1.
Quality time telah ia lakukan menghabiskan waktu bersama dengan orang-orang tersayang dan besok adalah hari dimana ia akan melakukan perjalan jauh.Berat rasanya meninggalkan orang-orang yang ia sayangi terutama kedua orang tuanya sudah lama ia meninggalkan kedua orang tuanya dan baru merasakan kebersamaan itu kembali namun ia harus segera pergi jauh kembali.
Saat Ini mereka tengah berada di taman membawa beberapa makanan berkumpul dengan orang-orang tersayang ketiga sahabatnya menemaninya hari ini.
Hari mulai sore mereka bergesas berpamitan pulang. Rizal menatap Clara dari jauh memantapkan hati dan ini saatnya ia hanya ingin mengungkapkan perasaannya tidak berharap lebih hanya mengungkapkan saja.
"Clara,"
"Iya,"Vinka dan Ogun melihat Rizal mendekati Clara sepertinya ada hal serius yang ingin di bicarakan.
"Ada yang mau gue omongin sama lo,"
"Tentang?"
"Perasaan gue,"
"Maksudnya?"
"Gue selama ini suka sama sama lo sejak saat pertama kali kita bertemu bahkan sampai sekarang, gue tahu seharusnya gue enggak bicara hal ini karena status lo yang sudah bersuami.""Gue cuma ingin mengungkapkan nya saja, gue cuma enggak mau perasaan ini terus sembunyi, gue harap kita masih bisa bersahabat," Clara tersenyum memeluk Rizal hanga.
"Makasih karena udah cinta sama aku, tanpa kamu minta kita tetap bersahabat."
Vinka dan Ogun melongo mendengar kejujuran Rizal, mereka langsung menghampiri keduanya ikut berhamburan ke dalam dekapan bersama.
"Kita akan selalu bersahabat,"
"Sahabat..,"2.
Bandara Internasional Jakarta.
Di temani ketiga sahabatnya dan juga kedua orang tuanya semakin membuat Clara semangat, sebelum berangkat ia sempatkan berpamitan dengan Bi Rum yang sampai sekarang masih menjaga rumahnya dan Nazar. Dan sekarang hari ini keberangkatannya telah tiba. Mamanya menangis memeluk erat putrinya, ini bukan yang pertama kalinya mamanya menangis dulu saat ia masih remaja mamanya juga menangis saat Clara berangkat untuk melanjutkan pendidikannya di London."Mama jangan cengeng, nih lihat aku aja tersenyum.. senyum dong," Salma tersenyum melihat ketegaran putrinya.
"Papa juga jangan nangis, Papa harus kuat biar jadi contoh buat aku," Gunawan langsung menyeka air matanya.
Vinka, Ogun dan Rizal yang menyaksikan kesedihan seorang Ayah dan ibu mereka ikut terhanyut sampai meneteskan air mata juga.
Clara menatap satu persatu, matanya mulai berkaca-kaca berat rasanya begitu banyak orang-orang yang menyayanginya.
"Kok pada nangis sih, jangan cengeng dong," mereka ikut tersenyum meskipun tahu Clara kini tengah menahan kesedihannya.
"Jaga diri kamu baik-baik ya nak,"
"Pasti Ma,Pa. Vin, Gun, Zal. Makasih ya kalian selalu ada buat aku." mereka mengangguk langsung memeluk Clara bersamaan."Aku berangkat ya." kedua orang tuanya mencium kening putrinya.
Clara menyeret kopernya sampai di kejauhan ia berbalik menatap orang-orang yang begitu menyayanginya.
Memasuki gerbong, dan baru saja kakinya menginjak tangga pesawat berat hatinya untuk semua ini, dulu pernah ia rasakan dan hari ini ia rasakan yang lebih. Clara harus bisa ia memasuki pesawat.
1... 2... 3... Pesawat yang Clara tumpangi telah lepas landas, di dalam ia tak kuasa menahan air matanya ia menangis menatap jendela yang kini telah menampakan awan begitu dekat.
Malam itu Clara membersihkan kamarnya membuang semua kenangan tentang Nazar bersamanya. Saat menatap foto-foto Nazar dan dirinya begitu berat melupakan semuanya tapi ia harus melakukannya. Clara membungkusnya di dalam kardus menyingkirkannya.
Dan yang Clara punya sekarang hanya cincin pernikahannya dengan Nazar, entah kapan ia akan melepaskannya.
3.
Kafe.. mereka berdua tengah berada di kafe, Kirana yang di antar Arthur bertemu dengan Nazar."Aku enggak bisa zar,"
"Aku yakin kamu pasti bisa, mungkin memang ini sudah jalannya kita tidak bersama," ujarnya.
"Zar, kamu enggak tahu bagaimana berjuang nya aku untuk bersama kamu kembali,"
"Lupakan aku Kirana kamu ingat Ayah kamu selalu menginginkan kamu dengan pria yang baik kamu lihat Arthur," Kirana menatap Arthur yang tengah duduk di pojokan sendirian yang di tatap tersenyum."Dia mencintai kamu, dia selalu ada untuk kamu, dan dia yang terbaik untuk kamu,"
"Enggak zar,"
"Kirana, kamu harus tahu semua orang tua menginginkan yang terbaik untuk anak-anaknya, Kamu harus mau menerima kenyataan ini,"
"Zar,"
"Maaf kita akhiri sampai sini."Nazar pergi menyisakan Kirana yang tengah menangis sendiri, Arthur menghampirinya memberi ketenangan.
"Jangan menangis,"
"Nazar.. dia ninggalin aku thur," Kirana menangis dalan dekapan Arthur membasahi jaket yang Arthur kenakan.
"Semua yang terjadi sudah Tuhan yang menentukan, kamu harus ikhlas,"
"Maafin aku thur."Arthur pria yang sampai sekarang selalu ada untuknya, selalu mau berbohong demi dirinya, selalu membantu perjalananya menerima semua apapun yang dirinya lakukan.
Mencintai tanpa balasan itu menyakitkan...
3.
Nazar terus menatap rumah besar itu, wanita paruh baya bernama Bi Rum mengajaknya untuk masuk dia bilang bahwa ini rumahnya dengan Clara.Foto-foto pernikahan dan kebersamaan dengan Clara terpajang di dalam rumah besar itu. Nazar bertanya dimana tempat biasa ia menghabiskan waktu bersama Clara, Bi Rum menunjukan kamar dirinya dan Clara disitu pula terdapat beberapa foto dirinya dengan Clara terpanjang rapi.
Nazar terduduk lemas di kasur, menatap sekelilingnya.
"Jadi benar, aku dan Clara benar-benar sudah menikah,"
Nazar membuka laci yang terdapat di lemari kecil mendapati album foto yang isinya foto-foto dirinya dengan Clara ia juga menemukan buku yang bertuliskan Diary-ku ia penasaran membuka dan membacanya.
Nazar tersenyum, "Jadi aku benar-benar mencintainya," ia menatap Bi Rum yang di tanggapi senyuman.
"Tuan dan Non Clara memang saling mencintai hanya saja saat Tuan ingat... itu semua," Bi Rum tak melanjutkan ucapannya, Nazar tahu.
"Sekarang Clara dimana Bi?"
"Non Clara tinggal di rumah kedua orang tuanya tapi... "
"Tapi apa Bi?"
"Tapi sekarang sudah tidak lagi,"
"Maksud Bibi?"
"Dua jam yang lalu Non Clara kesini, berpamitan dengan Bibi Non Clara bilang dia akan pergi,"
"Pergi kemana bi?"
"Bibi enggak tahu Tuan, Non Clara hanya bilang dia akan pergi jauh itu saja." ucapnya.Nazar terdiam di tempat, "Clara pergi?" Ia langsung bergegas keluar dari rumah mencoba mendatangi rumah kedua orang tua Clara.
Sampai disana...
Rumah itu terlihat sepi hanya ada satpam yang tengah berjaga. Nazar masuk menerobos membuat satpam menghentikannya."Mas Nazar?"
"Bapak kenal sama saya,"
"Ah, Iya. Mas Nazar mau bertemu dengan siapa?"
"Saya ingin bertemu Clara,"
"Non Clara..,"Gunawan menampakan dirinya dari balik pintu menatap sinis kedatangan Nazar.
"Pak Gunawan,"
"Ada perlu apa kamu kesini?"
"Saya ingin bertemu Clara,"
"Maaf Nazar saya tidak mengizinkan kamu bertemu dengan Clara," tiba-tiba Salma menampakan dirinya."Saya mohon izinkan saya bertemu dengan Clara,"
"Pergi kamu dari disini!"
"Ma tenang ma,"
"Bagaimana Mama bisa tenang Pa, gara-gara dia Clara tersakiti pergi kamu dari sini!"
"Saya minta maaf, saya benar-benar lupa akan semuanya. Saya tahu saya salah tapi saya mohon izinkan saya bertemu dengan Clara,"
"Satpam usir dia dari sini!"
"Siap bu,"Terpaksa Satpam menyeret Nazar keluar, "Maaf mas Nazar sebaiknya mas Nazar pulang saja karena percuma Non Clara enggak ada disini,"
"Memangnya Clara kemana?"
"Maaf mas, saya enggak bisa memberitahunya." dengan berat hati Nazar meninggalkan pekarangan rumah itu yang kini telah tertutup rapat dengan pagar besi.Hatinya Kacau...
KAMU SEDANG MEMBACA
My Husband Amnesia (END)
FantasyTidak mudah bagi Nazar untuk mendapatkan semuanya, Nazar hanya ingin menjadi orang yang di hargai dalam hidupnya. Hidup sebatang kara, yatim piatu dan hidup penuh hinaan dan cacian. Nazar mencintai kirana seorang perempuan berkarir, hidup yang ber...