Awal kisah

508 19 1
                                    

1.

"Aku tidak sudi menjadikanmu menantu ku! Pergi kamu dari rumah saya, saya Anton menolak lamaran kamu." ujar pria paruh baya itu dengan kalimat penuh penekanan.

"Ayah..,"

Kirana menatap kecewa ayahnya yaitu Anton, sekarang giliran ia menatap pria yang dicintainya, pria yang berusia kisaran 25 tahun yang tengah duduk diam tak bergeming di tempat duduk.

"Mau apalagi? Cepat pergi dari rumah saya!"
"Baik Pak, Terimakasih saya permisi." ucapnya masih dengan sopan.

Pria itu bangun bangkit dari sofa sebelum ia benar-benar meninggalkan ruang tamu, ia menatap sejenak wanita yang ia cintai hanya senyum yang ia lontarkan mengisyaratkan, 'bahwa semuanya akan baik-baik saja'.

2.

Pria itu membawa luka yang teramat besar yang baru pernah ia rasakan, lebih perih dari tolakan-tolakan perusahaan saat ia melamar pekerjaan, tapi luka ini jauh sangat menyakitkan dari apa yang dirinya bayangkan melamar seorang wanita di tolak mentah-mentah hanya karena dirinya seorang pria berlatar belakang biasa.

Bahkan sekarang dirinya berpikir apakah semua wanita menginginkan kebahagiaan hanya dari segi kekayaan, rasanya tidak mungkin yang menginginkan semua itu hanyalah orang tua mereka.

Tidak ada orang tua yang menginginkan anak wanitanya hidup dalam kesengsaraan, hanya makan cinta saja tidak cukup, Nazar sadar akan hal itu.

Pria itu bernama Nazar yang sekarang tengah berjalan dengan gontai sendirian di tengah jalanan.

Tin.. tin.. truk besar melaju dengan cepat menyerukan klaksonnya berkali-kali, menyuruh pria yang tengah berdiri dengan pikiran lunglainya, seakan telinganya tuli.

"Awas Zar!" dorongan kencang membuat Nazar terpental kearah trotoar jalan, membuat dirinya tersadar akan lamunannya.

Kepalanya mendadak pusing tapi Nazar dapat melihat jelas siapa yang menolongnya teman dekatnya yaitu Arthur yang kini tengah membantu Nazar berdiri membawanya duduk di salah satu tempat halte bus.

"Lo mau bunuh diri? Kenapa lo enggak sekalian aja berdiri di rel kereta api?" Nazar menatapnya.

"Siapa juga sih yang mau bunuh diri, gue enggak lihat tadi," katanya.

"Alasan aja lo, Zar lo ini lagi kenapa sih? Kalau lagi ada masalah cerita coba sama gue?" tanyanya.

"Gue baru aja dari rumah Kirana,"
"Ngapain lo ke rumah Kirana?"
"Ngelamar dia,"
"Terus?"
"Di tolak, diusir!" mata Arthur terbelalak mendengar ucapan Nazar barusan.

Menepuk pundak Nazar, "Zar gue kan udah bilang berkali-kali sama lo, Lepasin Kirana, orang tua Kirana enggak suka sama lo, dari pada lo terus-terusan di hina mendingan lo berhenti deh, masih banyak wanita lain yang mau menerima lo apa ada nya." tutur Arthur dengan baik.

Nazar diam kali ini diamnya bukan membuang begitu saja nasehat sahabatnya tapi diamnya tengah mencerna kata demi kata yang barusan Arthur ucapkan, Arthur benar dirinya harus melepaskan Kirana walaupun dengan berat hati ia harus bisa melakukannya.

3.
Arthur hanya kasihan melihat sahabatnya yang terus-terusan berjuang demi kata cinta tapi yang di dapat hanya penghinaan, bagaimana pun juga Nazar adalah sahabat kecilnya walaupun dirinya dan Nazar sangat berbeda.

Arthur dirinya adalah seorang anak dari kalangan yang cukup berada sedangkan Nazar hanya seorang anak panti. Mereka bersahabat sejak duduk di bangku SMP bahkan sampai sekarang meskipun Nazar tidak melanjutkan ke jenjang kuliah, dan sedangkan Arthur dirinya masih melanjutkan pendidikan kuliahnya tapi mereka masih bersahabat dengan baik.

My Husband Amnesia (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang