan selama hidupnya. Dia juga beruntung karena Zayn sedang berangkat ke luar kota bersama Harry, Taylor, Niall, Selena, Liam, dan Louis untuk liburan. Jadi itu berarti Vanadium bebas pulang jam berapapun ke rumah. Ditambah lagi, dia libur sampai hari rabu untuk pembagian rapot. Atau, bisa disebut hari yang tiba-tiba Vanadium nantikan. Entah kenapa, dia merasa percaya diri jika bisa memenangkan tantangan dari Ashton.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ghost of You •• Irwin
Fanfiction[C O M P L E T E D] Aku cinta Ashton, tapi dia hantu. Jadi gimana dong? -Vanadium. 👻🍂👻 "LDR, LDR apa yang bikin sakit hati?" Tanya Ashton, sembari menerbangkan beberapa buku, membuatnya terlihat seperti burung yang sedang terbang bebas. Vanadium...